Kamis, 30 April 2015

Oleh-Oleh Cantik Dari Dee's Coaching Clinic


Sumber: http://makassarevent.com/

Salah satu cara efektif mengikat ilmu adalah dengan menuliskannya. Oke. Mari menuliskannya... *keretekin keyboard*

Saya terpilih untuk menjadi peserta Dee’s Coaching Clinic Makassar pekan lalu. Kata Dee, kami ini adalah kelinci percobaan, semacam objek riset bagi proyek nulis nonfiksi beliau. Sebuah karya yang isinya tentang tips menulis ala Dee. Whatever it is, I feel so lucky. Memperoleh kesempatan untuk DIDATANGI dan mendengarkan seorang penulis sekelas Dee membeberkan rahasia dapurnya, itu sungguh wow buatku. Belum lagi nanti boleh nanya-nanya, yeaay!

Dee datang dengan mengenakan stelan rok panjang yang manis plus tank top yang dipadu blazer rajut panjang. Ia memilih gradasi warna putih gading dan krem hari itu untuk busananya. Sweet-sexy, I had to admit, semoga peserta cowoks pada ngga salah fokus hihihi. Dia muncul mengejutkan kami dari belakang susunan kursi. Well, sebagai informasi Dee pagi itu baru saja mendarat dari Jakarta dan tiba di lokasi langsung mengisi acara. Cool, ya?

Tanpa membuang waktu, begitu MC menyerahkan acara padanya, Dee pun langsung to the point memberikan coachingnya. Dee memilih topik ide/inspirasi sebagai pokok pembahasan pertama. Sesuai pengakuannya, hidup itu sendiri adalah inspirasi terbesarnya dalam menulis. Ia juga mengatakan bahwa sebagai penulis ia hanya akan menulis sesuatu yang ia ingin baca. Sepertinya Dee hendak mengatakan kau takkan bisa menyetir apa yang harus kutulis, oke!

Kalau mengenai teori menulis, Dee mengakui ia tidak pernah secara spesifik menggunakan teori. Menulis ya menulis saja. Eh, kok kita sama ya, Dee? Bahkan soal kerangka, baru belakangan ketika ia menulis novel yang lebih panjang halamannya barulah ia merasa perlu membuatnya. Ia membahasakannya sebagai ‘Pemetaan Cerita’. Dee menganalogikan dengan kau hendak mencapai pulau B dari pulau A. Untuk mengarungi samudera yang ada ditengahnya maka kau akan memerlukan bantuan pulau-pulau kecil sepanjang perjalanan. Semacam itulah.

Satu hal yang menarik adalah bagaimana Dee mempersonifikasi ide. Begitulah cara ia berteman dengan ide, memperlakukan mereka seperti sesuatu yang hidup. Dan agar para ide itu mau datang dan mengajak serta teman-temannya untuk menyerbumu, ada 3 hal yang menurutnya akan membuatnya terjadi.

Ide akan datang pada orang-orang yang berpikir kreatif. Orang-orang yang berpikir di luar kesadaran dirinya, dengan cara bersedia memperluas medan kesadaran diri. Untuk menjelaskan soal ini, Dee meminta kami langsung praktek. Ia lalu mengambil sebuah pot berisi pohon anggrek kecil dan meminta siapa pun dari kami untuk coba memandang objek di tangannya dengan cara yang kreatif lalu menceritakannya. Dan kau tahu, ehm, aku langsung mengambil kesempatan itu. Dengan tangan gemetaran aku mengambil mikrofon yang disodorkan Dee padaku. Oh my God, nekatku!

Ide akan datang pada orang-orang yang peka, seorang yang senang mengamati. Cukup jelas ini ya, tak usah saya rewrite.

Ide akan datang pada orang-orang yang disiplin. Orang-orang yang memang punya plan untuk mengolah ide, punya target, punya tenggat waktu. Bukan sekadar punya wish to be a writer. Oke noted that, PLAN vs WISH, ya!

