Kamis, 27 Agustus 2015

Jalan-Jalan ke Festival Budaya dan Kuliner Makassar 2015

Aida (kiri) sedang serius menyimak

Guna menghadiri undangan untuk IIDN Makassar dari Forum Komunikasi Daerah (FKD) Makassar, saya dan Aida mendatangi Festival Budaya dan Kuliner Makassar pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2015.

FKD Makassar adalah sebuah organisasi yang beranggotakan orang-orang yang tergabung di grup Kompas. FKD menyelenggarakan Festival Budaya dan Kuliner Makassar selama 2 hari, Sabtu – Minggu (22 – 23 Agustus 2015).


Indonesia Sketchers
Saya tiba di Fort Rotterdam menjelang waktu zuhur. Matahari siang itu di Makassar terik sekali tapi saya tak memedulikannya. Ada “Ranking 1” di daftar acara. Mudah-mudahan saja bisa ikutan (ehm, maklum, insting “mamak kuis-kuis” sedang beraksi).

Aida sudah datang lebih dulu. Tadinya saya kira dia akan menjemput saya, mengingat kata-kata “sama ki’” yang dituliskannya di grup Facebook IIDN Makassar. Namun setelah menunggu sekian lama, tiba-tiba saja masuk SMS dari Aida yang mengatakan bahwa dia sudah berada di Fort Rotterdam.

“Saya dari MTC, Kak,” ujar Aida ketika kami bertemu, menjelaskan mengapa ia tak menjemput saya.

Saya tak begitu menanggapinya karena itu bukan masalah. Maksudnya ya saya maklum. Saya toh tidak mempersoalkannya. Dalam hal ini ada miskomunikasi.

Kami lalu berkeliling-keliling melihat-lihat booth-booth peserta festival.

“Tadi ada lomba tujuh belasan tapi yang ikut pegawai-pegawainya (grup) Kompas – Gramedia,” kata Aida.

“Kalau lomba Ranking Satu, ada kabar pendaftarannya?” tanya saya.

Perkiraan waktu pengambilan gambar menggunakan kamera lubang jarum
Aida tak tahu. Kata Riri – Indah Febriany, teman di IIDN Makassar yang menyampaikan mengenai undangan, mendaftarnya langsung di lokasi, di booth ELTI. ELTI adalah kursus bahasa Inggris yang berada di bawah grup Kompas. Saya pun menanyakannya kepada penjaga booth ELTI.

“Pesertanya sudah ada, anak es em pe. Kemarin kami jalan ke es em pe – es em pe dan sudah mendapatkan pesertanya,” kata si Mbak di booth ELTI.

Ya sudahlah. Kalau begitu, satu-satunya cara menikmati festival hari ini adalah dengan melihat-lihat (lagi) booth-booth peserta festival. Ah ya, saya belum cerita booth apa saja yang ada di sana, ya?

Baiklah, ini antara lain yang meramaikan Festival Budaya dan Kuliner Makassar 2015: Diafragma, Komunitas Lubang Jarum Indonesia (KLJI) Makassar, Sirkulasi Kompas Gramedia, ELTI, Kompas TV Makassar, Tessa (brand tisu), Tribun Timur, toko buku Gramedia MaRI, K Vision, Smart FM, Carnation, Nu, 1000 Guru Makassar, JJS Makassar, Sugar Glider, Insta Makassar, Indonesia Sketchers, Lomonesia, dan Yamaha.


Kami agak lama berada di booth KLJI Makassar. Aida nampak begitu antusias bertanya-tanya dan praktik membuat foto dari “kamera lubang jarum”. Kameranya dibuat dari kaleng bekas kemasan rokok yang dilubangi. Di dalam kaleng diisi kertas foto. Ada waktu-waktu untuk jenis-jenis cuaca yang bisa diperkirakan untuk mengambil gambar dengan baik.

