[Sabtu Berbagi] Beranilah dan Rasakan Sensasinya!

Kadang-kadang perlu “langkah berani” dalam menulis agar dapat merasai sebuah sensasi yang bernama “berkembang”. Sebagian orang memulainya dengan membuat blog dan melakukan aktivitas ngeblog. Ada juga yang mencoba menerbitkan tulisannya dalam bentuk buku, atau memberanikan diri untuk ikut lomba menulis. Sensasi menang berlomba contohnya yang saya maksud “sensasi berkembang” itu. Kalaupun tak menang sebenarnya kita sudah menjalani sebuah perkembangan karena sudah mendapatkan pengalaman. Penambahan pengalaman pun menurut saya adalah sebuah perkembangan.

Saya pernah melakukan semuanya. Dan rasa sensasinya …. mak nyuuuss. Kalau kata orang saya sering menang, itu tak benar. Dari semua lomba yang pernah saya ikuti (jumlahnya sudah ratusan), saya lebih banyak mengalami kekalahan daripada kemenangan. Tapi saya tidak kapok berlomba, tuh. Karena setiap menyelesaikan sebuah tulisan itu berarti penambahan pengalaman dan juga pembelajaran.

Secara lebih spesifik, ini ada 2 langkah berani (karena saya benar-benar memberanikan diri melakukannya) untuk mengambil langkah maju:

Pertama. Sewaktu membutuhkan dua rekomendasi dari blogger yang lebih dulu bergabung dalam sebuah social media marketing, saya hanya mengenal satu orang saja yaitu blogger senior bernama Kak Amril Taufik Gobel. Yang satu orangnya, saya tahu sebagai pendiri sebuah grup menulis, namanya Jonru Ginting.

Sebagian dari kalian mungkin mengenal Jonru sebagai sosok yang ngetop saat masa pilpres baru-baru ini. Mungkin banyak yang tak tahu kalau dia adalah seorang penulis. Nah, tahun 2011 saat membutuhkan satu orang lagi untuk merekomendasikan saya, saya menghubunginya dengan berani melalui inbox FB.

Syukurnya, gayung bersambut. Jonru menyanggupinya tetapi memberikan syarat, yaitu saya harus menulis tentang sekolah menulis yang didirikannya dan mem-posting-nya di blog saya. Dengan senang hati saya menyanggupi. “Kesempatan tulisan saya dibedah penulis yang sudah punya nama nih,” begitu pikir saya waktu itu. Bukankah mendapat kesempatan tulisan kita dibedah itu sebuah pembelajaran menulis yang keren?

Langkah berani kedua adalah, dengan beraninya saya mencoba mendaftarkan diri ikut Makassar International Writers Festival 2012 sesi launching buku ... psst padahal buku saya diterbitkan oeh penerbit indie yang nyata-nyata tidak ada di toko buku. Tapi waktu itu saya percaya diri saja karena buku itu hasil memenangkan lomba Book Your Blog di penerbit yang bersangkutan.

Permintaan saya ditampik karena sudah ada peserta launching buku waktu itu. Namanya Fauzan Mukrim, bukunya diterbitkan oleh sebuah penerbit mayor yang tentu saja tersebar di toko-toko buku di seluruh Indonesia!

Hahaha …. Benar-benar tidak tahu diri saya ya. Saya sudah yakin saja tidak punya peluang karena e-mail saya tak berbalas lagi. Namun tak dinyana, 2 minggu sebelum MIWF 2012, saya mendapatkan e-mail yang mengatakan bahwa saya sudah punya jadwal untuk sebuah sesi (yang saya lupa namanya) di hari Jumat pagi, dipanel bersama seorang penulis asal Toraja bernama Rampa Maega. Betapa girangnya saya.

Namun begitu membaca nama siapa yang akan menjadi moderator pada sesi saya, kederlah saya dan seketika itu berniat untuk walk out (cih kayak anggota DPR saja!). Ya, saya ingin menyerah! Kenapa? Karena yang bertindak sebagai moderator adalah seorang penulis yang lagi naik daun, Saudara. Dia adalah penulis terkenal bernama Khrisna Pabhicara, penulis Sepatu Dahlan yang best seller itu!

Aih, berhari-hari saya menyesali diri, kenapa mau-maunya mengirimkan e-mail ke panitia MIWF! Saya memutar otak, mencari cara bagaimana supaya bisa mundur. Apalagi waktu seorang kawan yang berprofesi sebagai dosen di UNHAS dengan gelar doktor di depan namanya mengatakan ingin hadir pada sesi saya … waaah … makin gemetarlah sekujur organ-organ tubuh saya, mulai otak, jantung, sampai pembuluh darah!

Tapi begitu saya sadar kalau mundur adalah sebuah tindakan yang amat hina, mendekati bunuh diri maka saya mencoba mencari cara untuk menghadapinya saja. Lalu saya pun bertanya kepada teman-teman yang pernah melakukan launching buku mengenai bagaimana caranya launching buku, apa saja yang harus disiapkan (eh, konyolnya saya .. selama beberapa hari saya masih merasa kalau saya itu diberi sesi launching buku dan memberitakannya ke mana-mana hahaha saya sadarnya setelah mengantongi berbagai saran tentang launching buku – mengenai apa saja yang harus dilakukan seseorang pada acara launching buku bahwa sesi saya bukanlah launching buku).

Setelah saran-saran saya peroleh dari kawan-kawan penulis di beberapa grup, saya pun mencoba mempersenjatai diri hingga tiba hari H. Syukurnya hari H berlangsung sukses. Khrisna Pabhicara ternyata orangnya hangat, keramahannya mampu mencairkan ketegangan yang saya rasakan. Fauzan Mukrim yang hadir di acara itu juga sosok yang keren karena saya bisa langsung ngobrol akrab dengannya … padahal siapa sih saya? Saya hanyalah seorang emak beranak tiga yang nekad!

Nah kawans, sensasi bernama perkembangan sungguh saya rasakan. Manfaatnya banyak sekali di kemudian hari. Dan kedua orang itu lama-kelamaan menjadi familiar dengan saya – menjadi lebih akrab maksudnya.

Jadi, sekali-sekali yuk beranikan diri untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan lebih bermakna lalu rasakan sensasinya.

Makassar, 7 November 2014


4 komentar:

  1. Hayyooo.... sekali kali berbagi ilmu menulisnya untuk adik adik di SMP atau SMU yuk!

    BalasHapus
  2. Uji coba boleh di SMA Nasional Makassar dulu bu :)

    BalasHapus