Lanjutan dari tulisan berjudul Pelajaran dari Sosialisasi Komunitas
ASEAN 2015 (2), tulisan ini merupakan reportase dari acara Sosialisasi
Komunitas ASEAN yang diselenggarakan pada tanggal 1 Oktober 2014 yang
diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri dan UNHAS di Hotel Grand Clarion.
Sosialisasi
Komunitas Ekonomi ASEAN
Dalam presentasinya, Lingga Setiawan menekankan bahwa Asean Free Trade Area (AFTA) ≠ Komunitas
Ekonomi ASEAN 2015. Walau sekilas mirip,keduanya memiliki tujuan spesifik yang
berbeda:
Tujuan AFTA:
- Menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk ASEAN memiliki daya saing kuat di pasar global.
- Menarik lebih banyak Foreign Direct Investment (FDI).
- Meningkatkan perdagangan antar negara anggota ASEAN
Tujuan Komunitas Ekonomi ASEAN:
- Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal).
- Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional competition policy, IPRs action plan, infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM).
- Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-program Initiative for ASEAN Integration (IAI).
- Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global supply network).
Endo
Anugerah menekankan
bahwa Komunitas ASEAN 2015 resmi berlaku 1 Januari 2016. Pada penerapannya, salah
satu contohnya adalah kelak akan adaperlindungan konsumen. Barang yang masuk
harus ada label berbahasa Indonesia.
Endo Anugerah juga memberikan contoh upaya yang
bisa dilakukan dalam bersaing di pasar ASEAN (ini patut diperhatikan pula oleh UMKM):
- Peningkatan efisiensi usaha dan kualitas produk (packaging).
- Pengembangan usaha dan networking dengan mitra lokal di negara ASEAN
- Promosi produk dan mengikuti pameran di negara ASEAN
- Membangun komunikasi dan hubungan kerjasama yang erat dengan instansi/lembaga/institusi yang menyediakan akses informasi peluang untuk masuk ke pasar ASEAN
- Mampu beradaptasi & sensitif terhadap kebutuhan, gaya hidup, dan tren negara tujuan ekspor di ASEAN
- Inovasi dalam mengembangkan jaringan kerja, mengembangkan produk serta pemasarannya di negara ASEAN
- Khusus untuk UMKM, kiatnya adalah:
- Peningkatan efisiensi usaha dan kualitas produk (termasuk packaging).
- Riset pasar dan networking dengan mitra lokal.
- promosi produk dan mengikuti pameran.
- Mengikuti misi dagang ke negara tujuan ekspor.
- Membangun komunikasi dan hubungan kerjasama yang erat dengan Kementerian Perdagangan untuk mengakses informasi peluang untuk menyusup ke pasar yang menguntungkan serta mengatasi rintangan masuk pasar.
- Mampu beradaptasi dan sensitif terhadap kebutuhan, gaya hidup, dan tren negara tujuan ekspor.
- Inovasi dalam mengembangkan jaringan kerja, mengembangkan produk serta pemasarannya.
M.
Ilham Alim Bachrie dalam
presentasinya memaparkan mengapa Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang amat
potensial dan berpeluang besar dalam Komunitas Ekonomi ASEAN:
- SDA Potensial yang berlimpah khususnya bidang pertanian , perkebunan, perikanan dan pertambangan.
- SDM yang berkualitas dan relatif banyak termasuk di sektor pertanian
- Lahan pertanian dan potensi lahan untuk pertanian yang masih luas
- Komitmen pemerintah daerah yang kuat untuk pembangunan investasi khususnya sektor pertanian
- Posisi dan peranan yang strategis sebagai pusat pertumbuhan dan pusat distribusi barang/jasa di KTI
- Kelengkapan infrastruktur bisnis dan investasi
- Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang tinggi diatas 8 % per tahun, dan diatas rata-rata nasional
- Uang beredar sekitar 250 Triliun per tahun
KADIN menaruh perhatian pada Komunitas Ekonomi
ASEAN, di antaranya dengan memberikan pelatihan entrepreneurship kepada mahasiswa.
