[Sabtu Berbagi] Seberapa Berpengaruhkah Komentar Blog?

[Sabtu Berbagi] pada 10 Januari 2015 diisi oleh saya (Mugniar). Berikut materi dan diskusinya yang berlangsung di grup FB IIDN Makassar:

Seberapa besarkah pengaruh komentar blog bagi kalian? Jujur, bagi saya komentar di blog penting. Setiap habis posting tulisan, saya menunggu-nunggu komentar yang masuk. Kalau sudah berjam-jam posting belum ada komentar masuk, saya bertanya-tanya sendiri, “Kenapa ya belum ada yang komentar?”

Dampak positif komentar yang masuk bagi saya adalah:
  • Membuat saya semakin bersemangat menulis (kalau komentarnya positif).
  • Jadi feed back untuk memperbaiki kualitas tulisan.
  • Makin meyakinkan diri bahwa menulis di blog itu membahagiakan meski tulisan kita tak dibayar tapi tulisan kita bisa bermanfaat bagi orang lain saja sudah luar biasa.

Nah, kalau ada dampak positif, ada pula dampak negatifnya. Saya pernah sebal dapat komentar yang menjatuhkan. Misalnya pernah diejek karena postingan saya pendek sekali. Padahal salah dia sendiri ya kenapa masuknya ke postingan pendek saya hehehe.

Saya juga pernah dimaki-maki pecinta anjing gara-gara me-review tulisan dari sebuah ensiklopedia yang berisi tentang mengapa bekas air liur anjing harus dicuci 7 kali. Ya ampun, kata-katanya itu ... menunjukkan dia sakit hati sekali sama saya sampai-sampai saya dibilang “dasar onta”. Komentar itu saya hapus karena bisa berbahaya dampaknya. Walau saya bisa mengelus dada dan “harap maklum” saja, orang lain yang baca belum tentu bisa demikian.

Ada pula orang yang berkomentar di postingan saya tentang penghematan. Orang itu berkomentar seperti kaum jet zet yang sedang mampir di rumah orang miskin hahaha. Sempat sebal juga tapi komentarnya tidak saya hapus. Senangnya kemudian ada orang yang berkomentar sebaliknya, membuat saya merasa dibela hehehe (kalau mau baca perang komentar itu ada di link http://mugniar.blogdetik.com/2014/12/04/cara-berhemat-asyik-di-masa-sulit/).

Walaupun demikian sebaiknya komentar tidak terlalu mempengaruhi kita. Kalau isinya positif jangan sampai membuat kita besar kepala dan sombong. Kalau isinya negatif, tidak perlulah membuat kita galau berlebihan (self reminder). Setelah membaca komentar-komentar yang masuk, kembali luruskan niat ngeblog, dan kembali .... menulis.

Nah, kawan-kawan punya cerita tentang komentar di blog dan bagaimana menghadapinya? Share, yuk!

Sumber: blog.vanillaforums.com


Berikut proses diskusinya yang berlangsung santai di grup FB IIDN Makassar:

Tanya (T): Arniyati Shaleh: bagaimana membagi waktu antara ngeblog, urus rumah dan seisinya dan aktivitas lain? Terlebih musim “basah-basah” gini?

Jawab (J): Tidak ada kiat khusus. Karena saya ngeblognya bisa kapan saja. Selesai kerjaan rumah, buka lepi lagi. Ada interupsi, ditutup lagi. Ndak ji juga tiap malam begadang. Yang terasa, karena keterampilan menulis terus diasah maka kecepatan menulisku meningkat. Kalau dulu menulis satu tulisan per hari rasanya masih susah. Alhamdulillah sekarang tidak susah lagi. Bulan kemarin saya coba memperbanyak menulis, alhamdulillah bisa 5 tulisan dalam satu hari, tidak tiap hari begitu tapi kalau per hari ritme rata-rata bisa 2 tulisan sayahasilkan, kira-kira sebanyak paling kurang 1 - 1,5 halaman kuarto spasi 1,5. Paling banyak bisa 4 - 6 halaman. Selain menulis di 3 blog, saya juga berkontribusi di beberapa website. Jadi kuncinya, kalau terbiasa maka ngeblog ndak membebani. Bisa lancar-lancar saja.

