[Sabtu Berbagi] Ida Basarang, BerKomunitas untuk Menemukan Passion

Materi ini disajikan Mujahidah Basarang pada kegiatan online [Sabtu Berbagi] di grup Facebook IIDN Makassar pada tanggal 25 Juli 2015. Ida saat ini tergabung dalam beberapa komunitas dan sangat menikmati kegiatan-kegiatannya.

Ahhh entah ini sudah sabtu keberapa semenjak saya meng’iya’kan mengisi sabtu berbagi tapi kenyataannya baru sabtu ini saya benar-benar akan mengeksekusi kata IYA yang telah terucap. Apalagi kalau bukan kesibukan yang selalu menjadi kambing hitam, korban ketidak mampuan saya memenej waktu. Tulisan ini saya buat saat sementara menunggu mobil yang akan mengantarkan saya ke kota Makassar jam 8 ini. Jadi maafkan jika tidak terarah dan tidak teratur.

Komunitas? 2-3 tahun lalu saya berkenalan dengannya melalui adik Mardiyah Na. IIDN menjadi komunitas saya pertama berkecimpung. Awal bergabung didasari keinginan menjadi penulis yang lagi-lagi karena ‘IRI’ pada Mardiyah. Namun saat itu saya tidak PeDe untuk bergabung dengan komunitas penulis yang diisi oleh anak-anak muda.

Bergabung dengan IIDN pastinya memompa semangat untuk seperti mereka-mereka yang sudah menjadi pendahulu di sini, seperti Kak Mugniar, Kak Marisa, Kak Arniyati, Kak Haeriah dan Kak Nunu (waktu itu baru kenal dengan segelintir warga komunitas dari ibu-ibu luar biasa ini, ehh kak Nunu belum ibu-ibu hehehehehe...). Mulai dengan membuat dan mengisi blog, mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai utusan IIDN.

Dari seringnya mengikuti kegiatan-kegiatan ini akhirnya saya mengenal berbagai komunitas di kota Makassar. Waktu seperti ini seperti ‘me time’ buat saya. Dan rasanya ingin bergabung dengan semua komunitas itu dan mengambil bagian di dalamnya. Saya merasa semua komunitas itu mewakili diri saya, sungguh maruknya saya kan? Bukan, itu karena saya belum tahu kecenderungan saya sebenarnya di mana.

Akhir-akhir ini saya sedikit menemukan apa yang yang menjadi passion saya . Foto-foto, crafting dan menulis (namun yang terakhir ini menjadi jarang sekali saya lakukan, alasannya cuma satu ada kambing hitam yang bernama sibuk, sok sibuk tepatnya). Semua berawal dari berkomunitas dan bertemu dengan beragam orang dengan cita rasa berbeda. Mencoba menggeluti apa yang menjadi keahlian seseorang dan akhirnya ahaaa di sinilah saya harus berdiri.

Dari beberapa kegiatan komunitas ini teman-teman kadang bertanya emang tidak capek, jam ini disini jam itu di situ. Saya hanya menjawab, “Tidak ada kata capek untuk sesuatu yang kita sukai”.
Ehhh sudah dulu mobilnya sudah klakson-klakson.

Lanjut...

Selain mempunyai me time dan menemukan passion, berkomunitas mengajarkan untuk menjaga semangat. Disaat melihat teman sekomunitas yang sangat produktif selalu memicu untuk berbuat yang sama. Kenapa mereka bisa berbuat hal luar biasa sementara saya tidak? Seringnya berlatih mempertajam sense kita pada bidang yang kita lakoni. Dan dijamin seringnya berlatih itu akan membuat kita menjadi seorang yang profesional. Sayangnya pada tataran ini masih menjafi konsep semata untuk saya hohohoho...

Pelajaran lain yang luar biasa dari berkomunitas adalah mendidik kita dalam berattitude. Tak dipungkiri setiap individu di dalam sebuah komunitas memiliki karakter berbeda. Dari perbedaan ini sering menimbulkan gesekan-gesekan yang tidak disengaja. Apakah dari sikap dan tutur kata. Sehingga saat bersikap dan bertutur selalu disertai kehati-hatian. Sebelum bersikap dan mengucapkan sesuatu saya kembalikan pada diri saya, jika itu tidak nyaman untuk saya maka orang lain pun tidak akan nyaman. So, jika kehadiran saya diantara teman-teman pernah menimbulkan luka hati baik dari sikap ataukah perkataan mohon dimaafkan yah.

Kurang lebih seperti inilah yang saya rasakan. Semoga ada manfaat dari tulisan tidak terstruktur ini.



0 komentar:

Posting Komentar