Komunitas
Sosial Budaya ASEAN
Dicky
Fabrian dalam
presentasinya memaparkan bahwa Kerja sama Sosial Budaya ASEAN mencakup enam
karakteristik utama:
−
Human Development
−
Social Welfare and Protection
−
Social Justice and Rights
−
Ensuring Environmental Sustainability
−
Building the ASEAN Identity
−
Narrowing the Development Gap
Di antaranya meliputi IPTEK, penanggulangan
bencana, lingkungan hidup, pendidikan, kebudayaan, kesehatan, perlindungan
sosial, perlindungan perempuan dan anak, dan kepemudaan.
Salah satu pencapaian dalam Komunitas Sosial
Budaya ASEAN adalah pembentukan ASEAN University Network (AUN). Dari Indonesia
kini ada 4 universitas yang bergabung, yaitu: UI, UNAIR, ITB, dan UGM.
![]() |
Semua peserta diberikan note book |
Andi
Alimuddin Unde dalam
presentasinya menekankan bahwa salah satu bentuk dari trasformasi aksi yang dibutuhkan
dalam menghadapi perubahan sosial budaya dalam mengembang Komunitas ASEAN adalah
siap “memberikan” diri kita kepada orang lain dan menerima kedatangan orang
dengan dasar pertimbang tuntutan kompetisi yang sehat dalam menuju perdaban baru.
Sadarkah kita mengembangkan komunitas ini menjadi
besar? Bagaimana mengembangkan komunitas Bugis menjadi komunitas besar di
ASEAN. Ini perlu dikaji untuk jadi potensi besar. Birokrat perlu mendukung
dengan political will-nya. Perlu pula
ada dialog dan riset lebih jauh untuk jadi patron atau model bagaimana
masyarakat Komunitas ASEAN menjadi kekuatan besar.
Alwy
Rahman menyampaikan
jika Komunitas ASEAN itu sebuah tantangan, apa yang menghidupinya. Bagaimana
usaha-usaha punya kisah yang utuh sehingga produknya bisa dicerna secara
budaya.
Kisahlah yang menghidupi tatanan. Perjumpaan 10
negara di dalam ASEAN adalah perjumpaan kisah. Kisah apa yang disuguhkan
Indonesia?
Problema kebudayaan adalah: lepasnya psiche. Problema di ASEAN adalah:
problem psiche antarbudaya. Untuk
nyamannya, pada sebuah daerah yang penduduknya majemuk, seluruh kedirian
diamankan, tokoh etnik dipersahabatkan sehingga tidak ada persoalan antaretnik.
Strategi yang perlu dilakukan adalah dengan
mereformasi semua kurikulum sehingga beradaptasi dalam perubahan. Ada istilah-istilah
yang perlu diperhatikan dalam hal ini: Globalusi: kebutuhan bangsa untuk
mengambil standar dari luar untuk dipasang di institusi kita. Dan glokalisasi:
kemampuan lokal yang mengglobal.
Seperti apa kebudayaan menggambarkan manusia
Indonesia itu belum selesai. Budaya bicara psikologi, bagaimana manusia simpan
kisah kebersamaannya dengan orang lain. Sekarang manusia memilih tinggal di
kota sehingga dirinya tidak terikat dengan desanya.
Kanada dan New Zealand bagus dalam menerapkan
kebudayaan. Kanada memberi hak etnik, untuk memberi pelajaran dalam bahasa
etnik. Perlu garap kekuatan dari dalam agar bisa jadi kekuatan besar. Bagaimana
mencari sumber kultural lalu hadirkan yang baik-baik. Sulawesi Selatan memiliki
kekuatan itu. Misalnya dalam bidang kuliner, onde-onde itu merupakan “kue yang
berkisah” (karena onde-onde biasanya muncul pada peristiwa-peristiwa tertentu, tidak tiap hari. Kisahnya ada pada peristiwa-peristiwa khusus itu).
Sebagai budayawan, Alwy Rahman percaya bahwa
peradaban bisa dihidupi oleh kisah, dan kisah dimulai dari peristiwa.
***
Demikianlah reportase Sosialisasi Komunitas ASEAN
yang saya hadiri. Mau tidak mau, Komunitas ASEAN ini harus kita hadapi dan kita
harus bersiap menghadapinya, semaksimal mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar