Pada tanggal 28 Februari 2015, Mbak Aisyah Fad mengisi [Sabtu Berbagi], membahas buku solonya Kumpulan Permainan Anak Tradisional Indonesia, berikut materi dan diskusinya di grup FB IIDN Makassar.
Saya akan berbagi sedikit, behind the scene buku pertama saya "Kumpulan Permainan Anak
Tradisional Indonesia". Ceritanya begini :
Dulu, ada teman anak saya kecanduan game, hingga uang
SPP nya beberapa kali tak dibayarkan. Kok jadi ngeri ya, mau jadi apa cucu-cucu
kita 30 tahun mendatang, jika anak-anak kita saja sudah kecanduan game (permainan di komputer/video game/internet)?
Betapa dulu kita bisa bermain asyik tanpa game. Dan bahkan dalam keasyikan itu
tanpa sadar kita telah mengasah ketangkasan, kepemimpinan, kreativitas,
kerjasama, bahkan juga strategi dan wawasan, yang membentuk diri kita saat ini.
Namun, mengapa anak sekarang lebih suka tombol game? Salah satunya adalah karena mereka
tak kenal dan tidak dikenalkan. Teman-teman mereka hanya mengenalkan game online.
Sedangkan orang tua, pernahkah kita “secara spesial” meluangkan waktu
mengenalkan kepada mereka sebuah permainan?
Bagaimana jika orang tua juga hanya tahu sedikit,
tentang permainan tradisional ini? (itulah saya hehe. Tapi dulu, sebelum
menulis buku ini).
Berangkat dari keinginan agar si kecil menikmati
permainan masa kecil saya, menikmati keasyikan dan ke ‘seru’ yang pernah saya
rasakan, muncullah pikiran, “Pengen,ah!
Nulis tentang permainan.“
Tanpa diduga muncul kebutuhan penulis permainan anak.
Gayung bersambut, saya langsung mengajukan diri. Dan mulailah hunting buku
macam-macam buku permainan anak, membuat outline dan diajukan. Lalu gol,..mulai
menulis deh.
Kerja dimulai dengan membandingkan buku-buku sejenis,
lalu Saya menggali pengalaman bermain dari beberapa responden. Reaksi para
responden sangat wow! Saat menjelaskan, seolah-olah mereka bernostalgia dengan
masa kecil, dan menjadi lebih hidup ketika beberapa responden yang berasal dari
daerah lain menimpali.
Yang membahagiakan adalah ketika mengajarkan pada
anak-anak disekitar rumah saya, mereka sangat antusias. Namun karena jenis
permainan itu banyak, saya berikan saja mereka satu buku, supaya mencoba-coba
sendiri.
Alhamdulillah sampai sekarang mereka masih sering
mainkan, terutama bentengan, gobak sodor, dan kotak pos. Mungkin teman-teman
juga harus mulai melirik anak-anak disekitar, yuk kita berikan pada mereka
permainan yang mendidik dan mengasah.
Saya bersyukur pula ada seorang mahasiswa yang
menjadikan buku ini sebagai salah satu bahannya (dia mengirimi saya email).
Dan sekarang jika bungsu saya keasyikan lihat TV, saya
tinggal ambil buku ini, nyari
permainan indoor, trus mancing-mancing
deh. Biasanya do’i kepancing, TV
dimatikan mainlah permainan Lima Jadi, Tolah-Toleh, Bingo, atau yang lainnya.
Guru kelas anak saya juga seneng banget ketika saya menyumbang buku ini, karena dilengkapi dengan
permainan kepramukaan, outbond, dan
17 agustusan seluruhnya (99 permainan).
Oya saya juga melengkapi buku dengan ide pengembangan,
sehingga permainan tidak monoton. Juga tabel nilai skill untuk permainan. Mulai
dari Ketangkasan, Kepemimpinan, Kreativitas, Kerjasama, Strategi dan Wawasan.
Selamat menulis kawan. Selamat berkarya,... Semangat!!
Daaan ..... berikut ini diskusinya:
Tanggapan
(T): Faradillah Hamzah Keren Kak
Emak-emak harus tau ini. Di Sul-Sel sendiri, permainan tradisional
sangat banyak jenisnya. Tapi sayang sudah tidak dilirik lagi.
Jawab (J): Faradillah Hamzah, iya bahkan dulu ketika
saya pindah dari Makasar untuk kenang-kenangan, teman-teman anak saya beri
Bekel Jawa. Di Makassar anak bekelnya kan dari kerang, kalau di Jawa dari
tembaga dan sisinya lebih banyak. Sayang kalau mereka besar tak ada kenangan
bermain masa kecil.
T: Andi
Bunga Tongeng Di Makassar sudah 2 atau 3 tahun ini dilaksanakan festival
permainan tradisional nah. Orang bule kadang ikut main juga lho ...
J: Andi Bunga Tongeng, asyik dong, kesempatan ngenalin
ke anak-anak. Makassar emang nggak pernah mati festival. I love it.
Tanya (T): Andi
Bunga Tongeng Di festival tersebut, orang dewasa pun memainkan permainan
tradisional. Seru. Sampai dipertandingkan. Oh iya. Bgm cara riset sederhananya untuk
tahu sampai 99 permainan? Apakah semuanya mrp permainan yg sudah ada atau ada yang
Mbak Aisyah ciptakan?
J: Andi Bunga Tongeng iya sih sebenarnya. Saya juga
sering kok mainin dengan anak-anak. Dan kalau pas saya asyik main gitu mereka
tampak senang sekali. Yang susah malah kalau mereka gak mau berhenti. Kalau riset sih
nggak susah, karena setiap orang dewasa kan punya masa kecil. Saya nanya
permainan favorit mereka, kemudian browsing
(di internet) dan dicocokin dengan
buku-buku. Kadang ada beberapa perbedaan antara buku dan yang mereka mainkan.
Saya ambil yang termudah. Kadang satu permainan dimainkan berbeda pada 3
daerah, meskipun aturan bakunya sama.
Kalau ide pengembangan 100% karangan saya. Sedang yang
Tolah-Toleh, itu permainan keluarga, biasanya kalau anak-anak di kendaraan
rewel saya lenakan dengan permainan itu, juga kalau mereka kancilen (gak mau tidur-tidur).
Karena melihat manfaatnya banyak dan simpel, saya masukkan saja.
T: Mugniar:
Selalu salut sama Mbak Aisyah Fad, ulet banget
dalam mengerjakan buku. Padahal mulai menulis sama seperti saya juga, setelah
punya anak (kalau tidak mau dibilang setelah tua hahaha). Oya, kesulitan
terbesarnya apa dalam penulisan buku ini?
J: Mugniar, terimakasih juga menyeret saya berbagi
disini. Kesulitannya selalu sama deadline-nya
yang cuma 2 minggu, jadi ya kalau sudah ketok palu outline diterima maka konsen full-lah
saya ke tulisan.
T: Mum
Mukholi: buku kak aisyah ini diajukan ke penerbit dalam bentuk outline saja atau sudah keseluruhan
naskah?
J: Mum Mukholi, seingat saya outline.
T: Nur
Syamsi: Wah mantap kak Aisyah. di
sekolah kami jg sering diadakan lomba mainan tradisional. Biasanya memeriahkan
hari Sumpah Pemuda.
J: Nur Syamsi, kalau di sini, 17 Agustusan yang
sering. Tapi di sekolah anak saya beberapa permainan tradisional difasilitasi.
T: Marisa
Agustina Makasih dah berbagi mba Ai. Kereeen bukunya, pengen hunting ah, soale dulu saya otaknya tukang main waktu kecil
hihi.
J: Aisyah Fad Marisa Agustina, hayoo kutunggu Sabtu Berbagi-mu
T: Arniyati
Shaleh Kerennaaa. Maaf baru buka fb.
J: Aisyah Fad Makasih kak Arniyati Shaleh
T: Nur
Sahadati Amir dulu waktu masih kecil saya sukanya main "dende" (bhs indonesianya apa ya?)
T: Wah dende
itu petak umpet ya?
T: Mugniar
Bundanya Fiqthiya Bukan, Mbak Aisyah Fad ... dende itu yang gambar petak-petak/kotak-kotak
di tanah terus anak-anak melompat-lompat di atas/melalui petak-petak/kotak-kotak
itu
T: Haeriah
Syamsuddin: Dende itu engklek, kebetulan termasuk salah satu mainan
mencerdaskan yang saya masukkan dalam buku Brain Game Untuk Balita (maaf,
ikutan promosi buku). Dende termasuk mainan kesukaanku waktu kecil.
J: Mugniar, wah... dende
ternyata favorit dimana-mana. Saya juga suka, malah kalau tidak selesai hari
ini diteruskan hari berikutnya... nyambung terus. Haeriah Syamsuddin, saya ada
beberapa brain game balita, tapi terbitan lama. Dan memang manfaatnya banyak.
Selamat ya Say atas bukunya.
T: Ida
Basarang Baru menyimak diskusi ini. Wuihhh
kerennya buku ta’, Kak, nanti kalau saya
ke Gramed saya mau cari. Kebetulan punya dua ponakan yang matanya selalu
tertuju ke gadget dan PS, sampai-sampai
setiap Sabtu – Ahad sudah kayak camp
saja di rumah, banyak anak ngumpul
dan riuh sekali. Mau coba-coba mengalihkan perhatian mereka hehehe
T: Mugniar:
Pernah lihat buku ini di Gramedia MARI, Ida Basarang. Mudah-mudahan masih ada.
J: Ida Basarang, insya Allah bisa dialihkan tapi harus
didampingi dulu. Kalau langsung dikasihkan begitu saja biasanya akan ditaruh
begitu saja. Di bagian depan buku saya ada macam-macam suit. Ida pura-pura aja
bingung dengan suit, pasti deh mereka berebut ngajarin. Ujung-ujungnya diarahin
ke permainan dalam buku. Dulu saya juga begitu cara menarik anak-anak.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHalo kak, artikelnya menarik dan menginspirasi cek website kami juga kak Private malang
BalasHapus