[Sabtu Berbagi] tanggal 4 April 2015
dibawakan oleh Nur Syamsi, salah seorang kontributor buku Murid Pasif Pangkal
Guru Kreatif. Buku ini berisi pengalaman para pengajar yang di-support oleh
Dompet Dhuafa untuk mengajar di daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia.
Assalamu
alaikum.
Apa
kabar ta’ semua?
Selamat
berhari Sabtu Ceria sahabat IIDN! Sayang sekali kalau hari yang ceria ini kita
lewatkan tanpa mendapat inspirasi sedikit pun. Semoga torehan pena dari
pemelajar ini, bisa memberi sesuatu yang istimewa meski jauh dari
kemewahan. Hi hi hi…
Senang
sekali rasanya bisa diberi kesempatan untuk mengisi program “Sabtu Berbagi”
ini. Meski sebenarnya saya sendiri juga masih pemula dalam menulis. Sampai
sekarang pun, saya sadari bahwa tulisan saya masih jauh dari standar tulisan
teman-teman yang lain. Mungkin saja, apa yang saya tulis ini juga tidak sesuai
dengan harapan pembaca atau mandator (colek kak Mugniar).
Namun
itulah saya, saya tidak pernah takut salah, atau malu bila ada yang salah
karena segalanya saya anggap sebagai proses belajar. Pandangan inilah yang
membuat tulisan saya bisa mejeng di media berupa koran atau pun buku antologi.
Sekali lagi bukan karena tulisan saya yang bagus, tapi karena saya tidak takut
bila ada yang salah. Nulis ya nulis saja, nyetor ya nyetor saja. Toh, penulis
hebat sekali pun juga masih pake editor, apalagi tulisan saya. He he he…
Karena
prinsip saya yang demikian, saya merasa sangat tertohok saat salah seorang guru
saya pernah berkata, “Setiap kali saya menulis, saya akan berusaha sebisa
mungkin agar tulisan saya tidak perlu lagi diedit oleh editor.” Jiaah….
Kena’nya tuch di sini. Jadi, jangan seperti saya ya teman-teman. Jadilah
seperti guru saya itu.
Okey,
mari kita lanjut ke pembicaraan inti. Namun, sebelum lanjut, sekali lagi saya
ingatkan agar pembaca tidak perlu merasa aneh atau sebel bila menemukan
kesalahan pada tulisan saya. InsyaAllah saya siap menerima masukan. Ayo,
berlomba menemukan kesalahan dalam tulisan ini! Nanti hadiahnya es krim yang
pembaca pergi beli sendiri. Wk wk wk…
"Murid
Pasif Pangkal Guru Kreatif", itulah judul buku antologi yang baru
diterbitkan oleh Dompet Dhuafa baru-baru ini. Penulis dalam buku itu adalah
guru-guru yang pernah mengikuti program Sekolah Guru Indonesia yang diselenggarakan
oleh Dompet Dhuafa. Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan dari guru-guru
yang pernah ditempatkan di berbagai daerah yang ada di Indonesia - termasuk
saya.
Setiap
daerah menyajikan tantangan yang berbeda-beda. Seperti keterbatasan fasilitas,
minat belajar yang rendah, kompetensi guru yang belum berkembang, Letak
geografis yang menantang, dan banyak hal lagi. Namun, dalam buku ini penulis
diarahkan agar lebih fokus pada pengalaman dalam mengajar siswa-siswa di
pelosok negeri.
Menggambarkan
kreatifitas seorang guru yang mampu membangkitkan siswa dari persoalan yang
dihadapi. Keterbatasan bukanlah alasan untuk menyerah, tapi justru menantang
para guru untuk berfikir kreatif dan inovatif. Memancing guru untuk berusaha
mengakses semua sumber ilmu pengetahuan dari lingkungan sekitar. Semoga buku
ini bisa menjadi inspirasi bagi guru-guru yang mungkin saja menemui persoalan
yang sama.
Buku
ini terbagi atas beberapa bab. Bertujuan untuk mengelompokkan masalah yang
dihadapi anak berdasarkan mata pelajaran tertentu. Bab pertama berisi tentang
menegement kelas yang bisa diterapkan. Diantaranya berjudul Kartu Emosi, Tepuk
Semangat, Lompat Harimau Penyemangat, Dua Bintang, Sang Penguasa Kelas, dll.
Bab
II khusus membahas tentang kretifitas guru dalam mengajarkan pelajaran Bahasa
Indonesia. Nah, di sinilah tempat tulisanku berada. Judul tulisan yang dalam
bab ini yaitu, Potongan Huruf untuk Anak Bajo, Huruf-huruf Pelangiku, Permainan
Bahasa, Penyemangat Belajar Baca, Melatih Siswa Berani Berpuisi, dll.
Terbata
dalam membaca, terseok dalam menulis, adalah hal yang lumrah ditemui oleh para
guru. Namun, apakah itu akan sekadar menjadi keluhan atau justru jadi acuan
untuk melakukan sesuatu yang berarti? Itu adalah pilihan. Pilihan Anda akan
mencerminkan siapa Anda (serius banget).
Selanjutnya
di Bab III membahas tentang pembelajaran matematika. Nah membaca bab ini nih,
yang membuat saya jadi berandai-andai, “Coba ya, dulu saya diajari oleh guru
seperti mereka. Mungkin saya tidak akan fobia pada matematika.” He he… jadi
ingat guru matematika saya waktu SD. Telapak tangan ini sering menjadi tumbal
untuk lidinya. “Satu salah, satu pukulan!” Uh….hu...hu… Sangat menyakitkan
untuk mengingatnya. Eh… pembaca yang budiman jangan terlalu cepat mengambil
kesimpulan ya! Bukan hanya saya loh, hampir semua siswa di kelas juga pernah
menjadikan korban seperti saya (pembelaan, takut banget pamornya jadi turun).
Berikut
ini beberapa judul yang ada dalam bab Matematika. Es Krim Matematika, Perkalian
Ular Tangga, Ligkaran Perkalian, Catur Koordinat, Pelajaran Selazat Cokelat,
Kemiri Bilangan Bulat, Berburu Harta Karun, Big Master untuk Siswa Papua, dll.
Tuh lihat, judulnya saja sudah menarik dan buat penasaran bukan? (Lah… emang
judul harusnya gitu.)
Hmm…
aku mulai capek nulis. Yang berikutnya singkat aja ya! (Dari atas memang sudah
singkat kok. Bilang aja kalau uda kehabisan kata-kata).
Selanjutnya adalah Pembelajaran Pengetahuan Alam. Nah ini cocok untuk yang suka ngebolang, agar lebih banyak meraup ilmu dari alam. Salah satu judulnya adalah Pendeteksi Bencana Alam. Wah ini penting banget. Setidaknya lebih aplikatif dan tidak sekadar teori. Mengingat sekarang sering terjadi bencana hampir di setiap jengkal Indonesia (lebai dikit nggak apa-apa lah).
Ada
pun judul lain pada bab IV ini yaitu, Guru Bersulap, Lempar Batu, Lingkaran
Pertumbuhan, katrol Buatanku, Pesan Rahasia, Alam sebagai Inspirasi, dan Lagu
Cahaya. Wuah ada lagu, asyikkkk... karena lagunya singkat, aku tulis lagunya
ya!
“Oh
sifat cahaya ya ada lima
Merambat
lurus itu yang pertama
Menembus
benda bening itu yang kedua
Dapat
dipantulkan juja ke tiga
Dapat
dibiaskan dan diuraikan
Itulah
semua sifat cahaya”
Kalau
dikasih lagu seperti ini, tanpa disuruh juga siswa-siswa akan berusaha
menghafalnya. Menggunakan musik lagu "Pergi Sekolah" (Itu lagunya
yang mana ya?).
Para
pembaca saja, penasaran bagaimana cara menyanyikannya. Iya kan? Bilang iya aja dech…
Nggak rugi kok (Ini penulis gimana sih?
Katanya sudah capek, tapi masih sempat lebay
dan nyanyi-nyanyi. Hmmmm… )
Pembaca
yang sabar ya… sebentar lagi selesai kok.
Nah
selanjutnya pelajaran Sosial. Pada bab ini, ada yang berjudul “Kontes Putra dan
Putri Indonesia”. Wah seru juga ini untuk kelas IV SD yang harus menghapal 34
Provinsi beserta sumber daya alam dan warisan budayanya. Apalagi kalau
dilengkapi dengan atribut salempang dan mahkota. InsyaAllah anak-anak akan
antusias. Selain itu ada juga judul cerita lain seperti, Misi melawan Penjajah,
dan Kelas Pancasila.
Masuk
ke Pembelajaran Bahasa Inggris. Wah ini nih, yang hampir jadi masalah serius di
hampir setiap pelosok. Masih banyak sekolah yang tidak belajar Bahasa Inggris
sama sekali. He he… jadi ingat waktu saya di Kalimantan dengan ilmu bahasa
Inggris yang pas-pasan tapi tetap berusaha mengajarkannya sekali-kali.
Dalam
bab terakhir ini ada yang berjudul Ular Tangga Bahasa, Klub Power Rangers,
Smart Bowling, Si Bom-Bom Pow, Display Peneliti, Find and Point, dan Belajar di
Pulau Pengetahuan. Pulau Pengetahuan? Saya jadi ingat Kereta Pengetahuan yang
pernah saya terapkan di kelas.
Kurang
lebih seperti itulah isi buku ini. Mudah-mudahan bisa memberi inspirasi.
Terimakasih sudah mau membaca hingga akhir (akhirnya, nih bocah selesai juga
nulisnya).
Berikut
ini diskusinya di grup Facebook IIDN Makassar:
Mugniar:
Ini mirip-mirip program Kelas Inspirasi-nya Indonesia Mengajar/Anis Baswedan
ya? Menurut saya guru seharusnya rajin menulis. Karena dengan menulis, secara
tidak langsung dia akan rajin membaca. Degan rajin membaca maka dia akan terus
belajar. Manusia sejatinya tidak boleh berhenti belajar apalagi seorang guru. Di
mana ki' ditempatkan waktu ikut program ini?
Oya
saya suka sekali bagian ini: Pandangan
inilah yang membuat tulisan saya bisa mejeng di media berupa koran atau pun
buku antologi. Sekali lagi bukan karena tulisan saya yang bagus, tapi karena
saya tidak takut bila ada yang salah. Nulis ya nulis saja, nyetor ya nyetor saja.
Toh, penulis hebat sekali pun juga masih pake editor, apalagi tulisan saya. Betul
itu. Cuma memang kita mesti belajar ngedit sendiri jadi ndak malu-maluin kalau nyetor
tulisan, yang diedit sama pihak penerbit.media tidak terlalu banyak
Ida
Basarang: Keren memang adik ini Kak, dia
salah seorang junior saya di madrasah dulu. Sekarang dia penggiat taman baca di
kampung sementara dia sendiri berdomisili di Jakarta
Nur
Syamsi: Iya kak. Jadi penulis juga harus punya integritas. Begitu yang sering
kudengar. Insya Allah masukan dari pembaca akan sangat membantu saya untuk
terus belajar. Iya, ini hampir sama dengan program IM. Tapi kalau yang ini dari
Dompet Dhuafa.
Mugniar:
Nur Syamsi di mana ki' mengajar sekarang? Dulu ditugaskan sama Dompet Dhuafa di
mana?
Nur
Syamsi: Oh iya. Sekarang saya lagi di Jagakarsa, Jaksel. Mengajar di SD
SmartSchool Al Haamidiyah. Waktu penempatan, saya di Kota Seribu Sungai,
Banjarmasin, Kalimantan. Boleh langsung menghibungi saya yang mau bukunya.
Harganya 45.000
Arniyati
Shaleh: Tahan napas! Inspiratifnya!
Masyitabandri:
Inspiring. Membaca tak semudah
menulis, jangan takut salah karena semua berawal dari proses.
Rahmadani
Nur Maghfirah Herman: Asiiik. Bertambah 1 lagi guru keren yang saya kenal (sekarang
ada dua: Nur Syamsi dan Abby Onety). Makasih sharing-nya kak. Keren sekali. Boleh liat cover buku ta' Kak Nur
Syamsi? Mau saya sarankan di SD tempat mamaku mengajar.
Nur
Syamsi: Terimakasih.
Aisyah
Fad: Inspiratif.
0 komentar:
Posting Komentar