Kamis, 23 Oktober 2014

IIDN dalam Forum Komunitas Gemar Membaca 2014 Pemprov SulSel

H-2 
Baru saja saya bertemu dengan sahabat Andi Bunga Tongeng di rumah. Ibu superwoman ini membawa undangan untuk komunitas kita (Ibu Ibu Doyan Nulis) IIDN-Makassar dalam rangka “Forum Komunitas Gemar Membaca” oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Melalui Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Sulawesi Selatan di Hotel Prima Makassar.

H-1 
Alhamdulillah, postingan saya di wall IIDN-Makassar tentang rencana di atas (H-2), mendapat respon positif dari teman-teman. Hal ini terlihat dari antusias teman-teman membawa buku karya masing-masing pada acara “bincang buku” Bu Haeriah Samsuddin.
 
Hari H 
Registrasi

Sama halnya dengan acara yang umum di laksanakan oleh instansi lain. Hari pertama itu adalah registrasi peserta. Setelah menyodorkan undangan, saya melakukan registrasi. saya adalah peserta yang ke 47 dari 100 lebih peserta. Benar saja, seperti yang telah saya duga sebelumnya, panitia pasti akan bertanya “apa itu IIDN?”
 
Nah , disinilah langkah awal yang baik untuk memperkenalkan IIDN “pikirku”. Saya menjelaskan ringkas penuh keakraban dan sangat hati-hati. Layaknya saya seorang salesman produk kosmetik yang bergengsi (xixixi....), tapi tak apa. Karena saya tahu, orang-orang yang hadir di sini adalah pustakawan dan pemustaka. Itu artinya tidak jauh dari hobbi menulis. Karena proses menulis harus ditunjang dari kemampuan membaca untuk referensi sebuah tulisan yang berkualitas.

Pada kesempatan yang bersamaan, saya meminta kebijakan panitia sekiranya tidak mengganggu untuk memajang buku karya angoota IIDN di meja registrasi panitia. Alhamdulillah panitia menyambut hangat ide saya.

Buku karya IIDN sedang dibaca oleh salah seorang peserta 
  

Pembukaan 
Pembukaan acara “Forum Komunitas Gemar Membaca” diawali dengan kalimat pembuka dari MC, di lanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya diikuti dengan pembacaan do’a.

Dalam laporannya ketua panitia menyampaikan hal yang melatar belakangi dilaksanakannya kegiatan tersebut. Menurutnya, walau sudah banyak yang tahu tentang manfaat membaca tetapi minat baca di kalangan masyarakat masih sangat rendah. Pada hal membaca adalah perioritas sumber utama informasi tetapi banyak yang lebih memilih menonton TV.

Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan minat dan gemar membaca serta menjalin hubungan antar komunitas dengan gemar membaca.


Peserta : Instansi Pemerintah
               Komunitas 
               Pendidikan.

Nara Sumber : Universitas Hasanuddin 
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan daerah Provinsi Sulawesi Selatan, dalam sambutannya melalui Sekertaris Badan Arsip Daerah Provinsi Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa; program pemerintah gencar mensosialisasikan pentingnya minat baca. Tapi kenyataannya minat baca di kalangan masyarakat semakin menurun. Untuk itu melalui forum ini kita bisa memajukan semua perpustakaan dalam rangka pembangunan karakter bangsa. Melahirkan dan memberikan kritikan dalam membangun untuk kecerdasan masyarakat bangsa.

Sekertaris Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah 
Provinsi Sulawesi Selatan dalam sambutannya

Salah satu manfaat membaca adalah timbulnya kepercayaan diri untuk mampu tampil di depan orang banyak. Dari sudut pandang yang berbeda, kita bisa melihat seseorang dari tutur katanya, dari cara penyampaian kalimatnya saat berinteraksi dalam lingkungan masyarakat. Sangat berbeda dengan orang yang tak pernah berinteraksi dengan buku.

Salah satu manfaat membaca adalah timbulnya kepercayaan diri untuk mampu tampil di depan orang banyak. Dari sudut pandang yang berbeda, kita bisa melihat seseorang dari tutur katanya, dari cara penyampaian kalimatnya saat berinteraksi dalam lingkungan masyarakat. Sangat berbeda dengan orang yang tak pernah berinteraksi dengan buku.