Satu hal yang saya suka selama berlangsungnya coaching, saya merasa Dee paling banyak melakukan kontak mata denganku. Uhuk, uhuk! Sampai-sampai saya sempat merasa coaching hanya milik kami berdua. *nih nyodorin kresek* Tapi memang sih, secara mental saya emang benar-benar sudah menyiapkan diri untuk acara itu. Saya mendedikasikan diri saya menjadi sebuah sponge yang siap menyerap semua ilmu yang akan ia berikan. Saya bahkan sengaja skip kompetisi live tweet yang berhadiah cukup menggiurkan, yaitu lunch bareng Dee. Well, biarlah ... yang penting saya bisa fokus menyimak seluruh penyampaiannya. Menatapnya langsung di mata. Dan sepertinya energi motivasi itu sampai padanya sehingga membuat ia pun betah melakukan kontak mata denganku selama hampir seluruh sesi.

Hahahaha... kemudian digetok peserta lain.

Di sesi pertanyaan, begitu mikrofon ada di tangan saya, saya pun tidak menyia-nyiakannya untuk segera mencereweti Dee. Salah satu pertanyaan saya adalah soal ending. Saya menanyakan bagaimana membuat ending yang baik. Apakah harus tidak terduga atau bagaimana? Dan ternyata saya mendapati bahwa Dee rupanya bukan penganut paham ending seperti itu. Secara pribadi, ia adalah penyuka happy ending. Dan baginya yang jauh lebih penting adalah bagaimana ia bisa mengikat pembaca dengan jalan ceritanya sedari mula hingga sepanjang perjalanan. Sehingga kelak ending ‘hanyalah’ sebagai penyelesaian dari kisah. Tak peduli ia tertebak, atau bahkan seperti itulah yang diinginkan pembaca. Ia pun mencontohkan dengan membayangkan dirinya membaca ratusan halaman novel kisah cinta, ia akan lebih menginginkan akhir yang bahagia ketimbang tokohnya mati semua, misalnya.

Sedangkan menurutnya ending yang sulit ditebak lebih cocok untuk cerita yang bergenre misteri dan semacamnya. Oke. I kinda agree with you, Dee. Maksudku, aku juga pecinta happy ending untuk novel. Yaah, semacam hidupku sendiri sudah terlalu rumit, saya nggak ingin dong membaca novel pun saya jadi mumet hihi #curcoldetected. Harry potter, tentu saya akan marah besar jika ternyata Harry mati di ujung cerita (sedangkan Dumbledore mati pun sampai kini saya masih ingin protes sama penulisnya hehe). Twilight, tentu saja saya ingin Bella dan si vampir hidup bahagia selamanya. Superman, tentu saya ingin ia selalu menang melawan semua musuh-musuhnya. The Maze Runner, saya belum baca serial ketiganya, awas aja kalau Tom ngga berhasil menguak dan memenangi segala percobaan tidak masuk akal yang ditimpakan pada dirinya! Seperti itulah.

Apalagi, ya? Ya masih banyak sih yang dibahas sebenarnya, mungkin kalau mau dapat ilmu utuhnya boleh ditunggu bukunya kelak terbit. Alesan banget sih ini, bilang saja cape ngetik wkwk.

Oh, iya, satu hal yang cukup membuat saya terpana adalah ketika Dee mengatakan bahwa ia melafalkan seluruh manuskrip novelnya sebelum diajukan untuk dicetak. Dibaca keras-keras. Kamu nggak kaget? Oke, saya sih kaget pake banget. Kalau dia bilang coba lafalkan dialog-dialog dalam tulisanmu, oke itu sih biasa. Tapi membaca keseluruhannya. Nggak peduli suara kamu bakal serak kek, tuturnya sambil nyengir. Well, setidaknya ini memberi banyak petunjuk buat saya, kenapa karya Dee itu enak dibaca. Bercerita banget. Setidaknya Madre dan Gelombang yang masih saya ingat =p


Yah, demikianlah kira-kira. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan ya. Keep writing, buat yang punya PLAN to write. Buat yang masih wish-wish doang, yuk toyor pala ndiri bareng-bareng

Minggu, 26 April 2015

Semaraknya Sesi 3 Sharing Kepenulisan

Ada yang berbeda di Sesi ke-3 ini: pengunjung anak-anaknya lebih banyak. Ada yang ingin melihat dan mendengarkan dongeng dari Kak Heru dan ada yang ingin mendengarkan sharing dari Tarisa dan Safira.

Peserta dewasa pun tak kalah antusiasnya dengan anak-anak ini. Bahkan sampai salah seorang pegawai Gramedia pun menyempatkan diri untuk bertanya. Nah, kesemarakan hari itu bisa dilihat dari foto-foto di bawah ini:

Sabtu, 25 April 2015

Sharing Kepenulisan Bersama Taris, Safira, dan Kak Heru

Sesi 3 Sharing Kepenulisan (tanggal 25 April 2015) terselenggara berkat kerja sama IIDN Makassar, Kak Heru, dan juga Taris Zahratul Afifah (Tarisza) dan Safira Devi Amorita.

Taris mendapat giliran pertama untuk berbagi. Kak Heru yang datang kira-kira pukul 2 siang membawakan dongeng berjudul Kotak Ajaib Anisa. Dongeng ini memukau para peserta yang hadir. Safira mendapatkan giliran terakhir karena ia baru pulang dari sekolah.

Taris (kelas 2 SMP) yang lahir tahun 2001 dan Safira (kelas 1 SMA) yang lahir tahun 2000 ini memukau hadirin karena prestasi dan karya yang telah mereka torehkan. Dukungan orang tua mereka tentunya besar dalam pengembangan kemampuan keduanya dalam menulis. Marisa Agustina (ummi dari Taris) dan Kak Heru (daddy-nya Safira) sepakat dalam hal ini. Dengan cara mereka masing-masing, mereka mendukung dan mengarahkan putri-putri mereka dalam berkarya.

Rabu, 22 April 2015

IIDN Makassar di Portal Satu, Media Online Aceh

Rabu, 22 April 205, profil kegiatan IIDN Makassar tayang di Portal Satu. Portal Satu adalah sebuah media online Aceh. Waah, jauh ya. Berita selengkapnya, bisa dilihat di link berikut:





Minggu, 19 April 2015

[Sabtu Berbagi] Optimasi Penggunaan Image pada Blog

Materi ini diberikan oleh Naili Amalia untuk [Sabtu Berbagi] pada tanggal 18 April 2015, di grup FB IIDN Makassar 

Kali ini saya diberi amanah untuk sharing informasi di Sabtu berbagi. Saya sebenarnya bingung juga mau mengisi apa. Kalau membahas soal kepenulisan rasanya saya masih jaauuuhh sekali dibandingkan teman-teman di sini yang sudah sampai menerbitkan buku. Kalau orang Jawa bilang "nggaremi segara" alias menggarami lautan. Jadi topik yang akan saya angkat lebih menjurus ke arah IT saja yang menjadi latar belakang pendidikan saya. Lebih spesifiknya saya ingin berbagi mengenai optimasi gambar di blog / website.

Sebuah gambar bisa bercerita ratusan kata sekaligus menjadi bagian yang sangat penting pada sebuah halaman website/blog. Meskipun demikan, gambar pulalah yang paling sering menghabiskan byte data dan mempengaruhi performa sebuah web. Semakin kecil byte data yang harus didownload, maka akan semakin menghemat bandwitdh client dan semakin cepat browser menampilkan halaman tersebut. Dengan mengoptimasi gambar yang ada di halaman blog kita, maka pengunjung akan lebih mudah mengakses halaman website/blog, sekaligus membuat mesin pencari mengindex gambar yang kita miliki tersebut.

Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengoptimasi gambar yang ada di halaman blog kita diantaranya :

MEMILIH FORMAT YANG TEPAT

Secara umum, ada dua tipe gambar yang ada. Gambar vektor dan gambar raster. Gambar vektor biasanya berupa kurva, garis, dan fill color (apa ya padanan kata fill color dalam bahasa indonesia?) Biasanya gambar vektor memiliki format .svg dan dihasilkan oleh program seperti Adobe Illustrator atau Inkscape. Sedangkan gambar raster merupakan sekumpulan titik atau pixel. Foto yang kita peroleh dari kamera adalah salah satu contoh gambar raster.

