Cerita dari Enam Kota


Sabtu 7 Juni 2014 adalah hari terakhir Makassar International Writers Festival (MIWF), saya sudah berencana untuk tiba di Fort Rotterdam jam 4 sore, melihat di brosur ada empat program yaitu Book launch: Female Poets from Estern Indonesia: Isis dan Musim-Musim, Indonesia Literary Communities: Stories from Six Cities, Workshop: Travel beyond Destinations and How to Craft your Travel Stories  dan Poetry belongs to Everyone! Book Launch Hap! and Poetry Competition. 

Sempat bingung karena semua programnya bermanfaat, logikanya di antara banyaknya pilihan pasti ada kecenderungan untuk memilih, dipilihlah Stories form Six Cities, kenapa? sebab mereka adalah penulis muda yang berada di kawasan Indonesia Timur. Sekedar curhat program ini pernah saya minati untuk ikut nimbrung tapi sudah melewati deadline. 

Di forum ini para pembicaranya adalah Amaya Kim, Ama Achmad, Pringadi As, Saddam Hp, Dedy Arsya, Louie Buana dan Ran Jiecess. 


Menggelitik hati untuk mengetahui sudah berapa karya yang mereka buat, dari komunitas mana saja mereka, dari kawasan timur mana mereka berasal, apa keluh kesah selama membuat karya. Sayangnya saya tidak arsipkan asal komunitas mereka, juga rata-rata mereka tidak memberitahukan buah tangannya. 

Di program itu saya sempat bertanya kepada penulis asal Makassar, mereka adalah Louie Buana dan Ran Jiecess tentang buku duet yang baru saja mereka launching tahun ini. Hasil pikiran mereka yang bergelut dalam dunia detektif dan menurut saya buku bergenre seperti ini cukup berat juga berani, sebab membutuhkan banyak daya imajinasi yang kuat, informasi yang banyak, dan untung-untung jika melakukan observasi untuk tiap trik agar keontetikan sebuah karya lebih mengena, inilah yang saya pertanyakan kepada mereka.

Ternyata, jawabannya tidak jauh beda dari apa yang saya bayangkan, kekuatan dari buku itu adalah imajinasi, informasi plus riset. Sejujurnya, sayapun belum baca karya mereka, tetapi baru setelah acara itu usai segera saya menuju stand buku untuk menyisihkan beberapa ribu rupiah untuk 'meneliti' karya mereka.

Selain membahas tentang karya para penulis, di forum ini lebih banyak bercerita tentang komunitas yang mereka ikuti, tentang peran komunitas dalam perkembangan kualitas penulis, dan bentuk kontribusi komunitas pada masyarakat. Rata-rata menurut pendapat mereka komunitas memang penting, selain karena berkumpul, ada rasa peduli tinggi untuk berbagi kepada sesama anggota. 

Di kegiatan ini, saya bisa menarik benang merah bahwa penulis menulis berpulang kepada niat awalnya, apakah karena materi, popularitas, hobi, kebutuhan, berbagi atau kepentingan lainnya. Intinya adalah kesadaran pribadi, jika memang ingin menjadi penulis, perlu kerja keras, perlu usaha, dan berani. 

Oleh: Aisyah

0 komentar:

Posting Komentar