Sesi ke-4 Sharing Kepenulisan Bersama Penulis IIDN Makassar di Gramedia MaRI tanggal 9 Mei berakhir sudah. Dengan demikian, rangkaian Sharing Kepenulisan bekerja sama dengan Gramedia Mal Ratu Indah juga berakhir.
![]() |
Foto: dari kamera Abby Onety (taken by Aida) |
Satu kesamaan saya dengan Marisa Agustina (kanan)
adalah, kami bingung kalau ditanyakan tentang teori menulis. Karena bagi kami menulis
adalah praktik: menulis, menulis, dan menulis.
Begitu pun bagi Abby Onety (tengah). Begitu
bergabung dengan IIDN Makassar, ia menjalankan praktik demi praktik menulis.
Baru tahun 2014 lalu keaktifannya dalam menulis namun ia sudah berkontribusi pada
3 antologi (yang sudah terbit) dan 3 antologi lain (yang belum terbit). Sebuah
media cetak lokal juga pernah memuat tulisannya. Abby membuktikan bahwa menulis
tak semata-mata bakat. Bakat tak perlu, yang penting adalah langsung praktik
menulis, kemudian menulis, menulis, dan menulis.
Piala di atas meja, di depan kami itu adalah piala
dari ajang Islamic Book Fair Award 2015
untuk kategori fiksi anak terbaik yang diraih Marisa Agustina (melalui bukunya
Reisha Si Pengusaha Cilik terbitan Lintang -
Indiva Media Kreasi). Sebuah buku yang menurut saya bagus untuk
dijadikan bahan sinetron anak karena sarat pembelajaran di dalamnya. Juga tanpa
konflik berlebihan yang meniru konflik pada sinetron-sinetron dewasa saat ini.
Buku ini bercerita tentang seorang anak perempuan
(Reisha) yang ingin menjadi entrepreneur di kelasnya, dengan berjualan puding
cokelat. Reisha menghadapi konflik dengan teman sekelasnya. Belakangan, konflik
itu berhasil diselesaikan dengan baik. Seorang nenek muncul menjadi salah satu
tokoh di dalam buku ini ternyata munculnya tidak disengaja sejak awa. Tokoh
nenek itu muncul ketika rancangan buku telah selesai dan Marisa menemui sosok
seorang nenek yang menyunggi beberapa barang di atas kepalanya.
Kemudian dimasukkanlah tokoh itu ke dalam cerita,
diselip-selipkan dalam beberapa adegan. Begitulah sebuah tulisan dibuat, tak
sekali jadi. Tak sekali duduk. Sebuah tulisan tak bisa hanya sekadar niat,
keinginan, atau outline. Tanpa menyengaja mengetikkan sesuatu, tulisan tidak
akan pernah jadi. Waktu untuk menulis memang harus diadakan, bukannya menunggu
waktu luang.
Kedua nara sumber ini menceritakan proses menulis mereka
hingga proses terbitnya buku-buku mereka. Reisha si Pengusaha Cilik terbitnya
cukup mulus karena Marisa sudah mempelajari karakter penerbit yang ia bidik
(Lintang Indiva). Sementara Abby melalui tahapan sayembara di penerbit Wahyu
Qolbu. Setelah penerbit menyaring lebih dari 300 tulisan yang masuk, tulisan
Abby terpilih dalam 15 tulisan yang menjadi bagian buku Sakitnya Tuh Nggak di
Sini.
Ada berita baik yang diberikan Abby. Ia membuat kuis
kepada hadirin. Barang siapa yang mau mendapatkan buku Sakitnya Tuh Nggak di
Sini terbitan Penerbit Wahyu Qolbu darinya secara gratis, harus menuliskan
review kegiatan ini di blog/note Facebooknya.
Beritan baik lainnya bagi peserta yang bertanya pada
acara ini adalah: mereka (ada 4 orang) berhak mendapatkan hadiah buku dari Umma
Azura. Umma adalah salah seorang anggota IIDN Makassar yang berperan besar
dalam membidani lahirnya antologi Storycake Berpikir Positif (terbit 2014)
Tapi berita baik kuis bukunya Abby itu sekaligus
merupakan berita buruk bagi saya. Ia mendaulat saya sebagai juri ... *gigitlepi*
***
Sumber foto: Ida Basarang
0 komentar:
Posting Komentar