Kamis, 19 Juni 2014

Pemula Ngeblog

inviewmarketing.ca

“Ngetik apa sih? Gak capek apa sepanjang hari pelototin layar komputer. Mata oiii mata,” ucapku sewot pada NA.
“Ini ngeblog namanya, Kak Da,” jawab NA, pun tak mengalihkan sedikit sorot mata dari ketikannya.
“Liatka beng,” ucapku sambil duduk disampingnya.
“Ihhh kerennya, ajarika juga bikin,” kataku lagi pada NA.
“Kamse’ta di’? tunggu dulu kuselesaikan postinganku,” balas NA

Kurang lebih percakapan di atas yang terjalin antara aku dan NA (nama samaran saja takut dimintain royalti karena mencatut namanya tanpa izin hehehehe…) sebelum mencoba menjadi seorang blogger, akhirnya jadilah akun, peatoduri@blogspot.com/.

Alasan aku ngeblog sih awalnya iseng-iseng saja. Aku ingin mencari tahu mengapa para blogger sangat menikmati membuat ulasan panjang-panjang tentang segala hal. Namun, setelah beberapa postingan aku berhenti. Ah gak menarik.

Selang beberapa lama, akun blog ini kubuka lagi dan uppsss, passwordnya lupa hahahaha… setelah mencoba memasukkan beberapa susunan huruf yang sering kujadikan password akhirnya, bisa log in juga. Nah, mau ngapain lagi ini? nambah satu postingan. Oke sudah tinggalkan lagi seperti itu terus berulang, belum ada daya tarik sama sekali untuk berlama-lama atau sering-sering nongkrong di blog.

“Ohhh… ada peng statistik pengunjungnya di blog di?” tanyaku pada NA yang lagi asyik nongkrong di blognya.
“Ada memang, makanya follow ki orang supaya na follow ki juga,” jawab NA.
“Gabungki di komunitas blogger baru blog walking ma ki supaya tambah banyak pengunjung blogta,” ujar NA lagi.
Wadduh apa lagi itu blog walking *tepok jidat hahaha…aseli kamse’, kampungan sekali.

Akhirnya aku bergabung di beberapa komunitas blogger di facebook, seperti Warung Blogger, Angingmammiri, dan Kumpulan Emak Blogger (KEB). Bukan Cuma itu semua komunitas itu pun aku follow di twitter. Aku pun sudah beberapa kali blog walking dan memfollow beberapa blog. Namun, masih saja belum tertarik sama sekali.

Sampai akhirnya aku bergabung di IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). Dua kali kopdar (Kopi darat) cukup mengakrabkan dengan beberapa anggota komunitas yang ada di Makassar. Anggota IIDN Makassar yang pertama kali kukenal ada kak Mugniar, Kak Haeriah, Kak Nunu, Kak Naili, Nunu, dan Kak Misrawati. Bersama komunitas ini aku mulai mengikuti event kepenulisan yang begitu luar biasa menurutku, MIWF (Makassar International Writes Festival) 2014. Sebuah program tahunan dari Rumata.

Kembali fokus…

Kebersamaan beberapa hari dengan teman-teman hebat ini mengantarkan aku pada sebuah kesimpulan. Penulis itu harus punya blog. Mengapa? Tulisan yang kita buat belum tentu dimuat di media kan? Kirim puluhan kali pun belum tentu dimuat (Ehmm…seperti saya *bangganya hahaha…) Sebagai penulis pemula kita mau juga dong tulisannya dibaca sama banyak orang. Nah, setelah menulis di blog share dah linknya ke sosial media, posting di semua grup, cc ke teman-teman satu kampung (Lebay…) Ini pendapatku sebagai pemula ngeblog.

Gak sampai disitum, apa asyiknya ngeblog buat pemula seperti aku? Ini yang paling sering aku lakukan sekarang. Setiap selesai memposting, aku menunggui sudah berapa kali tulisanku dibaca orang. Satu orang saja membaca postingan itu wahhh rasanya jantung mau meledak bahagia. Agak berlebihan kan? Tapi itulah perasaanku. Belum lagi satu orang itu menjadi dua menjadi tiga bahkan sampai seribuan. Wuihh untung nih jantung gak meledak.