Setelah mengambil gambar, kertas foto dibawa ke dalam “ruang gelap” yang dibuat sendiri. Di dalam ruang gelap berbentuk kubus kecil dalam naungan kain berawana hitam, disiapkan terlebih dulu cairan kimia yang dipakai untuk mencuci gambar yang diambil. Kalau berhasil, hasilnya berupa gambar berwarna hitam-putih yang cantik. Kalau gagal, bagaimana? Kalau gagal ya ... kalau bukan warnanya dominan putih, ya dominan hitam. Selain itu gambar yang dihasilkan tak jelas apa wujudnya.

Di hari pertama itu, akan ada lomba lagi untuk komunitas-komunitas, yaitu lomba makan. Di hari kedua (keesokan harinya) akan ada lomba mewarnai untuk anak sekolah dasar, lomba dekorasi kue, dan demo masak oleh chef Juna – chef yang sering muncul di TV itu, lho.

Salah satu hasil gambar menggunakan kamera lubang jarum
Sayangnya, saya dan Aida tak bisa menyaksikan hingga acara hari itu selesai. Kami pulang kira-kira pukul 2 siang. Sayangnya pula, saya tak bisa datang keesokan harinya tapi ada kawan-kawan lain yang bisa datang dan meemukan keceriaan di Festival Budaya dan Kuliner Makassar 2015.

Makassar, 7 September 2015

Terima kasih sebesar-besarnya kepada FKD grup Kompas telah mengundang IIDN Makassar. Jangan bosan-bosan mengundang kami yaa  ...




Selasa, 25 Agustus 2015

[Sabtu Berbagi] Suka-Duka dan Seluk-Beluk Jadi PJ Antologi

Di bawah ini, [Sabtu Berbagi] yang di-posting pada tanggal 23 Agustus 2015 di grup Facebook IIDN Makassar, mengenai Suka-Duka dan Seluk-Beluk Jadi PJ Antologi (buku kumpulan tulisan). Nara sumbernya adalah Umma Azura, PJ (penanggung jawab) salah sebuah antologi IIDN: Storycake Berpikir Positif.

Assalamu alaikum

Bagaimana kabarnya Minggu ini? Semoga semuanya dalam keadaan sehat wal afiat dan senantiasa diberi limpahan kebaikan dari Allah Ta'ala.

Sebelumnya saya minta maaf, sebab harusnya saya mengisi Sabtu berbagi di hari Sabtu sesuai nama acaranya. Tapi kemarin saya lupa dan keluar seharian juga lupa bawa hape, jadilah saya tidak membaca pesan Kak Mugniar. Jadi, terpaksa saya isi Sabtu Berbagai di hari Minggu ini. Semoga di maklumi kekhilafan saya.


Sesuai permintaan dari koordinator IIDN Makassar, materi Sabtu Berbagi saya akan share sedikit tentang pengalaman saya menjadi PJ proyek keroyokan alias antologi. 

Sampai sekarang, saya sudah 3 kali menjadi PJ proyek buku : dua buku indie dan 1 buku mayor terbitan GPU (Gramedia Pustaka Utama).

Baik, mungkin saya share saja pengalaman jadi PJ di buku yang diterbitkan GPU. Akhir Oktober 2012 di grup menulis Writerpreneur, Ibu Indari mengumumkan bahwa GPU ingin membuat lagi buku yang fenomenal : Storycake For Your Life.

Nah, para peserta di grup yang lumayan banyak diminta untuk mengajukan ide. Kira-kira tema apa yang cocok untuk buku Storycake yang akan dibuat saat itu. Waktu itu saya memasukan 3 ide. Salah satunya tentang Berpikir Positif.

Dan, ide saya itulah yang diterima oleh pihak GPU. Maka jadilah sayalah sebagai PJ proyek buku Storycake For Yourlife : Positif Thinking.

Awalnya, sebagai PJ saya membuat pengumuman penerimaan naskah yang berkaitan dengan proyek buku ini. Seingat saya kurang lebih ada 150 an naskah yang masuk.

Setelah itu tugas PJ adalah menyeleksi naskah yang masuk, memilih mana naskah yang cocok, sesuai dengan proyek yang sedang digarap. Setelah pemilihan naskah, dilanjutkan tugas editing. Naskah-naskah yang masuk diedit secara keseluruhan. Mulai dari EYD nya, jalan cerita naskahnya, jumlah kalimat yang disyaratkan dan semuanya.

Disamping itu, PJ juga bertanggung jawab untuk me-lay out naskah, mengatur tata letak isi buku. Mana naskah yang mau ditempatkan di awal, di tengah dan akhir. Naskah juga dikelompokkan berdasarkan apa kisah yang diangkat. Contohnya, bagaimana seseorang yang tetap berpikir positif ketika telah lama menikah namun belum dikaruniai momongan, atau kisah positive thinking saat berjuang menyelesaikan studi dan sebagainya.

Intinya, pengaturan isi buku menjadi tanggung jawab PJ sepenuhnya sebelum diserahkan ke editor IIDN, yang nantinya akan memeriksa naskah sebelum mengirim ke editor GPU.

Setelah naskah berada di editor GPU, beberapa waktu kemudian dari GPU sempat meminta saya untuk meng-edit 5 buah naskah. Diantaranya ada naskah yang perlu diperbaiki sedikit berkaitan dengan penggunaan bahasa Jawa dan beberapa editing ringan.

So far, yang perlu saya tekankan bahwa PJ memang perlu bekerja keras 'memperbagus' naskah sebelum diserahkan. Karena saya lihat, naskah-naskah setelah terbit tidak terlalu banyak mengalami proses editing lagi.

Disamping tanggung jawab berkaitan dengan naskah, PJ tentu saja akan diminta membuat kata pengantar dan akan dimintai pendapat soal cover buku yang di desain pihak GPU.

Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan buku misalnya perjanjian kontrak, yang menjadi tanggung PJ juga.

Apalagi yah? Yah, setelah buku terbit tentu saja promosi buku. Biasanya meski buku keroyokan selalu saja tumpuan utama adalah PJ. Meski seyogianya buku antologi jadi tanggung jawab bersama.

Barangkali ini sekelumit kisah PJ yang bisa saya share. Kalau ada yang kurang mohon dimaafkan karena semata-mata keterbatasan saya sebagai manusia yang dhoif.

Kalau ada yang terlewatkan saya share, insya Allah kita bisa diskusi di kolom komentar.

Setelah mem-posting tulisan di atas, terjadilah diskusi dan tanya-jawab di kolom komentar ...


Mugniar: apakah ada peran penerbit dalam menentukan naskah mana yang diterima atau tidak?
Dari 150 naskah yang masuk, jadinya berapa naskah yang masuk buku? Oya, terima kasih banyak ya, sudah mau direpotkan untuk berbagi di sini.

Umma Azura: Tidak ada Kak. Semua naskah saya yang tentukan. Meski banyak yang berharap dari naskah-naskah yang saya pilih ada yang di-'tendang' sama GPU supaya mereka ada peluang menggantikan. Nyatanya tidak. Mungkin selera penerbit cocok dengan pilihan saya, hehehe.
Kok Saya lupa yah berapa...?
Kisaran 30an kayaknya :)nya.

Oh iya saya lupa tambahkan.. Sistem saya : Naskah yang masuk kalau saya lihat bagus nih kisahnya. Tp kurang bagus cara penulisannya akan saya minta kontributor perbaiki dengan saya kasih clue apa-apa saja yang butuh perbaikan.

Karena kadang-kadang ada naskah yang bagus (temanya). Tetapi karena yang menuliskannya baru, jadi kurang sempurna kisahnya

Mugniar: Wiih, lebih 100 yang tidak ikut masuk antologi ya Umma. Tapi begitulah dunia antologi di luar sana. Dengan begitu boleh dibilang tulisan yang masuk buku sudah terseleksi. Satu hal itu juga yang mengganjal pikiranku. Kalau IIDN Makassar mau bikin antologi, kayaknya semua tulisan yang masuk bakal jadi isi buku berarti tidak ada seleksi. Rasanya bagaimana juga ya, sementara untuk sebagai pertanggungjawaban kita terhadap kualitas buku, salah satunya ya dengan seleksi.

Kenapa saya bilang semua yang masuk bisa jadi isi buku, tidak ada seleksi? Karena pengalaman selama ini mengarah ke situ. Setelah perpanjangan berkali-kali, bahkan dibuka sejak tahun 2012 (atau 2013, saya lupa tepatnya), naskah yang masuk masih 14.

Mungkin salah satu solusinya adalah dengan membuat tema baru yang kira-kira bakal banyak yang berminat. Temanya apa .... baru ada satu yang mengemuka (yaitu tentang traveling itu). Tapi, kembali ke teman-teman, saya memfasilitasi saja. Walaupun bukan saya yang PJ-nya, saya akan membantu.

Ada tanggapan Umma Azura ttg 3 paragraf yang baru saya tulis di atas?

Umma Azura Jumlahnya jauh lebih banyak sebenarnya, Kak. Saya baru buka-buka arsip. Hampir 180 naskah (yang terkumpul). Yah ... Menyiasati antologi untuk komunitas yang jumlahnya sedikit atau naskahnya sedikit adalah perbaikan naskah. Dalam artian meningkatkan kualitas naskah. Jadi buku yang diterbitkan bukan lagi ajang seleksi, namun dipakai sebagai ajang promosi. Nah PJ yang handle haruslah PJ tangguh. Karena jumlah sedikit, penerimaan naskah diperlonggar dengan konsekuensi Naskah-naskah yang kurang bagus dibalikin ke kontributor minta perbaiki sesuai arahan PJ. Soal tema. Itu jadi pembicaraan kedua. Setelah konsep buku disepakati dulu.

Mugniar: Hmm, mudah-mudahan ndak keder duluan mi teman-teman bacabaca tentang seluk-beluk jadi PJ antologi ini hehehe. PJ antologi pun pasti ada "pengalaman pertama"-nya. Saya beberapa kali juga ikut antologi yang PJ-nya baru pertama kali jadi PJ. Tapi PJ-nya rajin membaca naskah. Kalau ada yang tidak sesuai dengan S&K (syarat dan ketentuan), kalau penyelenggaranya baik hati ya ... langsung diminta pengubahan dulu sebelum diseleksi. Kalau tidak ya langsung "ditendang" J

Nah, sekarang, asyiknya jadi PJ atau ... apa manfaat yang Umma Azura dapatkan selama jadi PJ antologi, terutama pada antologi Storycake - Positive Thinking? Karena saya yakin, pasti ada manfaatnya dalam kualitas tulisan atau dalam dunia tulis-menulis.

Umma Azura: Asyiknya kalo jadi PJ yah pasti namanya yg nongol di cover buku. Apa-apa tentang buku yang ditanya pasti PJ. Kalau soal kerja kerasnya PJ namanya juga proyek, saya nikmati saja. Manfaatnya jadi PJ banyak, diantaranya kita punya segudang pengalaman menghasilkan sebuah buku, apalagi kalau diterbitkan penerbit mayor.

Dan kalau di Storycake itu, kalau secara pribadi saya ditanya ada kepuasan pribadi yang tidak setiap saat bisa dilakukan yaitu : penulis dari timur bisa tonji jadi leader sebuah proyek yang kontributor-kontributornya dari luar Sulawesi J. Bagi saya pribadi ini pembuktian impian saya menaklukkan penerbit mayor seperti GPU juga sebagai ajang kompetisi sehat bahwa saya bisa bersaing dengan penulis-penulis dari luar Makasar.


Bahkan sayalah yang menjadi penentu tulisan-tulisan mana yang bisa ikut di buku itu. Bukan rasis, tapi itu bisa menjadi motivasi bagi saya bahwa saya bisa menaklukkan belantara dunia penulisan yang selama ini dianggap masih dikuasai penulis-penulis Jawa.

Kamis, 20 Agustus 2015

Eksistensi

Berkumpul untuk melakukan kegiatan menulis pastilah menyenangkan apabila dilakukan secara bersamaan, lalu berkumpul untuk menyusun ide, judul, tema dan sebagainya. Katanya sih, kamu harus sering melakukan komunikasi supaya yang ada dalam pikiranmu keluar. Mulut diciptakan untuk berbicara, akal yang membantu memikirkan, dan hati yang merasa, semuanya didapat jika saling berhadap-hadapan.


