Berikut ini postingan [Sabtu Berbagi] dari Nahlatul Azhar (nama pena dari Sitti Mardiyah) di grup Facebook IIDN Makassar pada tanggal 29 Mei 2015. Nahla ini cerpen dan puisi karyanya sering dimuat di harian Fajar
Besok sabtu
berbagi ya? Minggu lalu ngga sempat hehehe, bukan karena sok sibuk,
sebenarnya tidak tahu mau bagi apa juga. Jadwalnya masih besok sih, tapi takut
tak sempat posting karena pagi-pagi ke sekolah.
Selanjutnya... hehehe mau bagi apa ya, sudah lama ngga nulis juga.
Sekian.
Kalau ada yang tanya-tanya baru dijawab deh kalau tidak ada yang nanya alhamdulillah.
Soal fiksi yang bagiku tak semata fiksi sebab keseringan buatnya berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain. Tinggal dipolesi bedak setelahnya. Hmmm gitu aja deh.
Soal ngirim, aku baru berani ngirim ke Fajar dan Cakrawala. Kak Niar besok kalau ada pertanyaan aku usaha jawab deh. Pun ngga bisa-bisa amat. Selamat bermalam Sabtu.
Berikut
disarikan dari tanya jawab di grup IIDN Makassar:
Tanya (T): Dikpa Lathifah Nahla ... bagaimana awalnya
terjun ke dunia penulisan?
Jawab:
awal mula terjun bebas saat SMA. Nulis diary,
nulis cerita pake nama anime yang aku
tonton. Maklum saat itu suka anime dan gila baca (SMA tapi). Habis itu kan
tamat SMA, nah buat janjilah sama hati ntar
kalau kuliah kudu gabung dengan
organisasi.
T:
Arniyati Shaleh: bagaimana pendapat ta tentang plagiator? Kiat tembus media,
bagaimana?
J: Ngga bingits deh. Tema atau ide boleh
samalah, tapi kalau jalan ceritanya sama persis ya janganlah. Jadi penulis atau
terjun ke dunia kepenulisan harusnya sudah menanam dalam hati untuk
mengharamkan plagiat. Kiat tembus media dalam hal ini fajar, kenalan sama Fajarnya,
kenali bagaimana tulisan yang dimaui, alamatnya apa, aturan tulisan yang dimau
apa, dan akhirnya kitim terus sampai dimuat.
T:
Mugniar: Tolong dijabarkan bagaimana menulis fiksi yang baik menurut Diyah.
J: Peka
dengan keadaan sekitar. Jadi tidak ada alasan bilang tidak ada ide, karena
kalau sudah peka, apa saja bisa jadi cerita.
T:
Arniyati Shaleh: Bagaimana membangun feel
dalam tulisan kita? Bagaimana membentuk tokoh yang berkarakter? Apakah disetiap
cerita kita harus menampakkan kepribadian personal kita sebagai manusia?
J:
Tidak berani jawab, Bunda soalnya aku juga lemah masalah itu keseringan kebawa
suasana hati sendiri (maklum, suka merendah Nahla – red)
0 komentar:
Posting Komentar