T: Mum Mukholi: Tidak pernah dapat komen di blog, karena memang tidak pernah diisi. Maklum, Kak, jaringan (selalu :)). Tapi saya pribadi paling takut duluan kalau semisal mau buat status yang agak kontroversial di FB. Takutnya timbul komen-komen negatif atau justru jadi debat yang tidak kelar-kelar ujung pangkalnya. Apalagi kalau yang komen negatif. Kadang bikin panas dingin. Down abis.

J: awalnya saya orangnya seperti kita', persis atau mungkin lebih parah lagi. Tapi sesekali saya pikir saya perlu menuliskan pikiran saya sendiri, terserah orang mau bilang apa. Yang awalnya kepikiran setengah mati kalau ada komen yang tidak sesuai sama saya - sampai dibawa berhari-hari, lama-kelamaan sudah lebih ringan. Buat saya, ini latihan pengembangan diri juga. Saya pikir saya mesti belajar menerima pendapat orang lain meski itu tidak sesuai dengan saya dan saya perlu belajar membebaskan diri dari pikiran-pikiran yang tidak perlu tentang pendapat orang lain yang tidak cocok dengan saya.

Berbeda toh tak mengapa yang penting tidak saling ganggu dan kalo hanya sekadar komentar, saya harus belajar untuk tidak menganggapnya gangguan. Kalo tidak suka tinggal bilang sama yang bersangkutan. Kalo komennya keterlaluan, tinggal dihapus. Simpel.

Nah, ke depannya, kita juga bisa mengajar anak untuk bersikap tegas, teguh sama pendirian, dan tidak mudah ikut-ikut pendapat orang lain, juga supaya anak-anak bisa menyatakan pendapatnya (ini saya juga masih belajar). Bagaimana mau mengajarkan anak-anak kalau kita saja terhambat, iya kan? J

Tanggapan: Etika Maria: Saya juga termasuk orang yang senang bahkan sangat senang jika menemukan komentar dari pembaca, tapi kadang yang buat sedikit sebal jika si "pengoment" (bisakah disebut begitu selain komentator? Hahahaha) itu tidak membaca isinya, cuma liat judul trus berkomentar. So gak nyambung lah yah terus, setelah blogku kutinggal lama. Banyak sekali komentar spam dan link hidup, iklan mulai dari furnitur sampe obat kuat hahahahaha... http:/etika-maria.blogspot.com.

T: Mum Mukholi: 1 hari 5 tulisan, kak? Maasyaa Allaah. Pembiasaan kuncinya dan banyak baca ya, Kak. Iyye' betul itu, Kak. Belajar untuk punya sikap. Bertanggung jawab dengan pendapat sendiri

T: Arniyati Shaleh Mungkin kalau di awal mulai menulis saya dapat passion di blog juga mungkin eksis di situ tapi kenal blog justru di tengah todongan DL jadi agak gimana ... Maklum otak berumur perlu fokus hehehe.

J: Etika Maria: itulah seninya ngeblog, ya. Komentar ndak nyambung memang bikin sebal ya, apalagi kalo spam. Mum Mukholi: banyak baca bacaan (buku, majalah, online) atau banyak baca sekeliling dan jeli menangkap "bahan tulisan" yang bertebaran di sekitar kita. Kak Arniyati Shaleh: saya kira belum tentu juga Kak. Dari (dalam diri) kita sendiri. Ada yang memang benar-benar tertarik tapi ada yang biasa-biasa saja. Saya pernah cerita Bunda Yati, blogger tertua di Indonesia saya kira. Usia beliau 75 tahun. Baru ngeblog kira-kira 4 - 5 tahun belakangan dan beliau getol belajar dan termasuk konsisten ngisi blog meski harus bela-belain ke warnet lho. Ini blog beliau: www.bundayati.com (bunda Yati blognya sudah dot com lho, ini menunjukkan betapa seriusnya beliau).

T: Arniyati Shaleh Iyye di Nova pernah dimuat profil blogger, kerennyaaa.

J: Iyye Kak Arniyati Shaleh, jadi saya kira ini tentang passion juga. Kalau saya, memang sejak serius mau menulis, sudah menetapkan basic-ku blogger ...

T: Ida Basarang Belum pernah nemu komen macam-macam, yang berkomentar juga hanya satu-dua. Tidak ada yang pedas-pedas, secara tulisannya juga tidak ada yang menggigit hehehe. Tapi jujur, yah setelah viewer, yang ditunggu adalah komen setelah posting tulisan

T: Herviana Kamaluddin ada tulisanku juga tentang ini, Kak. Bagaimana semangatnya kita ngeblog kalo dapat komentar ... weehhh ... semangat 45 langsung nulisnya. Apalagi kalau blogger pemula lantas ada yang berkomentar itu hati terasa berbunga-bunga apapun itu komentarnya tentang tulisan itu.

T: Devy Nadya Aulina: Niat saya menulis: Berbagi kebaikan dan manfaat dari kesederhanaan tulisan saya. Saya biasanya enggak langsung menunggu komentar di blog. Tapi saya share postingan di blog pada beberapa sosmed dan grup FB yang saya ikuti. Rata-rata, sahabat blogger berkomentar positif tentang postingan saya. Alhamdulillah. Saya juga usahakan komunikatif dengan pengunjung. Walaupun tidak langsung saya balas, biasanya saya jawab komentar pengunjung. Komentar pengunjung saya dapatkan setelah membuka email. Saya usahakan berkunjung lagi ke blog mereka.

Saya ingat postingan pertama di blog saya disambut positif para blogger senior. Ini surprise untuk saya. Postingan pertama langsung saya share di grup KEB (Kumpulan Emak-emak Blogger) dan IIDN.

Saya punya blog termasuk baru. Tepatnya tanggal 7 Januari 2013. Gara-gara dulu masih gaptek, pernah enggak posting selama enam bulan. Karena dua postingan saya hilang.

J: Mbak Devy Nadya Aulina akhirnya sekarang termasuk rajin posting ya. Ngeblog menarik, ya Mbak.

T: Ida Sulawati bikin blog kalau gak salah 2011 lalu. Lantaran terinspirasi sama salah seorang blogger. Waktu itu masih gaptek abis. Tapi karena dasar suka kacca-kacca (Bugis: utak-atik) dan selalu mau belajar sesuatu yang baru, akhirnya bikin blog melalui bimbingan Mbah Google. Langsung bikin dan langsung posting. Saking gapteknya, saat itu tulisanku berantakan, sampai tidak tau dimana spasinya hehehe. Tulisan itu sampai sekarang tidak kuedit sebagai "prasasti" kegaptekanku.

Alhamdulillah, waktu itu langsung dikomen sama teman-teman senior dan memberikan semangat untuk tetap menulis. Dan komen itu merupakan salah satu yang menjadi motivasi untuk terus menulis.

Alhamdulillah, meski pernah libur menulis dalam waktu yang cukup lama, akhirnya Allah memberi kesempatan untuk kembali bisa mengisi blog. Dan salah satu faktor yang membuat saya bisa tetap menulis meski hanya melalui hape adalah adanya dorongan teman-teman dunmay yang mengompori.

Makanya, lewat komen ini, saya mau bilang terimakasih buanyaaaak kepada ibu ketua ta’ Mugniar yang telah menarik saya ikut bergabung di sini. Kalau tidak salah sekitar 2 tahum lalu. Jadi meskipun saya tidak mengisi blog dalam waktu yang cukup lama, keinginan menulis itu tetap terprlihara dengan tetap seringnya mengikuti kegiatan teman-teman meski hanya sebatas silent reader.

J: Kak Ida Sulawati: dari komentar ta' saya bisa tarik kesimpulan bahwa sebenarnya orang bisa belajar sendiri asal memang bersungguh-sungguh, ya. Saya juga awalnya gaptek berat. Modalku hanya pernah belajar komputer waktu masih kuliah dan selesai kuliah dan belajar sendiri dari pengalaman selama bergabung dengan komunitas-komunitas.

T: Abby Onety Hahahaa..... saya baru saja kena damprat dari beberapa penggemar Asma Nadia setelah menulis tentang "Rugi Nonton Assalamu Alaikum Beijing" (bu Abby ini menuliskan judul kontroversial di blog-nya, tentang film terbaru Asma Nadia)  tapi pada akhirnya mereka malu sendiri setelah para komentator yang lain ingatkan kalau jangan dulu komentar kalau belum buka link.

J: Padahal itu baru judulnya, orang sudah berkomentar aneh ya hehehe.

T: Ida Basarang: Saya ingat Kak Niar pernah bilang ke warnet diantar suami jam 11 malam untuk posting. Saya sangat sadari diriku, Kak. Bukan saya tidak bisa, lebih ke tidak mau. Bukti ketidakmauan itu adalah alasan seperti “tidak bisa ka’”, “sibuk ka’” dan lain-lain, itu menurutku.

J: Nah iya .... kalo mau pake alasan sibuk, saya kadang-kadang agak gimana gitu, Ida. Saya bilang memangnya saya ndak ngapa-ngapain di rumah? Kurang kerjaan sampai ada orang yang mengira saya tidak sibuk sampai-sampai ngeblog terus ... hehehe padahal kan kalau mau bilang sibuk, kita semua sama-sama sibuk. Biar dikata ibu rumahan, sibuk juga koq.

Banyak juga teman penulis yang kerja kantoran, punya anak 2 atau tiga tapi tetap eksis menulis, selalu saja menebitkan buku baru. Atau ibu-ibu rumahan yang tidak punya asisten, anaknya 2, 3, 4, bahkan 5 yang tetap eksis menulis. Ada juga yang sibuk mengelola online shop-nya tapi masih bisa menulis dan berkarya. Kalau memang mau dan bersungguh-sungguh, ada saja jalan untuk melakukannya.

T: Andriani Wuryaningsih Kalau saya alasannya lebih kepada “interupsi”-nya yang kebanyakan hehehe. Interupsi socmed, interupsi baca-baca konten berita, tivi, atau terjebak pada rimba informasi di internet. Belum lagi interupsi mengeluh capek, mikirin hal-hal yang tidak penting, atau me-list keinginan dan berandai-andai, dll dll. Alhasil, kalau blog walking saya sibuk terpana melihat teman-teman sudah berhasil ini itu, sementara saya meratapi diri yang masih sibuk interupsi tanpa berkarya nyata. Ish ish ish, terlaluuunyaa dirikuuu... Resolusi saya 2015 ini mengurangi interupsi, tapi sampai day 10 tahun ini kok ya masih saja terinterupsi. Semoga nanti saya makin semangat menulis tanpa banyak interupsi, aamiin. Maaf OOT J

J: hehehe .... saya juga kadang-kadang kejebak seperti itu. Yang penting segera balik ke niat awal. Tadi saya juga habis "ke mana-mana" ngenet dan ke grup-grup FB tapi sambil nulis, alhamdulillah selesai 1 postingan ini dan bisa di-upload.

T: Risya R. Nurul Qur'ani wah yang sabar ya Kak Niar, saya sudah baca komentar orang itu, dia yang tidak pintar dan tidak bisa menjaga perasaan sesama manusia lain

T: Nur Sahadati Amir Komentar di blog penting sekali. Alasannya sama seperti Kak Niar jelaskan di atas.


J: Siip. Terima kasih yaa J

3 komentar:

  1. Suka..bermanfaat ini postinganta' komentar bikin semangat ngeblog membara

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aah Mbak Dedew pakai dialek sini komennya :)
      Kapan kita ketemu ya Mbak

      Hapus
  2. Niar, Bunda ini kmn aja, ya, koq g pernah mampir ke rmh online anak Bunda, yg di postingan ini mengangkat nm Bunda sebagai blogger yg, katakanlah,rajin ngeblog. Pengalaman luas yg dimiliki Niar menjdkn Niar bs membuat postingan rutin, bahkan lbh dr satu postingan. Mengenai Bunda kl gak ada dorongan ikutan lomba yg "mengharuskan" u/mosting setiap hari koq ya susssah pake bingitz u/ bikin postingan. Gimana, ya, Niar utk menyiasati naluri biar tiap hari bikin postingan wlp tdk ada lomba, huhuhuu.., Tentang komentar, alhamdulillah, di blog yg aktip MISCELLANEOUS setisp postingan, beberapa menit kemudian ada komentar, hampir semua komentar membuat hati Bunda senang. Kangeeen...pengen kopdar sm Niar. Mungkinkah? Hehe..#menggantungasa

    BalasHapus