Di bawah ini, [Sabtu Berbagi] yang di-posting pada tanggal 23 Agustus 2015 di grup Facebook IIDN Makassar, mengenai Suka-Duka dan Seluk-Beluk Jadi PJ Antologi (buku kumpulan tulisan). Nara sumbernya adalah Umma Azura, PJ (penanggung jawab) salah sebuah antologi IIDN: Storycake Berpikir Positif.
Assalamu
alaikum
Bagaimana
kabarnya Minggu ini? Semoga semuanya dalam keadaan sehat wal afiat dan senantiasa diberi limpahan kebaikan dari Allah Ta'ala.
Sebelumnya
saya minta maaf, sebab harusnya saya mengisi Sabtu berbagi di hari Sabtu sesuai
nama acaranya. Tapi kemarin saya lupa dan keluar seharian juga lupa bawa hape,
jadilah saya tidak membaca pesan Kak Mugniar. Jadi, terpaksa saya isi Sabtu
Berbagai di hari Minggu ini. Semoga di maklumi kekhilafan saya.
Sesuai
permintaan dari koordinator IIDN Makassar, materi Sabtu Berbagi saya akan share
sedikit tentang pengalaman saya menjadi PJ proyek keroyokan alias antologi.
Sampai sekarang, saya sudah 3 kali menjadi PJ proyek buku : dua buku indie dan 1 buku mayor terbitan GPU (Gramedia Pustaka Utama).
Baik,
mungkin saya share saja pengalaman jadi PJ di buku yang diterbitkan GPU. Akhir
Oktober 2012 di grup menulis Writerpreneur, Ibu Indari mengumumkan bahwa GPU
ingin membuat lagi buku yang fenomenal : Storycake For Your Life.
Nah,
para peserta di grup yang lumayan banyak diminta untuk mengajukan ide.
Kira-kira tema apa yang cocok untuk buku Storycake yang akan dibuat saat itu.
Waktu itu saya memasukan 3 ide. Salah satunya tentang Berpikir Positif.
Dan,
ide saya itulah yang diterima oleh pihak GPU. Maka jadilah sayalah sebagai
PJ proyek buku Storycake For Yourlife : Positif Thinking.
Awalnya,
sebagai PJ saya membuat pengumuman penerimaan naskah yang berkaitan dengan
proyek buku ini. Seingat saya kurang lebih ada 150 an naskah yang masuk.
Setelah
itu tugas PJ adalah menyeleksi naskah yang masuk, memilih mana naskah yang
cocok, sesuai dengan proyek yang sedang digarap. Setelah
pemilihan naskah, dilanjutkan tugas editing. Naskah-naskah yang masuk diedit
secara keseluruhan. Mulai dari EYD nya, jalan cerita naskahnya, jumlah kalimat
yang disyaratkan dan semuanya.
Disamping
itu, PJ juga bertanggung jawab untuk me-lay
out naskah, mengatur tata letak isi buku. Mana naskah yang mau ditempatkan
di awal, di tengah dan akhir. Naskah juga dikelompokkan berdasarkan apa kisah
yang diangkat. Contohnya, bagaimana seseorang yang tetap berpikir positif
ketika telah lama menikah namun belum dikaruniai momongan, atau kisah positive thinking saat berjuang
menyelesaikan studi dan sebagainya.
Intinya,
pengaturan isi buku menjadi tanggung jawab PJ sepenuhnya sebelum diserahkan ke
editor IIDN, yang nantinya akan memeriksa naskah sebelum mengirim ke editor
GPU.
Setelah
naskah berada di editor GPU, beberapa waktu kemudian dari GPU sempat meminta
saya untuk meng-edit 5 buah naskah. Diantaranya ada naskah yang perlu
diperbaiki sedikit berkaitan dengan penggunaan bahasa Jawa dan beberapa editing
ringan.
So far, yang perlu saya tekankan bahwa PJ
memang perlu bekerja keras 'memperbagus' naskah sebelum diserahkan. Karena saya
lihat, naskah-naskah setelah terbit tidak terlalu banyak mengalami proses
editing lagi.
Disamping
tanggung jawab berkaitan dengan naskah, PJ tentu saja akan diminta membuat kata
pengantar dan akan dimintai pendapat soal cover buku yang di desain pihak GPU.
Selain
itu, hal-hal yang berkaitan dengan buku misalnya perjanjian kontrak, yang
menjadi tanggung PJ juga.
Apalagi
yah? Yah, setelah buku terbit tentu saja promosi buku. Biasanya meski buku
keroyokan selalu saja tumpuan utama adalah PJ. Meski seyogianya buku antologi
jadi tanggung jawab bersama.
Barangkali
ini sekelumit kisah PJ yang bisa saya share. Kalau ada yang kurang mohon
dimaafkan karena semata-mata keterbatasan saya sebagai manusia yang dhoif.
Kalau
ada yang terlewatkan saya share,
insya Allah kita bisa diskusi di kolom komentar.
Setelah
mem-posting tulisan di atas,
terjadilah diskusi dan tanya-jawab di kolom komentar ...
Mugniar:
apakah ada peran penerbit dalam menentukan naskah mana yang diterima atau
tidak?
Dari
150 naskah yang masuk, jadinya berapa naskah yang masuk buku? Oya, terima kasih
banyak ya, sudah mau direpotkan untuk berbagi di sini.
Umma
Azura: Tidak ada Kak. Semua naskah saya yang tentukan. Meski banyak yang
berharap dari naskah-naskah yang saya pilih ada yang di-'tendang' sama GPU
supaya mereka ada peluang menggantikan. Nyatanya tidak. Mungkin selera penerbit
cocok dengan pilihan saya, hehehe.
Kok
Saya lupa yah berapa...?
Kisaran
30an kayaknya :)nya.
Oh
iya saya lupa tambahkan.. Sistem saya : Naskah yang masuk kalau saya lihat
bagus nih kisahnya. Tp kurang bagus cara penulisannya akan saya minta
kontributor perbaiki dengan saya kasih clue
apa-apa saja yang butuh perbaikan.
Karena
kadang-kadang ada naskah yang bagus (temanya). Tetapi karena yang menuliskannya
baru, jadi kurang sempurna kisahnya
Mugniar:
Wiih, lebih 100 yang tidak ikut masuk antologi ya Umma. Tapi begitulah dunia
antologi di luar sana. Dengan begitu boleh dibilang tulisan yang masuk buku
sudah terseleksi. Satu hal itu juga yang mengganjal pikiranku. Kalau IIDN
Makassar mau bikin antologi, kayaknya semua tulisan yang masuk bakal jadi isi
buku berarti tidak ada seleksi. Rasanya bagaimana juga ya, sementara untuk
sebagai pertanggungjawaban kita terhadap kualitas buku, salah satunya ya dengan
seleksi.
Kenapa
saya bilang semua yang masuk bisa jadi isi buku, tidak ada seleksi? Karena
pengalaman selama ini mengarah ke situ. Setelah perpanjangan berkali-kali,
bahkan dibuka sejak tahun 2012 (atau 2013, saya lupa tepatnya), naskah yang
masuk masih 14.
Mungkin
salah satu solusinya adalah dengan membuat tema baru yang kira-kira bakal
banyak yang berminat. Temanya apa .... baru ada satu yang mengemuka (yaitu tentang
traveling itu). Tapi, kembali ke teman-teman, saya memfasilitasi saja. Walaupun
bukan saya yang PJ-nya, saya akan membantu.
Ada
tanggapan Umma Azura ttg 3 paragraf yang baru saya tulis di atas?
Umma
Azura Jumlahnya jauh lebih banyak sebenarnya, Kak. Saya baru buka-buka arsip.
Hampir 180 naskah (yang terkumpul). Yah ... Menyiasati antologi untuk komunitas
yang jumlahnya sedikit atau naskahnya sedikit adalah perbaikan naskah. Dalam
artian meningkatkan kualitas naskah. Jadi buku yang diterbitkan bukan lagi
ajang seleksi, namun dipakai sebagai ajang promosi. Nah PJ yang handle haruslah PJ tangguh. Karena
jumlah sedikit, penerimaan naskah diperlonggar dengan konsekuensi Naskah-naskah
yang kurang bagus dibalikin ke kontributor minta perbaiki sesuai arahan PJ.
Soal tema. Itu jadi pembicaraan kedua. Setelah konsep buku disepakati dulu.
Mugniar:
Hmm, mudah-mudahan ndak keder duluan mi
teman-teman bacabaca tentang seluk-beluk jadi PJ antologi ini hehehe. PJ
antologi pun pasti ada "pengalaman pertama"-nya. Saya beberapa kali
juga ikut antologi yang PJ-nya baru pertama kali jadi PJ. Tapi PJ-nya rajin
membaca naskah. Kalau ada yang tidak sesuai dengan S&K (syarat dan
ketentuan), kalau penyelenggaranya baik hati ya ... langsung diminta pengubahan
dulu sebelum diseleksi. Kalau tidak ya langsung "ditendang" J
Nah,
sekarang, asyiknya jadi PJ atau ... apa manfaat yang Umma Azura dapatkan selama
jadi PJ antologi, terutama pada antologi Storycake - Positive Thinking? Karena
saya yakin, pasti ada manfaatnya dalam kualitas tulisan atau dalam dunia
tulis-menulis.
Umma
Azura: Asyiknya kalo jadi PJ yah pasti namanya yg nongol di cover buku. Apa-apa tentang buku yang
ditanya pasti PJ. Kalau soal kerja kerasnya PJ namanya juga proyek, saya
nikmati saja. Manfaatnya jadi PJ banyak,
diantaranya kita punya segudang pengalaman menghasilkan sebuah buku, apalagi
kalau diterbitkan penerbit mayor.
Dan
kalau di Storycake itu, kalau secara
pribadi saya ditanya ada kepuasan pribadi yang tidak setiap saat bisa dilakukan
yaitu : penulis dari timur bisa tonji
jadi leader sebuah proyek yang kontributor-kontributornya
dari luar Sulawesi J. Bagi saya pribadi ini pembuktian impian saya
menaklukkan penerbit mayor seperti GPU juga sebagai ajang kompetisi sehat bahwa
saya bisa bersaing dengan penulis-penulis dari luar Makasar.
Bahkan
sayalah yang menjadi penentu tulisan-tulisan mana yang bisa ikut di buku itu.
Bukan rasis, tapi itu bisa menjadi motivasi bagi saya bahwa saya bisa
menaklukkan belantara dunia penulisan yang selama ini dianggap masih dikuasai
penulis-penulis Jawa.
0 komentar:
Posting Komentar