[Sabtu Berbagi] A Bunga Tongeng: Berkomunitas untuk 10 Hal Ini

Pada tanggal 17 Januari 2015, [Sabtu Berbagi] diisi oleh Andi Bunga Tongeng yang akrab disapa Bunga atau Unga. Ibu berputra 2 yang menginjak usia remaja ini merupakan ibu yang sangat aktif dalam berkomunitas. Berikut sharing dan diskusinya di grup FB IIDN Makassar.

Assalamu 'alaikum, teman-teman cantik.

Sabtu ini, saya kebagian berbagi tentang pengalaman berkomunitas. Saya berusaha menuliskannya sesingkat mungkin, agar ruang diskusi bisa terbuka lebar. 

Saat ini, saya bergabung di beberapa komunitas, antara lain: Arisan (se-hobby, arisan dan silaturrahmi warga RT tentunya), IIDN, Sobat Lemina (komunitas Relawan anak), Penyala Makassar (komunitas relawan penggalang donasi buku, Indonesia Mengajar), Kelas Inspirasi (Indonesia Mengajar, komunitas relawan panitianya), Sahabat BaKTI, dan Sahabat Harimau WWF.


Mengapa berkomunitas?

1. Sebagai makhluk sosial yang butuh berinteraksi
2. Sedekah
3. Beban moril kepada Indonesia
4. Bertemu orang-orang sefrekuensi (se-hobby)

Manfaatnya untuk saya?

1. Bahagia berbagi
2. Belajar gratis
3. Jadi Ibu yang pandai manajemen waktu
4. Mampu bekerja dalam tim
5. Mampu bergaul dan bekerja bersama orang dengan karakter apapun
6. Leadeship

Demikian sharing saya, teman2. Silahkan jika ada yang ingin ditanyakan


Diskusinya sebagai berikut (huruf T untuk “tanya” atau “tanggapan” dan juruf J untuk “jawab”):

T: Mugniar: Mau tanya yang ini: Beban moril kepada Indonesia. Bisa dijelaskan seperti apa beban moril itu?

J: beban moril kepada Indonesia adalah: saya dan beberapa teman bekerja selama beberapa tahun kepada program yang banyak menyentuh langsung ke masyarakat. Waktu itu, kami berenam merasa, kami selalu mendorong masyarakat peduli kepada lingkungannya, sementara kami bekerja dengan bayaran duit. Lalu, saat itulah kami putuskan membentuk LemINA, sebagai wadah kami mengabdi pada negeri ini, tanpa bayaran. Jika nenek-nenek kita dulu berjuang dengan menyumbangkan darah dan nyawa tanpa meminta diangkat jadi PNS atau pejabat.  Sekarang Indonesia telah merdeka, mengapa untuk mengisi kemerdekaan, kami tak berkorban dengan sedikit waktu dan pikiran? Tantangan terberatnya: meski banyak komunitas, saya harus tetap memprioritaskan waktu dengan keluarga. Sampai saat ini, masih amat sulit keluar malam untuk berkomunitas, kecuali untuk menghadiri acara di kompleks.

T: Abby Onety: Saking banyaknya komunitas yang dilakoni tidak menutup kemungkinan ada jadwal yang bersamaan. Bagaimana menghadapi teman-teman di komunitas lain jika seandainya ada teman yang menganggap bahwa lebih mementingkan komunitas lainnya jika menghadiri salah satu kegiatan di komunitas lain?

J: Abby, ada skala prioritas. Tergantung posisi kehadiran saya di sebuah komunitas dan tergantung siapa yang duluan mengagendakan. Misalnya, IIDN mengagendakan Ahad besok, Sobat Lemina sudah mengagendakan sejak Desember dan tidak bisa jika saya tidak hadir karena saya yang jadi moderator. Maka saya akan lbh memilih ke sana (acara Lemina). Alasan lain, karena di kopdar IIDN, semua bisa tetap berlangsung tanpa kehadiran saya. Begitulah kira-kira.

T: Arniyati Shaleh: bagaimana dukungan suami?

J: suami mendukung. Kadang-kadang mengantar. Tapi dengan begitu banyak syarat. Salah satunya, jika weekend ini keluar, weekend depan tidak boleh. Kecuali untuk kegiatan ibu-ibu di kompleks atau acara keluarga besarku.

T: Erlina Ayu Apa impian kak Bunga yg belum tercapai?

J: impian banyak. Khusus untuk impian dalam berkomunitas, masih ingin sekali membina ibu-ibu untuk berdaya secara ekonomi, tanpa mereka harus ngantor. Sudah mencoba memulai. Tapi baru 1 orang ibu yang kami bantu usahanya.

T: Marisa Agustina: Sahabat harimau apa saja kegiatannya, kak?

J: Sahabat Harimau, skala nasional. Belum ada cabang khusus di Makassar. Kami hanya menjadi supporter saja. Mennge-share kebijakan pemerintah terkait konservasi harimau dan kegiatan-kegiatan yang didukung oleh WWF. Teman-teman di Jakarta, banyak event-nya. Hanya saya belum sempat ikut.

T: Ida Sulawati: bagaimana caranya bagi waktu dengan komunitas sebanyak itu?

J: berkomunitas itu BEDA dengan bekerja di sebuah kantor. Kita tidak harus hadir di semua kegiatan dan tidak setiap hari. Jadi amat beda antara partai, organisasi profesi, dan komunitas.

T: Ida Sulawati: Tentang komunitas ta’ yang mendorong masyarakat agar peduli pada lingkungan, itu anggotanya terdiri dari anak muda atau ada perwakilan masyarakat? Bagaimana cara yang kita terapkan untuk program tersebut? Dan apakah komunitas tersebut butuh dan mendapat respon/dukungan dari pemerintah?


J: Mengajak masyarakat peduli kepada lingkungan sekitar, yang saya maksud adalah kepada orang-orangnya. Lalu kami pilih fokus ke ibu-ibu & anak-anak sekitar kita. Itu mi mau sekali ka' ketemu kita' (itulah (mengapa) saya mau sekali bertemu Anda) untuk nitip bantu usaha kecil ibu-ibu yang saya dan teman-teman dampingi. Kami juga sedang garap (tapi belum fokus) sebuah usaha untuk mendanai kegiatan kami. Diberi nama warung sosial.

0 komentar:

Posting Komentar