Kadang-kadang
perlu “langkah berani” dalam menulis agar dapat merasai sebuah sensasi yang
bernama “berkembang”. Sebagian orang memulainya dengan membuat blog dan
melakukan aktivitas ngeblog. Ada juga yang mencoba menerbitkan tulisannya dalam
bentuk buku, atau memberanikan diri untuk ikut lomba menulis. Sensasi menang
berlomba contohnya yang saya maksud “sensasi berkembang” itu. Kalaupun tak
menang sebenarnya kita sudah menjalani sebuah perkembangan karena sudah
mendapatkan pengalaman. Penambahan pengalaman pun menurut saya adalah sebuah
perkembangan.
Saya
pernah melakukan semuanya. Dan rasa sensasinya …. mak nyuuuss. Kalau kata orang
saya sering menang, itu tak benar. Dari semua lomba yang pernah saya ikuti
(jumlahnya sudah ratusan), saya lebih banyak mengalami kekalahan daripada
kemenangan. Tapi saya tidak kapok berlomba, tuh. Karena setiap menyelesaikan
sebuah tulisan itu berarti penambahan pengalaman dan juga pembelajaran.
Secara
lebih spesifik, ini ada 2 langkah berani (karena saya benar-benar memberanikan
diri melakukannya) untuk mengambil langkah maju:
Pertama. Sewaktu membutuhkan dua rekomendasi
dari blogger yang lebih dulu bergabung dalam sebuah social media marketing,
saya hanya mengenal satu orang saja yaitu blogger senior bernama Kak Amril
Taufik Gobel. Yang satu orangnya, saya tahu sebagai pendiri sebuah grup
menulis, namanya Jonru Ginting.
Sebagian
dari kalian mungkin mengenal Jonru sebagai sosok yang ngetop saat masa pilpres
baru-baru ini. Mungkin banyak yang tak tahu kalau dia adalah seorang penulis.
Nah, tahun 2011 saat membutuhkan satu orang lagi untuk merekomendasikan saya,
saya menghubunginya dengan berani melalui inbox FB.
Syukurnya,
gayung bersambut. Jonru menyanggupinya tetapi memberikan syarat, yaitu saya
harus menulis tentang sekolah menulis yang didirikannya dan mem-posting-nya
di blog saya. Dengan senang hati saya menyanggupi. “Kesempatan tulisan saya
dibedah penulis yang sudah punya nama nih,” begitu pikir saya waktu itu.
Bukankah mendapat kesempatan tulisan kita dibedah itu sebuah pembelajaran
menulis yang keren?
Langkah
berani kedua adalah, dengan beraninya saya mencoba
mendaftarkan diri ikut Makassar International Writers Festival 2012 sesi launching buku
... psst padahal buku saya diterbitkan oeh penerbit indie yang nyata-nyata
tidak ada di toko buku. Tapi waktu itu saya percaya diri saja karena buku itu
hasil memenangkan lomba Book Your Blog di penerbit yang bersangkutan.
Permintaan
saya ditampik karena sudah ada peserta launching buku waktu
itu. Namanya Fauzan Mukrim, bukunya diterbitkan oleh sebuah penerbit mayor yang
tentu saja tersebar di toko-toko buku di seluruh Indonesia!
Hahaha
…. Benar-benar tidak tahu diri saya ya. Saya sudah yakin saja tidak punya
peluang karena e-mail saya tak berbalas lagi. Namun tak dinyana, 2 minggu
sebelum MIWF 2012, saya mendapatkan e-mail yang mengatakan bahwa saya sudah
punya jadwal untuk sebuah sesi (yang saya lupa namanya) di hari Jumat pagi,
dipanel bersama seorang penulis asal Toraja bernama Rampa Maega. Betapa
girangnya saya.
Namun
begitu membaca nama siapa yang akan menjadi moderator pada sesi saya, kederlah
saya dan
seketika itu
berniat untuk walk
out (cih kayak anggota DPR
saja!). Ya, saya ingin menyerah! Kenapa? Karena yang bertindak sebagai
moderator adalah seorang penulis yang lagi naik daun, Saudara. Dia adalah
penulis terkenal bernama Khrisna Pabhicara, penulis Sepatu Dahlan yang best
seller itu!
Aih,
berhari-hari saya menyesali diri, kenapa mau-maunya mengirimkan e-mail ke
panitia MIWF! Saya memutar otak, mencari cara bagaimana supaya bisa mundur.
Apalagi waktu seorang kawan yang berprofesi sebagai dosen di UNHAS dengan gelar
doktor di depan namanya mengatakan ingin hadir pada sesi saya … waaah … makin
gemetarlah sekujur organ-organ tubuh saya, mulai otak, jantung, sampai pembuluh
darah!
Tapi
begitu saya sadar kalau mundur adalah sebuah tindakan yang amat hina, mendekati
bunuh diri maka saya mencoba mencari cara untuk menghadapinya saja. Lalu saya
pun bertanya kepada teman-teman yang pernah melakukan launching buku
mengenai bagaimana caranya launching buku, apa saja yang harus
disiapkan (eh, konyolnya saya .. selama beberapa hari saya masih merasa kalau
saya itu diberi sesi launching buku dan memberitakannya ke
mana-mana hahaha saya sadarnya setelah mengantongi berbagai saran tentang launching buku – mengenai apa saja yang harus
dilakukan seseorang pada acara launching buku
bahwa sesi saya bukanlah launching buku).
Setelah
saran-saran saya peroleh dari kawan-kawan penulis di beberapa grup, saya pun
mencoba mempersenjatai diri hingga tiba hari H. Syukurnya hari H berlangsung
sukses. Khrisna Pabhicara ternyata orangnya hangat, keramahannya mampu
mencairkan ketegangan yang saya rasakan. Fauzan Mukrim yang hadir di acara itu
juga sosok yang keren karena saya bisa langsung ngobrol akrab dengannya …
padahal siapa sih saya? Saya hanyalah seorang emak beranak tiga yang nekad!
Nah
kawans, sensasi bernama perkembangan sungguh saya rasakan. Manfaatnya banyak
sekali di kemudian hari. Dan kedua orang itu lama-kelamaan menjadi familiar
dengan saya – menjadi lebih akrab maksudnya.
Jadi,
sekali-sekali yuk beranikan diri untuk melakukan sesuatu yang berbeda dan lebih
bermakna lalu rasakan sensasinya.
Makassar, 7 November 2014
Hayyooo.... sekali kali berbagi ilmu menulisnya untuk adik adik di SMP atau SMU yuk!
BalasHapusBelum pernah coba, Kak ..... :)
HapusUji coba boleh di SMA Nasional Makassar dulu bu :)
BalasHapusWah malah ditantang sama Abby hehehe
Hapus