Bagaimana Memulai Menulis Ala Mugniar

Aktif Menulis Ketika Menemukan Passion


Saya bukan orang yang suka menulis sejak kecil. Sejak kecil saya membaca buku/majalah bacaan anak-anak tetapi tidak bisa juga dibilang hobi karena tidak intens. Hingga ketika menjelang anak sulung saya lahir (2001), saya baru membiasakan diri membaca.


Menjelang tahun 2011, buku-buku Asma Nadia booming. Setiap adik saya membeli, saya ikut membaca. Adik saya punya banyak koleksi buku karya Asma Nadia, terutama yang antologi bersama perempuan-perempuan Indonesia. Saya sendiri hanya punya sedikit bukunya. Sebagian besar toh bisa saya bisa pinjam dari adik, kenapa harus beli? Begitu pikir saya.

Setiap membaca antologi karya Asma Nadia dan perempuan-perempuan keren itu, saya suka membaca dengan seksama semua bio data mereka. Saat itu saya terkesan karena banyak dari mereka “hanya” ibu rumah tangga, tanpa karier di sektor publik, sama persis seperti saya. “Ah, saya juga bisa menulis seperti mereka,” saya membatin. Saya lalu bergabung dengan milis (mailing list) – kalau tidak salah namanya Pembaca Asma Nadia, berdasarkan informasi dari bio data beberapa kontributor antologi yang saya baca.

Sumber gambar: www.createwritenow.com
Ketika itu saya sudah mulai menulis di blog (tahun 2006 – 2009) namun kebanyakan hanya berkisar pada catatan harian. Sesekali ada perenungan akan kehidupan yang saya tulis. Memasuki tahun 2011, saya memutuskan akan mengikuti lomba menulis yang informasinya di-share seseorang ke dalam milis.

Pada informasi itu, peserta lomba harus membuat akun Facebook, mem-post status berupa note tentang lomba dan nge-tag sejumlah orang. Saya belajar melakukannya. Saya lalu mengajukan permintaan pertemanan kepada orang-orang yang ikut lomba itu dan diam-diam mengamati akun mereka. Dari akun-akun mereka, saya mendapatkan informasi lomba-lomba menulis lain. Saya kalah lomba pertama saya tapi sejak saat itu saya ketagihan mengikuti berbagai lomba. Saya terus mencari informasi lomba dan terus ikut lomba. Di tengah aktivitas itu, saya menemukan grup/komunitas menulis di Facebook dan bergabung di dalamnya.

Saya jadi punya kegemaran baru, mencari komunitas menulis dan komunitas blogger yang bisa saya tempati belajar. Saya menyimak banyak hal dari banyak grup hingga tak terasa ada puluhan grup yang saya masuki. Akhirnya saya harus memilih karena tak bisa terlibat atau merasa nyaman di semua grup, dengan melepas beberapa grup.

Saya belajar menulis nonfiksi karena tidak tertarik dengan fiksi. Saya belajar membuat artikel yang serius. Saya mencoba mengirimkan artikel ke media. Saya juga belajar meresensi buku dan mengirimkannya ke media. Tetapi saya tidak mengabaikan sama sekali pembelajaran menulis fiksi. Saya juga belajar cara menulis fiksi untuk memperkaya tulisan. Namun dari semuanya, saya merasa sangat nyaman menulis di blog. Ngeblog seperti mewakili diri saya seutuhnya. Saya bisa menjadi diri saya apa adanya dan bisa sekaligus membuat catatan sejarah tentang saya, keluarga saya, dan proses pembelajaran/perenungan/pemikiran saya, dengan harapan semoga kelak bisa bermanfaat buat anak-cucu saya.

Seperti yang pernah saya katakan, saya tidak pernah mengikuti pelatihan menulis berbayar karena menikmati semua proses dan kerja keras yang saya lalui. Eh, biar hemat juga. Pelatihan menulis pertama saya ikuti pada November 2012 pada Kopdar Blogger Nusantara, setelah saya “melahirkan” buku solo berjudul Lakon Fragmentaris, berkontribusi pada sejumlah antologi, dan memenangkan beberapa lomba menulis. Setelah itu, saya mengikuti beberapa pelatihan menulis gratis secara tatap muka.

Menulis seperti anugerah dari Allah karena tiba-tiba menjadi passion saya sejak tahun 2011. Hingga saat ini, kalau sehari tak menulis, ada sedikit perasaan gelisah. Saya percaya jam terbang menulis makin mengasah kemampuan menulis. Setelah melalui semuanya, saya yakin kalau memang benar-benar ingin belajar menulis, kita bisa koq melatih diri sendiri. Pelatihan menulis tatap muka ataupun online tidak akan ada gunanya kalau kita tidak praktik menulis.

Dalam dunia menulis, saya merasa sudah menaiki sejumlah anak tangga sejak saya memutuskan untuk serius menulis pada awal 2011 lalu. Kalau dulu saya kesulitan menulis satu tulisan dalam sekali duduk. Secara perlahan saya MENANTANG DIRI sendiri untuk menambah kemampuan menulis. Pelan-pelan saya bisa menulis 1 tulisan dalam sehari, 1 tulisan dalam 10 – 20 menit, 2 tulisan dalam sehari. Lalu 3, 4, dan terakhir 5 tulisan dalam sehari. Itu kalau semua situasi dan kondisi mendukung saya untuk menulis. Kalau tidak pun, bisa menulis 1 tulisan dalam 1 hari saja saya sudah senang.


Oya, selain semua yang saya ceritakan di atas, saya juga suka ikut lomba menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis dan mengirimkan tulisan ke media cetak. Alhamdulillah saya sudah pernah merasakan meraih berbagai hadiah lomba, mulai dari buku-buku, pulsa, uang tunai ratusan ribu hingga jutaan rupiah, kupon belanja puluhan ribu hingga jutaan rupiah, smartphone, dan notebook (laptop kecil). Banyak manfaat lainnya yang saya rasakan. Melalui blog pun, kini sesekali saya menerima tawaran menulis dari perusahaan/orang yang membutuhkan. Namun di atas semuanya, dengan menulis saya bisa menebar kebaikan. Menurut saya, MENULIS ADALAH CARA YANG PALING MUDAH DAN MURAH UNTUK MENEBAR KEBAIKAN. Nah, bagaimana ceritamu? J

0 komentar:

Posting Komentar