MATERI
Ketertarikan saya terhadap materi ini “Menjalin Human Relations Melalui Komunikasi Persuasif dengan Komunitas Baca” adalah bukan semata karena pemateri keren ini seorang perempuan yang sangat komunikatif dengan penyampaian materi yang elegant, tetapi paparan DR Tuty Bahfiarti, S.Sos, M.Si tentang bagaimana menjalin hubungan kedekatan dengan orang yang mau membaca sangat menghipnotis saya. Menurutnya, interaksi antar manusia yang biasanya bersifat komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain secara tatap muka, dalam semua situasi atau semua bidang kehidupan akan menimbulkan kebahagian dan kepuasan.

Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk merubah atau memperngaruhi kepercayaan, sikap dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan. Berkomunikasi dengan bahasa yang sopan, jelas dan mudah dipahami ditambah dengan ekspresi yang menyenangkan adalah hal yang harus dimiliki oleh seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.

Oh ya... sahabat IIDN, mungkin untuk materi saya akan sharing di blog saja pada tulisan selanjutnya. Karena materi ini lebih kepada bagaimana seorang pustakawan dan pemustaka memahami sebuah konsep komunikasi. Jadi, khusus untuk materi, saya akan potong disini dan saya hanya akan berbicara tentang keberadaan IIDN community pada acara ini.

----(back to IIDN)----

Tiba saatnya sharing diskusi untuk materi yang di bawakan oleh DR.Tuty. IIDN tak membiarkan kesempatan ini berlalu. Sebelum bertanya DR. Tuty mempersilahkan untuk memperkenalkan diri. Wah, kesempatan kedua nih, untuk memperkenal IIDN hiihhiii “itu pikirku”. Pemateri mengerutkan keningnya tanda tak mengenal komunitas IIDN. Setelah aku jelaskan secara ringkas, beliau memberikan apresiasi sambil menghampiriku, “Boleh ikut gabung?” boleh bu “jawabku” hehehe... tersipu. IIDN memberikan saran untuk melengkapi fasilitas perpustakaan dengan “Perpustakaan Gigital” di kota Makassar. Pemateri menjawab, itu HARUS!. Dari siinilah saya mendapat informasi bahwa bulan Nopember yang akan datang ada lelang “Perpustakaan Digital” di Aceh. Ayo dong..... colek-colek PemKot Makassar, moga bisa menangkan tender tersebut.

Tiba saatnya sharing diskusi untuk materi yang di bawakan oleh DR.Tuty. IIDN tak membiarkan kesempatan ini berlalu. Sebelum bertanya DR. Tuty mempersilahkan untuk memperkenalkan diri. Wah, kesempatan kedua nih, untuk memperkenal IIDN hiihhiii “itu pikirku”. Pemateri mengerutkan keningnya tanda tak mengenal komunitas IIDN. Setelah aku jelaskan secara ringkas, beliau memberikan apresiasi sambil menghampiriku, “Boleh ikut gabung?” boleh bu “jawabku” hehehe... tersipu. IIDN memberikan saran untuk melengkapi fasilitas perpustakaan dengan “Perpustakaan Gigital” di kota Makassar. Pemateri menjawab, itu HARUS!. Dari siinilah saya mendapat informasi bahwa bulan Nopember yang akan datang ada lelang “Perpustakaan Digital” di Aceh. Ayo dong..... colek-colek PemKot Makassar, moga bisa menangkan tender tersebut.

Akhirnya, waktu break pun tiba. Secangkir kopi susu hangat ditangan sambil melirik ke meja. Kulihat beberapa orang berkerumun di meja panitia. Membolak balik buku karya IIDN. Seorang panitia memanggilku, minta penjelasan tentang IIDN. Beberapa orang mengambil nomorku untuk pemesanan buku dan cara bergabung ke komunitas IIDN.


Sahabat IIDN, sudah dulu yaah.... batuk masih menyiksa nih. Masih sakit kodong. Tapi karena gelisah akan hak dan tanggung jawab mem-posting tulisan ini sebagai ole-oleh buat kalian semua, yaa...saya harus menulis! 

Akhir kata SALAM SUKSES!

Sungguminasa, 16 Oktober 2014
Abby Onety

Selasa, 21 Oktober 2014

Nahlatul Azhar


Nama Nahlatul Azhar. Bukan nama sebenarnya. Nama samaran? Bukan juga! Itu nama pena buatan sendiri setelah dengan pede-nya meyakini diri kelak akan jadi penulis terkenal. Ehm! Uhuk!

Aamiin.

Bercanda! Kali ini serius.

Nahlatul Azhar adalah nama pena dari Sitti Mardiyah. Lahir pada tanggal 4 November 1991. Status masih mahasiswi di Universitas Muhammadiyah Makassar jurusan PGSD. Daerah asal kabupaten Enrekang, tepatnya di Madata kecamatan Buntu Batu (nah loh, tau ngga tuh tempatnya?)

Nama pena sendiri dimaksudkan agar:

1. Kerenan dikit. Merujuk pada penulis keren seperti Mba Asma Nadia, Pipet Senja, Afifa Afra de-el-el. Dulu kan tahunya mereka penulis keren yang menggunakan nama pena, maka menirulah diriku ini.

2. Tidak mempermalukan nama pemberian baginda raja dan ratu a.k.a orang tua. Jauh banget kan pemikirannya? Ngga? Iya sajalah! Kan gini, kalau tulisan jelek, dengan nama pena orang-orang tidak akan tahu kalau ternyata yang nulis itu anak dari Pak Tamsil dan Bu Hasmi, ya kan? Kalau tulisannya bagus, baru deh jelasin kalau penulisnya punya nama asli tak lupa siapa yang melahirkan. Apa seh ...

3. Mm ... misterius kali ya. Hehehe.
Itu saja dulu alasan penggunaan nama pena. Lain kali di sambung.

Tentang menulis. Bagiku menulis adalah berbicara. Kenapa? Karena jari saya lebih cepat bersuaranya ketimbang mulut dan seperangkatnya. Maka tak heran jika di dunia maya yang tanpa memperdengarkan suara asli aku lebih banyak brkicau. Giliran dunia nyata... suara menghilang entah kemana.

Lanjut tentang tulis menulis. Aku mulai jatuh hati pada dunia tulisan terutama fiksi sejak SD. Masuk SMP, masih sekedar baca. Saat itu buku di perpustakaan sekolah banyak yang baru, maka melahapnya adalah kenikmatan tiada duanya. SMA, masih dengan kesenangan membaca plus dalam hati sudah ada benih-benih cinta (cieh) terhadap dunia menulis. Hati pun berjanji, kelak jika sudah masuk perguruan tinggi, musti masuk organisasi kepenulisan.

Kepanjangan ya?

Singkat cerita bergabunglah aku di salah satu organisasi kepenulisan akhir tahun 2011 berbekal tekat bukan bakat. Selain itu juga bergabung di grup-grup kepenulisan, dunia maya (facebook) termasuk IIDN Makassar. Ikut event-event grup, ikutan antologi, lomba (tidak menang-menang), buat blog biar bisa nampung tulisan gagal juaraku, dan ... (nyebut dalam hati).

Sejauh ini kecintaanku pada menulis pasang surut. Semangat nulis masih suka turun, dan jika sendang semangat-semangatnya bisa punya banya ide yang tidak sempat dituliskan (sama juga boong).

Oh ya, hampir lupa tentang karya-karya yang pernah di muat. Tulisanku pertama kali dimuat di Koran harian Fajar, KeKeR. Pernah di budaya juga, sahabat anak juga. Intinya baru Koran Fajar. Pernah juga Koran Cakrawala. Punya beberapa antologi, tidak sampai sepuluh sih.

Sekian perkenalan dariku. Semoga ada manfaatnya. Semoga. ^^

Ada yang terlupa! Taraaa ....
FB        : Nahlatul Azhar/Mardiyah Na
Twitter  : @NaNahlatulazhar

Sempet ada yang mau mampir ^^

Minggu, 19 Oktober 2014

Pelajaran dari Sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 (2)

Lanjutan dari tulisan berjudul Pelajaran dari Sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 (2), tulisan ini merupakan reportase dari acara Sosialisasi Komunitas ASEAN yang diselenggarakan pada tanggal 1 Oktober 2014 yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri dan UNHAS di Hotel Grand Clarion.

