Masih ada orang yang paranoid dengan
terbentangnya era Komunitas ASEAN 2015 nanti. Ini terlihat dari tanggapan dan
pertanyaan yang muncul pada acara Sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 yang
diadakan oleh Kementerian Luar Negeri dan UNHAS pada tanggal 1 Oktober 2014 di
Hotel Grand Clarion.
Para nara sumber yang ditampilkan adalah
orang-orang yang mumpuni di bidangnya. Mereka menjawab pertanyaan dan tanggapan
tersebut dengan percaya diri dan lugas. Acara sosialisasi ini menghadirkan Eddy
Mulya dari Direktorat Polkam ASEAN, Kemlu, Edy Prasetyono dari FISIP Universitas
Indonesia, Adi Suryadi - Ketua Jurusan HI FISIP UNHAS, Lingga Setiawan -
Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kemlu, Endo Anugerah dari Direktorat Kerja
Sama ASEAN, Kemendag, M. Ilham Alim Bachrie – Wakil Ketua KADIN Sulawesi
Selatan, Dicky Fabrian dari Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN Kemlu, Prof.
A. Alimuddin Unde - Dekan FISIP UNHAS, dan Alwy Rahman, M.A. – budayawan. Sebelumnya,
acara ini dibuka dengan sambutan-sambutan dari Direktur Politik dan Keamanan,
Ditjen KS ASEAN - M. Chandra W. Yudha, Prof. A. Alimuddin Unde, dan Wakil
Gubernur Sulawesi Selatan – Ir. Agus Arifin Nu’mang.
“Ini
adalah sebuah peluang besar yang harus dimanfaatkan, harus dihadapi, diterima,
dan dijalani,” itulah yang
saya tangkap dari penjelasan mereka tentang Komunitas ASEAN 2015 yang terdiri
atas 3 pilar (Komunitas Politik Keamanan, Komunitas Ekonomi, dan Komunitas
Sosial Budaya).
M.
Chandra W. Yudha mengatakan bahwa ASEAN adalah
kekuatan ekonomi yang diperhitungkan, maka penting adanya kerja sama di ASEAN
pada bidang: maritim, perubahan cuaca, bantuan bencana, dan lain-lain.
Dengan demikian, Prof. A. Alimuddin Unde
menyampaikan bahwa UNHAS telah melakukan riset untuk meningkatkan nilai
kompetisi SDA dan SDM di kawasan ini. Komitmen UNHAS tinggi untuk memberikan
jawaban apa dan bagaimana Komunitas ASEAN 2015. Pentingnya Komunitas ASEAN
2015, maka diperlukan upaya maksimal kerja sama dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kualitas SDM.
Dalam sambutannya, A. A. Nu’mang mengharapkan acara ini dapat memberi pemahaman
mengenai apa yang akan terjadi/dihadapi nanti pada era Komunitas ASEAN. Masih menurut
A. A. Nu’mang Sulawesi Selatan bisa bersaing. Ada pengalaman yang menunjukkan
demikian, misalnya saja, ada perusahaan makanan di KIMA yang bisa menembus
pasar Jepang dan menguasai 35% untuk produk sejenis di sana.
ASEAN anthem
Sosialisasi
Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN
Eddy
Mulya mengatakan
bahwa visi Komunitas ASEAN itu bagaikan “konser”. Maksudnya seperti dalam
pertunjukan musik, kita – bangsa ASEAN seirama dalam “melihat ke luar”, hidup
dalam damai, stabilitas, dan kesejahteraan, terikat bersama-sama dalam
kebersamaan dalam pembangunan yang dinamik dalam komunitas yang saling peduli.
Kita diikat oleh norma-norma dan saling sharing
tanggung jawab dan komprehensif dalam bidang keamanan.
Edy
Prasetyono menceritakan
latar belakang lahirnya Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN. Ada beberapa
cerita di belakangnya, yaitu:
- Waktu Irak serang Kuwait (pertengahan tahun 1990-an), Singapura yang waktu itu di bawah kepemimpinan Lee Kwan Yu mengatakan bahwa hal yang sama bisa terjadi pada mereka (pernyataan itu seolah menunjuk Indonesia dan Malaysia bisa melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Irak). Ini menunjukkan bahwa deklarasi ASEAN 1967 belum menciptakan tingkat kepercayaan yang tinggi. Bukan tanpa alasan, ini karena Indonesia pernah melakukan kebijakan ofensif pada zaman Soekarno dan pernah melakukan aksi militer di Timor Timur.
- Waktu terjadinya krisis di tahun 1996 – 1997, BJ Habibie pernah mengatakan secara eksplisit bahwa Singapura bukan teman saat dibutuhkan.
- Karakter ASEAN itu longgar, informal. Kalau ada yang melanggar, tidak apa-apa.
- Secara nyata, masih banyak masalah di ASEAN, seperti masalah perbatasan Indonesia – Malaysia, Indonesia – Singapura.
Oleh sebab itu, bentuk asosiasi (regional) saja
tidak cukup, kita perlu jadi anggota keluarga besar maka lahir yayasan
Komunitas 2003. Indonesia waktu itu jadi tuan rumah KTT. Harus kemudian ada
agenda kongkrit. Harus ada konsekuensi. Harus ada aspek pengorbanan sebagai
aspek kedaulatan. Kita tidak bisa menutup diri/eksklusif. Jika ada masalah
kemanusiaan yang terjadi di dalam sebuah negara misalnya (seperti korupsi, HAM,
good governance) maka ada yang bisa dilakukan sebagai pihak luar.
Agenda kerja sama politik apa? Promosi demokrasi,
promosi HAM. Intinya, upaya ASEAN membentuk komunitas ini adalah untuk
menjadikan kawasan ini seperti yang dicita-citakan.
ASEAN Plus Three kemudian muncul karena pada saat
ASEAN krisis ternyata ASEAN tidak bisa memecahkan masalahnya sendiri plus
adanya sikap negara barat yang cenderung arogan. Makanya dianggap perlu
melakukan kerjasama dengan negara-negara Asia Timur (Jepang, Korea, dan Cina)
karena ada keterkaitan ekonomi dan keamanan yang baik dengan mereka dan mereka
punya kekuatan ekonomi.
Adi
Suryadi, mengungkapkan hal yang senada: bahwa kecurigaan
sesama negara-negara ASEAN merupakan masalah. Tantangan yang muncul bukan lagi
secara fisik tapi ada keamanan non tradisional (selain kemiskinan dan
demokratisasi), seperti masalah-masalah illegal
logging, illegal fishing, human trafficking, penyelundupan obat, dan polusi
udara.
Makassar, 18 Oktober 2014
Bersambung
ke tulisan berikutnya
0 komentar:
Posting Komentar