Rabu, 10 Mei 2017

Wulansari Apriani dan 8 Bintangnya


Salut kepada Wulansari Apriani, ibu guru yang terhitung baru bergabung dengan IIDN Makssar ini sudah menghasilkan sejumlah karya seperti antologi, karyanya dimuat di tabloid, dan buku solo. Nah ini kata Wulansari tentang buku solonya, mengenai warna-warni petualangannya dengan ke-8 buah hatinya:

Aku dan 8 Bintang

Ada kalanya saya harus berperan sebagai Khodijah, seorang ibu yang bijak dan penuh kasih. Di kesempatan lain saya harus banyak belajar dari kisah Maryam binti Imron atau Siti Hajar, menjadi single parent untuk kondisi tertentu. Saya pun harus bisa seperti Asma binti Abu Bakar yang memiliki keberanian luar biasa, dalam kondisi hamil bersedia dan mampu mengantarkan makanan untuk Rasululloh dan ayahanda tercinta dengan menaiki bukit sementara musuh mengintai di mana-mana. Suatu waktu saya harus benar-benar berikhtiar maksimal belajar dan menambah ilmu agar bisa seperti Aisyah ra istri Rasululloh yang terkenal amat cerdas dan gesit. Atau saya pun harus bisa setegar ibunda nabi Musa yang amat berani, rela, ikhlas dan bersabar melepas bayi mungil Musa, menghanyutkannya ke sugai Nil atas perintah Allah.

Buku Aku dan 8 Bintang hadir sebagai upaya untuk menggelorakan semangat daya juang seorang ibu. Apapun..tetaplah melaju dalam kebenaran..!

Harga buku ini Rp. 72.800 di luar ongkos kirim.

Silakan hubungi penerbit Bitread di Facebook: BitradID. Atau Twitter/Line/IG: Bitread_ID, website: www.bitread.id.

Oya kalau mau kepoin (pinjam istilah orang Jakarta) ibu keren ini, silakan baca-baca blognya: http://catatanwulan8bintang.blogspot.co.id.

Selasa, 11 April 2017

Bagaimana Menulis Buku Anak Ala Marisa Agustina


Pada tanggal 10 April 2017, IIDN Makassar kembali mengadakan kopi darat antar anggotanya. Kali ini Marisa Agustina bersedia memberikan sharing pengalamannya dalam menulis buku anak. Ibu dua anak yang dulu sempat aktif ngeblog ini kini makin merasa mantap menjadi penulis buku anak karena berharap bisa memberikan manfaat lebih besar kepada anak-anak Indonesia. Sejumlah bukunya telah diterbitkan oleh penerbit mayor. Bahkan salah satu bukunya pernah meraih penghargaan pada ajang Islamic Book Fair tahun 2015 lalu (baca: Wow, IBF Award untuk Kategori Fiksi Anak! Selamat, Marisa!)

Icha – nama panggilan Marisa memulai aktif menulis anak setelah ikut kelas online yang dipandu oleh Ali Muakhir – seorang penulis buku anak terkenal pada tahun 2013. Setelah pemikirannya terbuka untuk ikut menulis buku anak, Icha juga merasa tertantang karena untuk usia berbeda, berbeda pula cara menulis bukunya. Selain itu, menulis buku anak berbeda dari menulis buku untuk orang dewasa. Menulis buku anak harus langsung pada masalahnya dan tepat penyampaiannya. Kalimatnya dibuat sesederhana mungkin dan jangan lebih dari 10 kata.

Selama terjun ke dalam penulisan buku anak, tantangan besarnya kemudian adalah bagaimana berpikir memenuhi kebutuhan industri buku anak dan menghadapi ideologi sendiri. “Tantangannya di situ, bagaimana berjuang mencari ide sendiri,” ujar Icha di penghujung pertemuan kami. Masih ada perbincangan lainnya, teman-teman bisa menyimak lengkapnya di tulisan berjudul Menulis Buku Anak: Antara Trend, Ideologi, dan Realita.

Pertemuan kali ini berlangsung di Regus. Regus adalah coworking space yang konsepnya ala “hotel kantor”. Perusahaan maupun perorangan yang sedang menjalankan bisnis (baik besar maupun kecil) bisa menyewa ruangan di Regus. Besar dan harganya bisa disesuaikan dengan kemampuan keuangan penyewa dan tergantung dengan kebutuhan. Terima kasih Regus telah memfasilitasi IIDN Makassar kali ini.

Jumat, 20 Januari 2017

Cara Jitu Menerbitkan Buku dengan Self Publishing.

Foto: DiLo Makassar
Pada tanggal 19 Januari 2017, kembali IIDN Makassar kopdar (kopi darat) di DiLo (Digital Lounge) Makassar, jalan DR. Ratulangi (terima kasih kepada DiLo Makassar yang sudah bersedia memberikan tempat dan konsumsi untuk IIDN Makassar). Kali ini tema kopdarnya adalah Cara Jitu Menerbitkan Buku dengan Self Publishing dengan Umma Azura sebaai nara sumbernya.

Umma sudah biasa bergelut dengan dunia self publishing, dia memiliki izin usaha menerbitkan buku bernama Rinra Publishing makanya kali ini tepat sekali penulis buku Rayhan Anakku itu menjadi orang yang membagikan pengalamannya kepada para IIDNers Makassar.

Menurut Umma, self publishing bisa menjadi solusi bagi mereka yang ingin sekali menerbitkan buku tetapi enggan ke penerbit besar. Mengapa demikian? Umma membeberkan alasan-alasannya sebagai berikut:
  • Semua naskah diterima oleh penerbit.
  • Prosesnya lebih mudah, penulis bisa berkomunikasi bebas terkait bukunya kepada pihak penerbit.
  • Lebih singkat ketimbang menggunakan jalur penerbit mayor (sepertika Gramedia, Bentang, dan lain-lain). Di penerbit mayor, antreannya panjang dan seleksi naskahnya ketat.
  • Berkuasa penuh atas bukunya. Dengan self publishing, siapa pun bisa sekeinginan hatinya menentukan judul, lay out, desain cover, dan melakukan pemasaran sendiri.
  • Keuntungan penjualannya, menjadi hak penuh si penulis. Kalau bukuna laris-manis tentu keuntungannya besar. Sebaliknya, kalau rugi, penulislah yang menanggungnya.


Masih banyak lagi yang didiskusikan terkait keuntungan menerbitkan buku secara self publishing dan ISBN. Untuk mengetahuinya lebih jelas, silakan klik Cara Jitu Menerbitkan Buku dengan Self Publishing. Yang jelas, sebelum menerbitkan buku dipkirkan baik-baik karena jenis-jenis penerbitan memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing.




Sabtu, 07 Januari 2017

Diskusi Peran Perempuan dalam Berkebangsaan

Tema Peran Perempuan dalam Berkebangsaan mungkin bukanlah tema yang “seksi” bagi kebanyakan perempuan. Bisa jadi karena terasa jauh sekali padahal sebenarnya urgent karena sangat mengena. Mengingat perempuan, dalam hal ini ibu juga berperan sebagai benteng bagi pertahanan keluarganya dalam menghadapi berbagai ancaman yang datang dari luar. Ancaman itu, saat ini datang dalam bentuk ideologi baru/asing.


Hal inilah yang menjadi perbincangan IIDN Makassar dengan DR. Arqam Azikin di ruang 519 Regus Makassar pada tanggal 29 Desember lalu. Pak Arqam menjelaskan sejarah panjang pergerakan perempuan di tanah air yag dimulai dari pergerakan oleh tiga tokoh: Dr. Wahidin Sudirohusodo, Ahmad Dachlan, dan Hasyim Asy’ari.

Disebutkan mengenai adanya pergumulan ide di antara ketiga tokoh itu. Di antaranya adalah mengenai regenerasi terhadap kekuatan ummat (di antaranya regenerasi laki-laki dan perempuan). Para tokoh ini memikirkan pula bahwa kelak kesenjangan sosial dan kemiskinan akan menjadi ancaman. Pun diprediksi, tidak mungkin hasilnya menjadi baik tanpa partisipasi “elemen perempuan”.

Pak Arqam menganjurkan perempuan untuk merekatkan simpul-simpul komunitas dan melakukan hal-hal yang bermanfaat guna menjaga generasi muda dari berbagai ancaman. Reportase selengkapnya bisa dibaca di Peran Perempuan dalam Berkebangsaan.


Diskusi ini dilakukan di Regus, sebuah tempat yang menyediakan berbagai fasilitas untuk coworking space. Selengkapnya tentang Regus bisa dibaca: di tulisan berjudul 12 Alasan Menyewa Ruang Kantor di Regus.