Eksistensi itu apa? menunjukkan diri dihadapan umum? aktif melakukan beragam kegiatan? atau hasil buatanmu yang dibaca orang? semuanya bisa karena sejatinya jika diartikan bahasa tersebut adalah keberadaan, hanya yang penting apa dampak serta hasil seperti apa yang orang lain rasakan sebab eksismu.

Terpajang di Koran

Punya hasil cipta mutlak di tampilkan di khalayak ramai, memperlihatkan kemampuan karena berbuat sesuatu. Nah, di bawah ini ada empat tulisan karya anggota IIDN yang terpajang di koran.

 

Sesuai gambar dari judul masing-masing tulisan di atas yaitu Rafly bersyukur, mempertanyakan Empati dalam kondisi kini, dan kasih ibu sepanjang masa. Ceritanya ada beberapa tulisan sudah terpajang dikoran dan hanya tertinggal di group, maka disarankan beberapa anggota yang juga punya karya untuk di beritahukan lalu dipublikasikanlah. Tentunya, sebelum di muat ke media lain, diberi wejangan agar buat tulisan lagi. 

Senin, 17 Agustus 2015

[Sabtu Berbagi] Dilema Antologi

Materi [Sabtu Berbagi] ini di-posting tanggal 16 Agustus lalu oleh Mugniar di grup Facebook IIDN Makassar 

(Tadinya ini untuk [Sabtu Berbagi] tapi karena ada deadline yang harus saya kejar kemarin, baru bisa selesai dan di-posting hari ini. Calon antologi IIDN Makassar adalah salah satu hal yang kami bahas pada kopdar tanggal 1 Agustus lalu).

Sumber gambar: www.robohub.org


Temans, biasanya hal pertama yang dilakukan mereka yang ingin serius di dalam dunia tulis-menulis adalah memiliki buku yang diterbitkan oleh sebuah penerbit, di mana di dalam buku itu ada minimal satu tulisannya ikut dimuat. Itulah antologi – buku kumpulan tulisan sejumlah orang.

Antologi adalah bentuk eksistensi dan kebanggaan seseorang yang ingin menjadi penulis, tak terkecuali dengan saya. Selanjutnya, antologi bisa menjadi pengaya portofolio saya. Menjadi bukti keseriusan saya dalam bidang tulis-menulis.

Biasanya yang berperan penting dalam sebuah antologi adalah PJ (penanggung jawab)-nya. Pada kebanyakan antologi, PJ-lah penyeleksi utama tulisan-tulisan yang masuk, editor dan penyusun utama, sekaligus menjadi orang yang paling gigih memperjuangkan supaya antologi itu diterbitkan. Tak jarang, PJ juga menjadi tumbal bagi kegagalan terbitnya sebuah antologi. Dia bisa diburu dan dicaci-maki para kontributornya.

Nah, saya mau menghubungkannya dengan calon antologi kita. Nunu sebagai PJ-nya, tak mungkin kita bebankan tanggung jawab sebesar itu karena keinginan untuk membuat antologi adalah keinginan bersama. Saya pun tak mau disalahkan jika ternyata di belakang hari ada hal-hal yang tidak sesuai harapan terjadi, hehehe.

Calon antologi itu riwayatnya sudah 3 tahun, sejak tahun 2012 lalu. Sudah ada beberapa kali peluang dibuka, ada beberapa perpanjangan waktu tapi sampai sekarang masih terlalu sedikit naskah terkumpul. Seingat saya, Nunu bilang ada 14. Sementara untuk antologi, biasanya naskah yang dikumpulkan sekitar 20 – 25, yang diseleksi dari puluhan hingga ratusan naskah.

Nunu rencananya hendak membuatkan proposal naskah ke Indscript, untuk dilihat dan ditimbang-timbang oleh agensi naskah itu, apakah naskah kita memang layak diterbitkan oleh salah satu penerbit besar (begitu ya, Nu? CMIIW). Kalaupun ada peluang diterbitkan melalui Indscript maka, naskah sejumlah 14 itu tak cukup, harus ditambah lagi.

Namun kita harus bersiap bila naskah kita sulit menemukan jodoh di penerbit besar. Karena realitasnya, tak banyak penerbit besar yang mau menerbitkan antologi. Kalaupun ada, mereka punya tema yang mereka cari dan itu sulit diramalkan.

Untuk apapun kemungkinannya, kita mesti siap:
  • Kalau proposal naskan diterima, naskah harus dilengkapi hingga sekurang-kurangnya 20 naskah.
  • Kalau proposal naskah tidak diterima, kita bisa mengambil langkah penerbitan indie tapi tentunya harus mengeluarkan biaya.
  • Kalau proposal naskah tidak diterima, teman-teman bisa menarik naskahnya atau memberikan naskahnya untuk dimuat di blog IIDN Makassar.
  • Kita butuh editor untuk calon antologi itu. Siapa yang bersedia?
  • Bisa saja ada kemungkinan lain, ada tanggapan? Mau ganti tema, barangkali? Tapi itu berarti mulai lagi dari awal. Bisa saja seperti sekarang ini, sejak penentuan tema 3 tahun lalu, setelah melalui berkali-kali perpanjangan waktu, naskah yang masuk jumlahnya belum memadai, hehehe.
  • Nah, bagaimana teman-teman? (untuk hal ini saya tidak bisa menentukan, keputusan ada pada teman-teman).

Minggu, 09 Agustus 2015

[Sabtu Berbagi] NABI MUHAMMAD SHALALLAHU ALAIHI WASALLAM, THE REAL MOTIVATOR


Promo buku ini merupakan sharing dari Haeriah Syamsuddin mengenai buku terbarunya: Nabi Muhammad SAW The Real Motivator di grup Facebook IIDN Makassar pada 8 Agustus 2015.

Minggu, 02 Agustus 2015

Kopdar Silaturahim 2015


Kopdar IIDN Makassar pada tanggal 1 Agustus lalu dihadiri oleh 9 orang. Lumayan. Karena temanya Kopdar Silaturahim – kebetulan ini perjumpaan pertama setelah tak bertemu selama Ramadhan dan lebaran, isinya ya ngobrol-ngobrol ringan saja.

Ada juga sih pembicaraan mengenai dunia penulisan, yaitu penyegaran kembali tenang apa itu IIDN dan IIDN Makassar, serta bagaimana hubungan mesra antara IIDN dan Indscript - agensi naskah itu. Kami juga ngobrol tentang proyek antologi yang tak kelar-kelar dan tentang dunia penerbitan. Karena ada request dari Ida Basarang, kami mengobrol tentang mystery shopper juga. Pembicaraan diselingi dengan haha hihi sembari memakan kudapan yang kami bawa dari rumah masing-masing. Cukup serulah.

Kopdar Silaturahim kali ini diadakan di DiLo (Digital Lounge) milik PT. Telkom Indonesia yang terletak di Jl. Dr. Sam Ratulangi. DiLo posisinya persis bersebelahan dengan Bank Muamalat. Dekat sekali dari Jl. Onta Lama. Untuk komunitas, penggunaan ruangan-ruangan di sini gratis. Yang penting telah mendaftar di resepsionis dan mendapat persetujuan. Ada 3 ruangan yang bisa digunakan. Fasilitas wifi tersedia, gratis pula. Nanti setelah pertemuan, foto-foto harus dikirimkan ke ke e-mail DiLo Makassar beserta materi pada pertemuan itu (kalau ada). Cara daftarnya bagaimana? Langsung saja ke DiLo Makassar, cari resepsionisnya. Habis itu, jangan Cuma say hello padanya, sampaikan keperluanmu, cek sesuaikan jadwal yang kamu inginkan dengan list yang ada di sana. Habis itu, tinggal datang pada hari yang ditentukan bersama teman-teman komunitasmu. Gampang, kan?