Sosialisasi Komunitas Ekonomi ASEAN

Dalam presentasinya, Lingga Setiawan menekankan bahwa Asean Free Trade Area (AFTA) ≠ Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Walau sekilas mirip,keduanya memiliki tujuan spesifik yang berbeda:

Sabtu, 18 Oktober 2014

Pelajaran dari Sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 (1)

Masih ada orang yang paranoid dengan terbentangnya era Komunitas ASEAN 2015 nanti. Ini terlihat dari tanggapan dan pertanyaan yang muncul pada acara Sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri dan UNHAS pada tanggal 1 Oktober 2014 di Hotel Grand Clarion.

Para nara sumber yang ditampilkan adalah orang-orang yang mumpuni di bidangnya. Mereka menjawab pertanyaan dan tanggapan tersebut dengan percaya diri dan lugas. Acara sosialisasi ini menghadirkan Eddy Mulya dari Direktorat Polkam ASEAN, Kemlu, Edy Prasetyono dari FISIP Universitas Indonesia, Adi Suryadi - Ketua Jurusan HI FISIP UNHAS, Lingga Setiawan - Direktorat Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kemlu, Endo Anugerah dari Direktorat Kerja Sama ASEAN, Kemendag, M. Ilham Alim Bachrie – Wakil Ketua KADIN Sulawesi Selatan, Dicky Fabrian dari Direktorat Kerja Sama Fungsional ASEAN Kemlu, Prof. A. Alimuddin Unde - Dekan FISIP UNHAS, dan Alwy Rahman, M.A. – budayawan. Sebelumnya, acara ini dibuka dengan sambutan-sambutan dari Direktur Politik dan Keamanan, Ditjen KS ASEAN - M. Chandra W. Yudha, Prof. A. Alimuddin Unde, dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan – Ir. Agus Arifin Nu’mang.

Jumat, 10 Oktober 2014

Tentang Buku Agar Dicintai Suami Layaknya Sayyida Khadijah

"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menikah lagi dengan perempuan lain untuk memadu Khadijah, kecuali setelah Khadijah meninggal dunia."(HR.Muslim) 
Begitu istimewanya Khadijah di mata suaminya, Muhammad. Padahal Khadijah terpaut lima belas tahun lebih tua darinya. Yang tentu saja semakin hari kecantikan dan kemudaannya semakin memudar. Namun segala yang dimilikinya dan diberikannya mampu menenteramkan Muhammad. Muhammad tidak menikah lagi meskipun beliau ditawari tambahan istri oleh para pemuka Quraisy saat itu.

Dua paragraf di atas adalah sinopsis singkat yang tertera pada cover belakang buku duet saya bersama kawan saya (Vina Sjarif) yang baru terbit Agustus lalu). Buku yang berjudul Agar Dicintai Suami LayaknyaSayyida Khadijah ini merupakan buku duet pertama saya dengan Vina. Buku ini bisa didapatkan di toko buku Gramedia di seluruh Indonesia.

Jumat, 03 Oktober 2014

Lebih Terhubung dengan Masyarakat Sekitar dengan "Connected"

Mata saya berkaca-kaca melihat penampilan operet yang dibawakan oleh 18 anak dari Ruma Sokola pada opening anniversary Trans Studio Mall, pada tanggal 27 September sore.

Saya salut dan terharu, mereka bisa tampil sepercaya diri itu. Saya menyadari, bukan hal mudah untuk tampil membawakan sebuah acara di hadapan banyak orang. Dan kalau anak-anak ini bisa, luar biasa sekali.

Tentunya terbentuknya kepercayaan diri mereka tak lepas dari peran para relawan pembina Ruma Sokola. Menurut saya, luar biasa sekali kalau anak-anak yang sehari-harinya akrab dengan kebersahajaan itu bisa tampil percaya diri di atas panggung pertunjukan di sebuah mal.


Operet tentang keseharian anak-anak pesisir, dibawakan oleh anak-anak Ruma Sokola
Manager TSM dan salah seorang pembina Ruma Sokola
Yang pakai tiara itu namanya Aulia, duta TSM
Menjelang ulang tahunnya yang ke-4 pada 27 Oktober 2014, Trans Studio Mall melakukan hal yang berbeda, dengan berusaha lebih “connected” – terhubung dengan sekelilingnya. Trans Studio Mall (TSM) merangkul Ruma Sokola – sebuah sekolah alternatif untuk anak-anak daerah pesisir Makassar yang kebanyakan tidak mampu bersekolah formal di kecamatan Mariso.