Setiap format gambar memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing sehingga harus dipertimbangkan ketika menggunakannya di halaman web:
Gunakan format .jpg untuk gambar fotografi
Gunakan format .svg untuk vector art seperti logo dan icon. Jika .svg tidak ada, bisa juga menggunakan format .png
Gunakan format .png daripada .gif karena png memilih warna yang lebih banyak dan kompresi yang lebih baik

MENGKOMPRESI GAMBAR

Ukuran file gambar yang kecil akan mempermudah browser dalam menampilkan gambar, terutama browser pada perangkat mobile. Gunakan tools yang bisa mengkompres gambar sehingga ukurannya lebih kecil namun tetap mempertahankan kualitas gambar.

MENGGUNAKAN ATRIBUT "ALT" PADA GAMBAR

Pemasangan atribut alt akan mempermudah mesin pencari untuk mengindex gambar yang ada di website kita. Mesin pencari seperti Google tidak dapat mengenali gambar dari gambarnya. Google mengenali gambar dari atribut alt yang kita pasang untuk gambar tersebut.
Contoh kodenya :
<img scr='losari.jpg' alt='pemandangan pantai losari'>

MENGGUNAKAN ATRIBUT "TITLE" PADA GAMBAR

Selain menggunakan atribut alt, sebaiknya tambahankan atribut title agar gambar yang kita sisipkan di halaman web lebih SEO friendly.
contoh kodenya :
<img scr='losari.jpg' alt='pemandangan pantai losari' title='pantai losari makassar'>

MENGGUNAKAN NAMA FILE YANG TEPAT

Seringkali, nama file yang kita gunakan di website tidak relevan dengan gambar tersebut Misalnya sebuah foto pantai losari akan lebih relevan kalau kita beri nama 'losari.jpg' daripada '0123456.jpg' (biasanya foto dari HP atau kamera akan memiliki nama file berupa angka.

*****
Sampai disitu dulu yang bisa saya bagikan mengenai optimasi penggunaan image pada halaman website atau blog. Kalau teman-teman yang lain ingin menambakan atau menanggapi silahkan disampaikan di komentar J

Berikut ini diskusi yang berlangsung di grup FB IIDN Makassar:

Arniyati Shaleh: Ini ilmu yang keren! Terima kasih.

Abby Onety: Smart sharing. Oh ya bagaimana menyimpan/ mengubah foto ke file jpg

Mugniar: Baru tahu lho kegunaan "alt" dan "title". Saya kalau upload gambar ke blog, selalu mengecek ukuran file-nya. Kalo sampai ratusan KB saya kompres dulu, apalagi kalo sampe ukurannya MB. Ngeri kalo upload file besar-besar, cepat sekali habis kuota modem. Saya pakai Photoscape dengan mengecilkan dulu ukurannya jadi sekitar 400-an pixel panjangnya (paling besar sekitar 420 pixel, sesuai dengan ukuran lebar view blog saya), lalu kompres jadi file JPG sampe 70 atau 75%, biasanya dari ukuran MB atau ratusan KB jadi tinggal 20-an bahkan belasan KB .... lumayan berhemat

Mbak, mau tanya, kalau dapat file gambar, kemudin mau download ... saya suka melakukan hal ini: dari gambar yang terbuka (dari web-nya), saya copas ke Power Point atau One Note. Sy pikir dengan demikian lebih hemat bandwidth karena disimpan dulu di cache memory (duh mudah-mudahan ndak salah istilah saya) ... apakah benar perkiraan saya? Saya pikir lebih baik begitu daripada langsung download. Benar, tidak yah pikiran saya, Mbak Naili?

Naili Amalia soal download gambar, kalau dugaan saya sih, setiap gambar yang sudah ter-load di browser otomatis udah kita download byte datanya. kalau selanjutnya mau dicopy-paste atau disimpan itu sudah urusannya dengan memory (RAM) di PC (tdk ada kaitannya dengan jaringan internet).

Nur Sahadati Amir: Keren ilmunya kak

Andi Bunga Tongeng: Saya amat sering posting gambar dengan JPG yg berukuran 100-200an KB. Nah, saya lebih fokus di caption foto daripada title. Baru tahu kalau mesin pencari justru membaca title yah?

