Waspadai Bahaya di Sekitar Kita: Kekerasan Seksual pada Anak


Untuk yang kedua kalinya, IIDN Makassar bekerja sama dengan LeMina (Lembaga Mitra dan Anak) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak. Bila tahun lalu diselenggarakan di jalan Rappocini Raya lorong 3, pada tanggal 30 Agustus lalu, FGD diselenggarakan di jalan K. S. Tubun lorong 2, bertempat di rumah ustadzah Munawarah.

Walau jumlah peserta yang hadir tidak sebanyak persangkaan semula, dengan jumlah total sebanyak 23 orang (termasuk warga IIDN Makassar dan LeMina), FGD kali ini berlangsung seru. Para ibu dan calon ibu demikian antusias menyimak materi yang diberikan oleh psikolog Titin Florentina dan Syawaliyah Gismin dan berdiskusi dengan kedua psikolog ini.

Data dari Yayasan Kita dan Buah Hati yang selama ini berkonsentrasi terhadap masalah kekerasan seksual pada anak menunjukkan persebaran tindak kekerasan seksual pada anak terjadi di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Di provinsi Sulawesi Selatan pun, kasus-kasus kekerasan seksual pada anak terjadi di beberapa daerah.

Sitti Syawaliyah (memegang mikrofon) dan Titin Florentina (sedang menulis),
dua psikolog yang memberikan materinya di FGD Pencegahan Kekerasan Seksual
pada Anak, 30 Agustus silam
Kasus yang terjadi bukan hanya tindak kekerasan seksual kepada anak lain. Ada juga kasus incest. Ada pula yang pelakunya guru. Kasus yang terjadi adalah sebagian besar perkosaan, ada juga yang terjadinya karena “suka sama suka”. Usia pelaku beragam, ada juga pada rentang usia 13 – 15, ada pula di atas 60 tahun. Usia korban: 0 – 60 tahun. Lokasinya ada yang di rumah (korban dan pelaku) dan ada yang terjadi di sekolah.

Di Sulawesi Selatan, sepanjang tahun 2014 diketahui ada 41 kasus. Pada tahun 2015 ini, dalam periode Januari – April saja sudah ada 34 kasus! Itu yang diketahui, bisa saja masih ada kasus-kasus yang belum diketahui!

Sitti Syawaliyan mengingatkan, selain itu bahaya yang mengintai adalah paedofilia (kelainan seksual yang pelakunya menyukai anak-anak). Modusnya adalah foto anak-anak di internet. Sitti Syawaliyah mengingatkan, untuk berhati-hati mengunggah foto anak-anak kita di internet apalagi jika berpakaian minim. Mengapa ada orang yang tertarik secara seksual pada anak-anak? Entahlah, namanya juga kelainan. Untuk itu kita harus ekstra waspada dalam menjaga anak-anak kita.

Bagaimana menyampaikan edukasi seksual pada anak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
  • Perhatikan usia anak.
  • Gunakan metode bertanya/diskusi.
  • Tegas tentang yang halal dan yang haram.
  • Menggunakan istilah seks yang tepat dan benar (bukan istilah yang dibuat-buat).
  • Menyiapkan jawaban sesuai kemampuan anak.
  • Ajarkan adab bergaul.
  • Ajarkan betapa tubuh anak berharga (ada sentuhan baik; yaitu dari bahu ke atas kepala, sentuhan membingungkan; yaitu dari bahu sampai lutut, dan sentuhan buruk; yaitu dari paha dan dekat kemaluan). Ajarkan anak untuk menolak dan lari jika ada orang yang memberikan “sentuhan buruk” padanya.
Sebagian dari peserta diskusi
Titin Florentina menekankan bahwa orang tua adalah pendidik utama. Orang tua selayaknyalah mengajarkan kepada anak kepada siapa anak boleh patuh dan tidak. Dalih apapun, perilaku seksual yang tidak pada tempatnya adalah penyimpangan. Ingat pula bahwa anak orang lain adalah bagian dari (anak) kita yang juga harus dipedulikan. Jangan karena merasa anak kita baik-baik saja dan anak orang lain bermasalah, timbul ketidakpedulian. Mari sama-sama menjaga anak-anak kita dari tindak kekerasan seksual pada anak.

Makassar, 9 September 2015





1 komentar:

  1. Iya, setuju, anak harus diberi informasi yang jelas dan diberdayakan untuk bertindak preventif, melindungi dirinya sendiri untuk kemudian meminta pertolongan orang dewasa yang dapat dipercaya.

    BalasHapus