“Kami memberikan kailnya, bukan hanya ikannya. Kami tidak ingin sekali saja membantu lalu pergi,” demikian ditegaskan Rudyanto – general manager TSM.

Haeriyanti – manager communication TSM juga menegaskan hal itu. Menurutnya TSM membantu Ruma Sokola dalam pembenahan gedung dan lain-lain agar Ruma Sokola bisa terus tumbuh, berkelanjutan.

Usaha yang selama ini diakukan Ruma Sokola bersesuaian dengan apa yang disampaikan oleh Rudyanto. Imran – yang mewakili pembina Ruma Sokola menceritakan bahwa sekolah informal yang mulai berkegiatan sejak tahun 2004 itu memberikan pendidikan life skill untuk anak-anak pesisir, seperti membuat mozaik, salon, kuliner, serta teknik fotografi dan film. Bahkan, sekolah alternatif yang terinspirasi dari Sekolah Rimba yang didirikan oleh Butet Manurung di Jambi ini, kini memiliki unit usaha jasa fotografi dan film untuk acara pernikahan. Wow, pembinaan yang kreatif dan inspiratif, para pembina tidak hanya memberikan ikan, juga pancingnya!

Pemberian bantuan kepada komunitas Penyala dari Bapak Rudyanto, GM TSM,
untuk disalurkan kepada anak-anak yang membutuhkan

Pak Rudyanto dan Aulia menunjukkan cara beramal melalui foto yang
ter-connected
Kesungguhan para pembina Ruma Sokola selama bertahun-tahun inilah yang dilihat sebagai kredibilitas oleh TSM sehingga mereka bersedia mendampingi Ruma Sokola menuju masa depan yang lebih baik. Bahkan TSM mengadakan program beramal melalui foto dengan cara unik yang sebagian besar hasilnya akan disumbangkan ke Ruma Sokola.

Melalui photo booth yang disediakan, pengunjung bisa berfoto seharga Rp. 35.000. Dari sejumlah itu, Rp. 15.000 untuk alokasi biaya produksi dan Rp. 20.000-nya diberikan kepada Ruma Sokola. Pak Rudyanto dan Aulia – duta TSM memperlihatkan kepada hadirin bagaimana caranya beramal melalui foto di photo booth itu.

Foto itu kemudian bisa ditempelkan di wall yang disediakan oleh TSM. Nanti, bila ada seseorang yang mengenali, ia bisa menghubungkan benang dari fotonya kepada foto kita. Katanya, makin banyak orang yang terhubung kepada foto kita menunjukkan tingkat kepopuleran kita di kota ini, begitu.

TSM juga berharap bisa menjadi semacam shelter bagi komunitas-komunitas yang ada di Makassar dan mempersilakan komunitas yang mempunyai skill atau pengalaman tertentu supaya datang dan berbagi di TSM. Selama sebulan sejak tanggal 27 September hingga nanti puncak acara ulang tahun TSM pada tanggal 27 Oktober, akan ada berbagai kegiatan di TSM.

Pertunjukan anak-anak binaan LeMina
Para pemenang dan perwakilan pemenang lomba blog yang disponsori oleh TSM
(diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Anging Mammiri) berfoto bersama
dengan Aulia dan marcomm TSM
Acara ini makin semarak dengan penampilan hiburan dari anak-anak binaan komunitas LeMina (Lembaga Mitra Ibu dan Anak). Sekelompok anak usia TK berseragam biru, dengan percaya diri tampil membawakan lagu bertema kesehatan.

TSM juga berkesempatan memberikan bingkisan secara simbolis kepada wakil dari komunitas Penyala yang giat berkegiatan dalam bidang kesejahteraan anak Indonesia, khususnya pendidikan dalam acara yang dihadiri oleh beragam komunitas dan media yang ada di Makassar ini.

Menarik sekali menjadi saksi dari CSR sebuah perusahaan besar yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Semoga hal ini bisa konsisten dilakukan dan mendatangkan manfaat yang lebih besar lagi bagi pembangunan kota ini.


Makassar 28 September 2014
By: Mugniar