Mugniar: Mbak Naili, yang ini: <img scr='losari.jpg' alt='pemandangan pantai losari' title='pantai losari makassar'> ---> diselip di mana?

Marisa Agustina: Saya baru mau nanya pertanyaan yang diajukan kak Niaaar

Naili Amalia: di HTML editornya. Kalau Wordpress disediakan tuh versi yang kayak di web dan juga bentuk htmlnya.  Bisa juga di blogspot kok. Atribut alt dan title bisa ditambahkan setelah yang saya garis bawahi warna biru itu. Ternyata bisa juga dengan cara klik gambarnya, kemudian pilih properties . Isi deh title sama alt-nya.


Sekadar tambahan info aja, kalau misalnya gambar yg kita taruh di situs terlalu besar atau internetnya sedang lambat sehingga gambar tidak berhasil di-load, maka browser akan menampilkan atribut atl sebagai pengganti gambarnya. Jadi memang sebaiknya atribut alt ini diisi

Marisa Agustina: Makasih, mbak Naili share ilmunya.

Mugniar: Hm, mesti belajar pelan-pelan nih. Sudah agak lalod sama yang beginian tapi sudah mulai ngerti. Oya Mbak Naili, kalau insert gambar dengan memakai insert URL gambar, langsung dari sumbernya itu menghemat bandwidth, ndak?

Naili Amalia: kalau dari sudut pandang kita sebagai penulis di halaman blog ya insert URL bakal lebih hemat. kan kita gak perlu upload gambarnya. Hanya sisi servernya aja yang membaca... bener gak sih? #malah balik tanya

Arniyati Shaleh: Ini bandwith yang saya tunggu penjelasannya. Ma kasih Kak Niar

Mugniar Bundanya Fiqthiya Ooh Kak Arniyati Shaleh bertanya tentang bandwidth, Mbak Naili Amalia. Saya rada-rada ngerti karena basic saya dulu dari Elektro dan pernah belajar IT sedikit, sudah biasa dengan istilah bandwidth. Naah penjelasan simpelnya for dummies apa ya, Mbak Naili Amalia? Saya bingung menjelaskannya hehehe

Ida Sulawati Kerennya ilmunya, baru ka’ bisa buka FB. Istilah-istilahnya bikin dahiku berkerut sambil garuk-garuk jidat. Hehe

Naili Amalia: bandwidth itu maksudnya lebar (jalur) data yang bisa dilalui per satuan waktu (detik). Analoginya kira-kira seperti pipa dan air. Air = data dan pipa = bandwidth. makin besar pipa, makin banyak air yang bisa lewat per detiknya.


Erlina Ayu:  Wah...makasih infonya, Mbak. 

Rabu, 15 April 2015

IIDN Makassar di Harian Inilah SulSel

Hari ini,  dimuat liputan tentang IIDN Makassar di Harian Inilah SulSel. Sebelum ini, IIDN Makassar sudah pernah dimuat di Harian Fajar, sebuah media online, diwawancarai di 3 stasiun radio, dan diwawancarai di 2 stasiun televisi.

Berikut ini gambar halaman yang memuat IIDN Makassar di Harian Inilah SulSel:




Selasa, 14 April 2015

Sharing Kepenulisan Bersama Haeriah Syamsuddin dan Mugniar

Sesi 2 Sharing Kepenulisan Bersama Penulis IIDN Makassar berlangsung di Toko Buku Gramedia Mal Ratu Indah pada tanggal 11 April 2015. Dalam kesempatan ini yang bertindak sebagai nara sumber adalah Haeriah Abdullah yang sudah menerbitkan 3 buku solo dan sejumlah antologi. Salah satu antologinya: Storycake Mompreneur ditulisnya bersama para anggota IIDN dari berbagai daerah/wilayah.

Foto: Arniyati Shaleh

Senin, 06 April 2015

[Sabtu Berbagi] Buku Murid Pasif Pangkal Guru Kreatif

[Sabtu Berbagi] tanggal 4 April 2015 dibawakan oleh Nur Syamsi, salah seorang kontributor buku Murid Pasif Pangkal Guru Kreatif. Buku ini berisi pengalaman para pengajar yang di-support oleh Dompet Dhuafa untuk mengajar di daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia.