Memperingati Hardiknas Bersama Ruma Sokola

Registrasi

Undangan yang tercetak dalam selembar kertas itu diberikan oleh Ni Nyoman Anna menjelang Diskusi Inspirasi BaKTI tanggal 30 April lalu. Undangan itu ditujukan oleh Ruma Sokola bagi “Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis Makassar”.

Tanggal 2 Mei acara Pentas Seni Hardiknas yang diselenggarakan oleh Ruma Sokola di Rumata’ Art Space, Jl. Bontonompo. Saya datang bersama suami dan 2 anak kami yang kecil. Tahu akan ada dongeng, mereka antusias untuk ikut.

Anak-anak mengambil tempat, duduk di alas tanah yang telah dihamparkan di halaman belakang Rumata’. Mereka duduk di dekat Nurul Rejeki (Nunu) dan Tari. Nunu adalah aktivis Penyala sedangkan Tari merupakan aktivis KPAJ (Komunitas Pecinta Anak Jalanan) yang juga bergabung di grup Facebook IIDN Makassar. Saya berkeliling, melihat-lihat aktivitas di halaman belakang ini.

Pentas nyanyi

Anak-anak PAUD sedang mewarnai
Ruma Sokola Makassar adalah Sekolah alternatif yang didirikan tahun 2004 oleh sejumlah relawan untuk menampung anak-anak putus sekolah di kawasan yang bersebelahan dengan salah satu perumahan termewah di Makassar. Diasuh oleh sejumlah sukarelawan dan merupakan bagian dari komunitas SOKOLA yang digagas oleh Butet Manurung, dkk.

Dengan kurikulum yang tak mengacu pada kurikulum sekolah biasa, Ruma Sokola memberi kebebasan pada siswa belajar sesuka hati. Ada empat kelas yang menjadi acuan. Pukul delapan pagi, playgroup untuk usia empat hingga enam tahun. Kelas literasi dengan materi membaca, menulis, dan berhitung untuk usia enam ke atas pada pukul 10 sampai 12 siang. Bahasa Arab (mengaji) pada pukul empat sore. Dan keterampilan komputer untuk usia belasan pada pukul enam sore[1].

Face painting

Kak Ridha mendongeng

Puisi-puisi anak-anak RUma Sokola
Tak jauh dari “pusat” acara yang tengah menampilkan acara nyanyian yang dibawakan oleh anak-anak Ruma Sokola, ada hamparan terpal tempat anak-anak PAUD Ruma Sokola berkegiatan. Mengenakan seragam batik berwarna biru, mereka sedang mewarnai gambar di sana.

Ada beberapa meja diletakkan, menjadi tempat kegiatan-kegiatan lain. Ada yang memajang kartu pos dan merchandise lain dari Ruma Sokola, ada meja tempat bermain congklak dan kertas origami, ada meja tempat face painting, ada papan yang memajang foto-foto karya anak-anak Ruma Sokola, dan tentu saja – ada meja registrasi. Dekat meja registrasi ada papan apresiasi pengunjung, tempat menuliskan pesan-pesan kepada anak-anak Ruma Sokola. Pada papan itu tertempel bermacam-macam kata-kata motivasi, seperti “tetap semangat”. Oya, serunya, ada pojok photo booth yang disediakan di situ. Siapa pun bisa berfoto-foto menggunakan pernak-pernik lucu seperti kaca mata buatan di sana.

Tak lama kemudian, Kak Ridha tampil mendongen. Dongengnya tentang 2 binatang yang sombong, memukau anak-anak. Kak Ridha sering berinteraksi dengan anak-anak dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Saya kira, ini salah satu hal yang membuat semua anak yang menyaksikan dongengnya bisa tetap fokus menyimak.

Papan dengan tempelan ucapan-ucapan motivasi

Kiri: "galeri foto" karya anak-anak Ruma Sokola

Beberapa foto karya anak-anak Ruma Sokola

Kehidupan orang pesisir
Saya sempat berbincang-bincang dengan beberapa orang selama di sana selain dengan Ni Nyoman Anna (Anna). Yaitu dengan Habibi – ketua Ruma Sokola, Daeng Nuntung – blogger AM, Evi – salah seorang pengurus Ruma Sokola, dengan 2 siswi SMP, dan seorang siswi SD.

Sudah beberapa kali membaca namanya sebagai salah satu orang penting di belakang Ruma Sokola, baru kali ini saya berbincang dengan Habibi. Kami berbincang tentang kegiatan-kegiatan di Ruma Sokola. Dalam 6 hari setiap minggunya ada belajar mengaji. Di luar itu ada kursus-kursus.

Saya salut sekali dengan Evi. Tadinya saya pikir ia tinggal di daerah Mariso – lokasi Ruma Sokola tapi ternyata tidak. Evi tinggal di daerah Daya ... wow, semangatnya dalam mengayomi anak-anak Ruma Sokola ini luar biasa. Ruma Sokola kan terletak di pesisir pantai – tepi barat Kota Makassar sementara Daya jauh di timur kota. Jaraknya berjauhan!

Ketiga anak Ruma Sokola itu tak sempat saya tanyai namanya. Saya senang sekali mendengar mereka masih bersekolah. Dua orang remaja itu, salah satunya bersekolah di SMP Nasional dan yang satunya di SMPN 3. Saya lupa menanyakan asal sekolah gadis kecil berkulit gelap dan berlesung pipi manis itu, hanya sempat mengorek informasi bahwa dia duduk di kelas 5 sekolah dasar. Sebenarnya masih mau bertanya-tanya lagi tapi mereka kelewat lincah. Hanya duduk sebentar, lalu bergerak lagi ke tempat lain.

M. Aan Mansyur tampil berpuisi setelah anak-anak Ruma Sokola usai menampilkan pertunjukan-pertunjukan mereka. Kalau tidak salah tangkap, tema puisinya adalah tentang anak tapi lebih cocok untuk didengarkan oleh orang-orang dewasa karena ada kata-kata yang tidak cocok didengarkan audiens anak-anak dalam puisi itu.

Saya tidak tahu ada acara apa lagi setelah itu karena sebentar lagi masuk waktu maghrib, kami harus segera pulang. Terima kasih Ruma Sokola, sudah diundang di acara menarik ini.




[1] Sumber: http://sekolahpesisir.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar