Materi [Sabtu Berbagi] pada tanggal 31 Januari 2015
Izinkan saya mengutip 3 kalimat motivasi yang saya lihat di dinding sebuah ruang kelas di Rumah Belajar Samsung Makkareso Maros beberapa hari yang lalu:
- · A journey of a thousand miles begins with a single step (Lao Tzu)
- · We are what we repeatedly do. Excellence therefore, is not an act but a habit (Aristotele)
- · Energy and persistence conquer all things (Benjamin Franklin)
Terjemahan
bebasnya (CMIIW: correct me if I’m wrong):
- · Perjalanan dari 1.000 mil dimulai dengan sebuah langkah kecil (Lao Tzu)
- · Kita, adalah apa yang berulang kali kita lakukan. Sebuah hal yang luar biasa bukanlah sebuah tindakan, melainkan sebuah kebiasaan (Aristotele) – maksudnya adalah bila ada hal luar biasa yang terlihat dari seseorang itu bukanlah serta-merta karena satu tindakan yang dilakukan, melainkan timbul dari kebiasaannya.
- · Energi dan persistensi (sikap melakukan sesuatu dengan periodik dan berulang kali) menaklukkan segalanya (Benjamin Franklin)
Lalu
kemarin, saya mendengar cuplikan perkataan dari Mario Teguh dari video yang
ditonton sulung saya. Mario Teguh mengatakan hal-hal yang memotivasi (seperti
biasanya) yang kalau saya tulis ulang dalam bahasa saya adalah: “Tak ada
‘tahu-tahu’ yang muncul begitu saja. Seseorang yang kita bilang ‘tahu-tahu’
sukses adalah orang yang rutin – selalu melakukan hal yang membuatnya sukses.”
Satu
lagi: kata Malcolm Gladwell (penulis buku-buku Psikologi Sosial, di antaranya
"The Tipping Point" (2000) , "Blink" (2005),
"Outliers" (2008)dan "What the Dog Saw" (2009) yang pernah
menjadi buku terlaris versi New York Times): "10.000 hours of practice can make you an expert" – berlatih
selama 10.000 jam bisa membuatmu menjadi ahli
Nah,
apa maksud saya menuliskan hal ini?
Maksud
saya, mengajak kita semua untuk melihat benang merahnya. To the mepoint saja: kalau kita mau punya karya dalam hal menulis
maka kuncinya adalah menulis, menulis, dan menulis.
Kalau
tak memulai dari sekarang, kapan kita akan melampaui 10.000 jam dan menjadi
ahli dalam menulis? Kapan perjalanan 1.000 mil kita tercapai kalau 1 mil pun
belum kita jalani? Sekali lagi, menulis bukanlah soal bakat. Bakat bukan alasan
untuk tak menulis. Yang paling penting adalah keinginan yang kuat – bukan
sekadar kemauan. Punya keinginan yang kuat untuk menulis dan tekun. Sebagian
orang mendefinisikan ketekunan dengan menulis minimal 10 atau 5 halaman sehari.
Ada yang dengan minimal 1 tulisan per hari.
Nah,
kalau Anda ... apa yang anda lakukan? Apa yang Anda inginkan?
Sumber: www.annyas.com |
Selanjutnya,
di bawah ini diskusi yang berlangsung di grup Facebook IIDN Makassar:
Abby Onety: Iye
benar Mugniar menulis bukan bawaan dari kecil. Saya baru belajar menulis 6
bulan setelah BLOGku lahir dan baru menekuninya akhir-akhir ini. Belajarnya pun
otodidak. Saya loncat dari blog yang satu ke blog (kayak kutu loncat aja yaa
xixixii) yang lainnya untuk membaca tulisan, mengamati, lalu mempelajari
teknik-teknik menulis teman-teman blogger. Blog yang paling sering ku kunjungi
saat itu adalah blog ta’ (blog Anda,
maksudnya blog Mugniar), blog Windy Ariestanty, dan Nur Sahadati Amir. Soal
kursus online menulis cuma sehari di
IIDN Pusat oleh Bu Indari Mastuti itupun karena gratis hihihii (Tau kan AO
pemburu gratisan ).
Indari Mastuti: Prakteknya yang dijalankan mbak
Abby Onety bikin beliau jadi kereen . Happy
writing, Mbak...
Abby Onety: Terima kasih banyak Bu Indari
Mastuti jujur saja, termotivasi menulis dari IIDN Oleh Bu Indari . Insya Allah saya
akan terus belajar menulis, menulis, dan menulis
Arniyati Shaleh: Saya sejak SD sering ikut lomba
mengarang, malah waktu kelas 4 belajar bikin artikel juduknya Masa Depan
Dangdut, terus (waktu) SMA selain puisi juga (bikin) naskah drama yang
dipentaskan di Porseni sekolah. Cerpen nanti 2011 baru eksis. Puisi pertama
Selamat Pagi Indonesia, waktu itu masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 3,
dimuat di harian Pedoman Rakyat. Sangat penting, bagi saya pelatihan itu,
semacam mengais ilmu asal dibarengi
praktik. Waktu kuliah saya pernah jadi asisten pembantai skripsi senior. Nah
di situ saya belajar EYD dan mengadon kalimat.
Mugniar:
Aih senangnya ada bu Indari Mastuti ikut berkomentar. Abby
Onety ini sudah ada karyanya yang dimuat di media cetak (koran) lho Bu, eh
masih adakah hadiah untuk yang karyanya pertama kali dimuat di media. Dulu kan
ada.
Kak
Arniyati Shaleh: sip, pelatihan tanpa praktik tidak bisa mendorong apapun yaa.
Kalau
saya pribadi, saya memulai dengan menulis. Pelatihan saya adalah belajar
sendiri menulis di rumah. Setiap hari. Pelatihan di kelas baru saya ikuti di
tahun 2012. Saya mulai serius menulis awal tahun 2011 waktu itu, sudah lolos
audisi beberapa buku antologi, dan sudah punya satu buku solo. Maaf bukannya bermaksud
riya' ... sekadar sharing sama –teman bahwa jangan
berkecil hati kalau belum pernah ikut pelatihan menulis di dalam kelas karena
itu bukan yang utama. Belajar sendiri bisa dilakukan karena fasilitas internet
sekarang ada. Tinggal pandai-pandainya kita mencari peluang. Seperti Abby Onety
yang ikut pelatihan gratis
Sekadar
info, saya belum pernah ikut pelatihan menulis yang berbayar. Yang gratis iya
ada, tapi setelah saya punya karya. Jadi bukanlah hambatan kalau belum pernah
ikut pelatihan. Mulai saja menulis. Itu kuncinya. Dan setelah menulis ritmenya
harus dijaga dengan konsisten menulis supaya jari-jari dan otaknya tidak kaku.
Arniyati Shaleh: Jurusanku mata kuliahnya kepenulisan semua
malah pernah 4 kredit cuma bikin GBPP
Mugniar: Hehehe iya di', kak Arni kan dari Fakultas
Sastra
Indari Mastuti: Boleeeh bangeeet ngasih hadiah,
siniiih kirimkan alamatnya mbak Mugniar Bundanya Fiqthiya
Mugniar: Abby Onety ... nah ayo silakan
kirim alamatnya ke bu Indari Mastuti J
Abby Onety: Astagaaa .... Alhamdulillah ...
Senaaaang Bingiittt (sambil loncat-loncat kegirangan) Terima Kasih Bu Indari
Mastuti dan Mugniar #BigHug. Makin termotivasi menulis nih.... (laptop, mana laptop xixixi)
Ida Sulawati:
Membiasakan
menulis, sepertinya kalimat sakti ini yang jadi jimat bagi saya untuk kembali
memulai kegiatan yang dulu pernah kumulai dan terhenti justru di awal aku
memulai oleh berbagai kendala, teknis dan non teknis.
Tetapi
meski tak menulis di medsos, sesungguhnya menulis tetap saya lakukan dengan
cara lain, salah satunya ialah menulis ulang materi-materi kajian yang
sebelumnya saya catat di buku "gado-gado", lalu menyalinnya ulang dan
melengkapi dalil-dalilnya.
Alhamdulillah,
ternyata dengan cara demikian, aku jadi tahu banyak tentang dalil-dalil atas
amalan yang kita lakukan. Dan ternyata, ada perasaan senang dan bahagia ketika
teman-teman sekajian akhirnya menjadikan catatanku sebagai rujukan bagi mereka.
Bahkan ketika akhirnya mereka memutuskan memfoto kopi catatanku lalu
menjilidnya sehingga berbentuk sebuah buku, sungguh membuat perasaanku bahagia.
Tetapi
saya sadar bahwa menyalin catatan tentu berbeda dengan menulis. Dan alasan
tersebutlah yang mendorong saya untuk terus berlatih dan mencoba menaklukkan
kendala yang ada. Ikatlah Ilmu Dengan Tulisan, kalimat ini yang jadi motivasi
kuat untuk itu...
Satu
lagi, keberadaan saya di IIDN ini juga membuat semangat saya menulis terus
menyala. Sangat berbeda keadaannya sebelum ditarik Mugniar. Dulu, betul-betul
berhenti dalam arti yang sebenarnya.
Tetapi
sekarang, jika perasaan enggan menghampiri, lalu baca tulisan teman di wall, jadinya keinginan menulis itu
kembali membara. Apalagi kalau sudah dikompori sama teman-teman dengan berbagai
cara, jadilah keinginan itu berkobar. Meski belum bisa pakai laptop dan jaringan tak stabil.
Jadi
menurut saya, colekan teman sekomunitas itu juga merupakan pemicu semangat bagi
orang yang baru memulai seperti saya. Colek juga Arniyati Shaleh, Abby Onety,
Andi Bunga Tongeng, Ida Basarang dan lain lain. Pengen peluk satu-satu ah
Abby Onety: Itu colekan cerdas yang menantang
dan membangkitkan motivasi menulis, kan? Kanda Ida Sulawati
Ida Sulawati: Mmmm,
gitu deh. J
Mugniar: Memang kita butuh kebersamaan
seperti ini utk saling menyemangati Makasih Kak Ida *peluk juga*
Abby Onety: peyuukkk
semuaa
Arniyati Shaleh: Kalian bukan perempuan biasa
Aida Al Fath: I
am back, Sist. Tidak heran kalau
banyak teman blogger yang kasih nasihat supaya tidak begadang lagi, karena
sudah merasakan akibatnya. Sering puyeng
pastinya. Tapi itu bukanlah halangan bagi saya tuk jadi deadliner lomba. Sebenarnya bukan soal begadang, selama ini saya ngikutin koneksi paketan koneksi internetku
saja. Lagi pula kalau mau nulis, saya jauh lebih fokus kalo tengah malam sampai
subuh. Lucunya, pas liat DL, ide-ideku bermunculan hahaha. Tapi sedihnya itu
pas mau daftar tulisan, koneksi mempermainkan diriku hiksss. Satu hal lagi, kalau
saya menghabiskan waktu sehari dua hari di depan lepi, maka saya harus meluangkan waktu tiga sampai lima hari
bersama orang tua dan saudara.
Nur Sahadati Amir: Awalnya konsisten untuk ngeblog dan
menulis sejak tahun 2011. Waktu itu postingan
di blog masih campur-campur. Ada tulisan co-pas
dari blog lain/facebook dan ada tulisan saya sendiri. Mei 2011 sxaya kenalan sama
kak Mugniar waktu itu kita inbox-inbox-an
di facebook karena saya ingin minta rekomendasi untuk join di Id Blog Network (IBN, sebuah social media marketing, red). Kak Niar lumayan cerewet agar blog saya
sesuai dgn TOS IBN hehe maaf ya, Kak. Salah satunya menghilangkan tulisan yang
sifatnya co-pas. Sejak saat itu postingan di blog adalah tulisan saya
sendiri. Nah setelah itu saya diajak kak Niar gabung di IIDN dan komunitas
lain. Akhirnya saya banyak belajar menulis dan ngeblog dari teman-teman, ikut training online dan offline, dan ikut lomba-lomba. Banyak manfaat yang saya rasakan sejak
bergabung di berbagai komunitas
Mugniar:
Begitu
risikonya kalau daftar menjelang DL Aida Al Fath, koneksi bisa tiba-tiba
bermasalah. Banyak yang mengalaminya. Saya juga pernah hihihi
Perkembangan
Nur Sahadati Amir banyak. Saya salut karena Nunu banyak belajar sendiri dan
langsung praktik. Tidak mempersoalkan sudah pelatihan ataupun belum
Lumayan
cerewet? Hahaha iya soalnya kalo saya berani merekomendasikan blogger yang
nanti bisa bermasalah, saya juga yang di-kandatto'
(dijitak, bahasa Makassar). Wiih saya
masuk IBN itu dengan berani-berani minta rekomendasi dari pak Jonru dan kak
Amril Taufik Gobel, ndak mau ka' pertaruhkan keanggotaanku di sana
Andi Bunga Tongeng: Saya??? Saya belum pernah ikut
pelatihan menulis, sama sekali.
Mugniar: Tulisan ta' keren-keren menurutku,
Andi Bunga Tongeng, sudah mengalir.
Andi Bunga Tongeng: Mugniar, saya masih belajar menulis
dan berjuang menciptakan waktu untuk
menulis. Karena kata teman, menulis itu bukan di waktu luang gara-gara saya
banyak alasan.
Mugniar: Hehehe betul teman ta', Bunga.
Menulis itu harus disengajai. Dan Bunga membuktikan bahwa latihan menulis
sendiri bisa bikin kita menulis lalu membuat tulisan-tulisan lainnya lagi.
0 komentar:
Posting Komentar