Masalahnya berhenti di sini? Tidak. Masalah bertambah, aku takut kehabisan ide. Mengutip perkataan Pringadi, penulis undangan di MIWF 2014, penulis itu terlalu sibuk untuk memberikan sesuatu pada pembacanya tapi lupa mengisi dirinya. Mungkin karena lupa mengisi diri ini makanya seorang penulis bisa kehabisan ide itu menurutku. Nah, bagaimana supaya tidak kehabisan ide? Banyak membaca, itu PRku sekarang dan menurut Pringadi, salah satu cara mengisi diri adalah melakukan perjalanan. Sama dengan yang Amaya Kim, penulis undangan juga di MIWF 2014, katakan bahwa untuk memperkaya ide dibutuhkan wisata seni, berkunjung ke komunitas-komunitas lain seperti komunitas seni, agar bisa mengasah cita rasa dan kepekaan terhadap karya seni sehingga bisa menulis.

Sumpah ngeblog itu asyik, itu yang dikatakan kak Mugniar awal bergabung di IIDN Makassar. Asyiknya ngeblog ala kak Mugniar yang sudah tiga tahun melanglang melintang sebagai blogger bisa dibaca di sini

Dan terima kasih pada NA yang mengenalkan aku pada dunia yang asyik bin keren bin luar biasa ini.

Oleh: Ida Basarang 

Minggu, 15 Juni 2014

Menulis dan Menembus Penerbit

wallpapermania.eu

Diskusi kali ini di JUKU Wisma Kalla bersama Windy Ariestanty. Seorang penulis yang kaya akan imajinasi dengan ide-ide cemerlangnya yang telah menghipnotis  kami beberapa hari lalu dalam acara "Makassar International Writers Festival" (MIWF). Windy Ariestanty beberapa kali mengisi acara pada event tersebut, di antaranya adalah Meet The Publishers, Travel beyond destinations and how to craft your travel stories dll.

MIWF berlangsung dari tanggal 4 s/d 7 Juni 2014. Tetapi, pada hari sabtu malam 7 Mei 2014 saat sedang membuka salah satu media sosial (Twitter) secara tidak sengaja mendapat informasi bahwa Windy Ariestanty akan berada di JUKU Wisma Kalla dan menyempatkan diri berdiskusi dengan kami penggemarnya (Cieee...colek2 Windy) sebelum menuju Sultan Hasanuddin Airport. Spontan aku mention @AkberMKS sebagai sumber berita. 

Esoknya tanpa menunggu konfirmasi balik dari @AkberMKS aku langsung tancap gas ke Wisma Kalla.  Tepat  pukul 13.20 Windy muncul dengan gaya khasnya yang selalu SMART.  Sebuah travel bag ditangan kanannya  serta sebuah kardus yang sudah bisa di tebak isinya (pasti ole-ole khas Makassar, maaf kalo salah).  Dengan senyum ramahnya Windy menyapa kami. Yaahh... tentu saja kami balik nyapa dong dengan senyum yang tak kalah ramahnya (hiihihii...)

Akhirnya diskusi dimulai dengan presentasi dari Windy tentang “Menulis dan Menembus Penerbit." Windy mengawali presentasi dengan memberikan stimulan berupa pertanyaan dasar kepada peserta.  Misalnya, apa tujuan anda menulis, apa yang melatarbelakangi anda menulis dll. Menurutnya, jika ingin menjadi penulis maka menulis, menulis dan menulislah. Menulis bisa dilakukan di mana saja.  Dimanapun anda mendapatkan ide-ide kecil tulislah pada secarik kertas kecil dan simpan dalam lipatan dompet.  Suatu saat catatan kecil itu bisa anda kembangkan untuk sebuah cerita yang menarik dan bisa dibaca oleh banyak orang. 

Windy juga banyak memberikan gambaran  bagaimana penulis yang baik, karena materi yang diberikan lebih mengarah kepada hubungan antara penulis dan penerbit. Seorang penulis yang baik dan santun tidak akan memberikan naskahnya kepada beberapa penerbit lain tanpa ada pemberitahuan kepada penerbit yang telah menerima naskahnya untuk di seleksi di meja editor. Kesabaran sangat disarankan kepada penulis untuk menunggu konfirmasi dari penerbit berkaitan dengan naskah-naskah yang telah terkirim. Hubungan baik antara penulis dan penerbit perlu terjaga.

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam hal pengiriman naskah:

1. Naskah diketik rapi
Sekalipun tulisan tangan cantik dan rapi tidak disarankan untuk mengirim naskah tulis tangan ke penerbit (hihihii.....sungguh terlalu). Manfaatkanlah teknologi yang ada karena tulisan tangan bisa saja tidak dimengerti oleh sang editor.  Jadi, disarankan untuk mengetik rapi naskahnya untuk dikirim ke penerbit.

2. Lampirkan sinopsis
Jangan sampai sang editor bosan membaca sinopsis yang sampai 8 lembar hehee... karena itu bukan sinopsis.  Buatlah sinopsis yang ringkas tetapi mencakup keseluruhan cerita.

3. Berikan beberapa alasan mengapa naskah itu harus terbit
Anda bisa memberikan alasan yang tepat dengan cara menggambarkan beberapa keunggulan naskah anda dibandingkan dengan beberapa buku yang pernah anda baca. 

4. Naskah dikemas rapi
Buatlah naskah anda secantik mungkin untuk menarik perhatian sang editor. Mungkin bisa diberikan aksesoris sebagai pembeda dengan naskah yang lain. Tapi, ingat...jangan norak xixixii....

5. Cantumkan nama dan alamat yang jelas
Jangan lupa mencantumkan Nama, Alamat, Nomor HP dll sebagai identitas anda untuk mempermudah penerbit menghubungi anda jika naskah anda terpilih untuk dipublikasikan (Punna Upa = jika beruntung hahaaa...)

6. Buatlah judul
Waduh... gimana ya, kalau tulisan tanpa judul? atau pengen ngikut salah satu lagunya Iwan Fals “belum ada judul?" kalau lagu sih mungkin saja, tetapi dalam pengiriman naskah sangat tidak disarankan. Ingat, jangan lupa buat judulnya.

7. Teleponlah editor pada saat yang tepat
Jangan menelepon sang editor pada saat sedang sibuk atau lagi meeting, saya pastikan anda bakal kena semprot (maaf canda). Jagalah hubungan yang baik dengan editor. Buatlah suasana senyaman mungkin untuk bisa mengobrol dengan editor. SMS sebelum menelpon untuk membuat janji jam berapa bisa menelpon. mungkin ini adalah solusi yang baik dan santun.

Hanya ini yang bisa saya share kepada teman-teman, ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Windy Ariestanty atas transformasi ilmunya tentang kiat-kiat menulis sehingga tulisan ini bisa saya buat.  Walaupun pada saat ingin mempublikasikan tulisan ini di media sosial perlu pertarungan rasa antara PeDe dan MaLu hahahaa... (sambil tutup muka dengan sebelah telapak tangan karena tangan yang satunya lagi sedang menari di keyboard laptop, xixixii...) Windy... JanganKI lupaKI Makassar KODONG! Nah.

Terima kasih kepada adik-adik panitia MIWF, sungguh...!!!! acaranya Mantap banget dan sangat luar biasa!
Salam Sukses untuk SEMUA.

Sungguminasa, 9 Juni 2014
Oleh: Abby Onety

Ida Basarang


Aku terlahir sebagai anak kedua di hari ke tiga belas bulan April tahun seribu sembilan ratus delapan puluh enam, saat akikah, saudara papa menyematkan nama Maisarah untukku tapi, kedua orang tuaku punya pilihan sendiri. Mereka ingin memberiku nama yang sama dengan kakak, Mujahid. Karena aku perempuan maka diberilah akhiran 'ah' pada nama kakakku, jadilah Mujahidah Basarang "pejuang perempuan." Kata mama. Yah, aku adalah pejuang, paling tidak berjuang untuk diriku sendiri namun, di beberapa sosial media, aku lebih suka memakai nama Ida Basarang, bahkan untuk nama penaku hanya memakai Ida. 

Sampai detik ini, aku merasa sangat bangga bergabung di IIDN. Bukan berarti aku telah doyan menulis. Namun, aku bergabung di sini karena aku ingin belajar doyan seperti ibu-ibu lain yang telah doyan nulis. Terima kasih ibu-ibu doyan dan calon ibu yang keren dan hebat untuk semangatnya, ilmu, kehangatan dan keakrabannya. Semoga kita bisa saling memberi manfaat dan menebarkan virus menulis ke sekeliling kita, itu harapanku. 

Aku suka memasak, suatu hari aku ingin membuat  buku yang mengulas masakan khas dari daerahku, Enrekang Duri. Aamiin. Eit...eit... ini belum selesai hehehe... kepanjangan yah? follow yah di twitter @peatoduri dan terima kasih banget mau bertandang dan menyapa penghuni yang masih seberapa di http://peatoduri.blogspot.com/

Sabtu, 14 Juni 2014

Arniyati Shaleh


Nama saya adalah Arniyaty Amin juga memiliki nama pena Arniyati Shaleh, lahir di Makassar 20 Mei 1969, beralamat di jalan Dg. Ramang lrg. 5 Baddoka kompleks Amaliah Baddoka Lestari B-01. Hobi saya adalah menulis, membaca, menanam, dan utak atik bahan kue. 

Kecintaan dalam dunia sastra membuat saya tergabung dalam banyak komunitas seperti Cendol (Universal Nikko), PACARITA, CK Writing, Kumpulan Penyair Perempuan Indonesia, Kappung Beru'-Beru', IIDN, IIDN Makassar, FLP Banyuasin, Rumah Pena, Kompa Dansa Div. Literasi, Galanggang Penyair RS, PANCHAKE, KOBIMO, Menulis Fiksi Gampang kok, Ayo Menulis Skript, Cinta Rasulullah, Kumpulan Penyair Andalas, Penyair Malaysia, Brunei Asia Tenggara, Daftar Merah Penulis dan Penerbit, Stiletto, Penerbit Diva Press, Bentang Pustaka dll. Saat ini saya bekerja sebagai editor di mitra Media Group, IRT.

Anda Mau Jadi Penulis? Lakukan 3M!

Wallpho.com

Indari Mastuti, founder dari komunitas Ibu – Ibu Doyan Nulis (IIDN) dalam setiap kesempatan seringkali mengungkapkan kata 3 M: Menulis,menulis,menulis. Beliau mengajak bagi siapapun yang berkeinginan untuk menjadi seorang penulis memulai usahanya awalnya dengan menulis, menulis lagi dan terus menulis.

Pada salah satu kesempatan Indari Mastuti  mengatakan bahwa aktivitas menulis erat kaitannya dengan kegiatan membaca. Apa yang kita tuliskan adalah cerminan dari apa yang kita baca selama ini. Jadi, jika anda ingin terampil menulis tentulah harus diimbangi dengan kegiatan membaca.Beliau selalu mengingatkan kami,anggota kamunitas IIDN dengan pertanyaan “Ada berapa buku yang sudah Anda baca dalam minggu ini?”

Menulis bukan melulu masalah bakat, keterampilan menulis muncul karena kita seringkali menyempatkan diri untuk menulis.Adanya  blog, notes di Facebook serta blog “keroyokan” di kompasiana.com bisa menjadi media awal untuk hal tersebut.

Ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan menulis. Menulis adalah  sarana menuangkan fikiran kita,berbagi cerita dan manfaat,menambah kualitas keilmuan kita ,bahkan sebagai terapi jiwa. Jika dibarangi dengan kegiatan menulis di satu komunitas  tentunya akan semakin mempertajam kemampuan kita .

Dalam perayaan milad IIDN yang ke -4 di Bandung beberapa waktu yang lalu, terkumpul anggota komunitas yang memiliki latar belakang berbeda dalam satu tujuan yakni: menjadi pribadi yang aktif kreatif dan produktif. IIDN sendiri memiliki tujuan setiap anggota minimal menerbitkan 1 buku. Terbukti dari testimoni beberapa yang orang yang hadir  dan telah mampu menerbitkan lebih dari 1 buku, mengawali itu semua dengan proses 3 M: menulis, menulis, menulis.

Oleh: Indari Mastuti

Jumat, 13 Juni 2014

Andi Bunga Tongeng


Bunda dari dua orang putera ini bernama Andi Bunga Tongeng, tapi lebih suka dipanggil "Bunga" atau "Unga." Aktif sebagai fasilitator kelembagaan di salah satu program UNICEF dan tergabung di IIDN sejak tahun 2013. Mengaku belum aktif menulis secara rutin. Tulisannya lebih banyak dituangkan di blog pribadinya. Karyanya dalam bentuk buku, bisa dibaca di buku antologi tulisan Penyala Makassar. Selain bergabung dengan IIDN, juga gabung sebagai Relawan Anak LemINA, Penyala Makassar Indonesia Mengajar dan Relawan Kelas Inspirasi. 

Kopdar dan Berbagi Buku

Saya mendapat ide me-mention satu-satu teman grup IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Makassar yang tinggal di Makassar. Karena akhirnya mereka tergerak untuk mengomentari posting-an saya mengenai ajakan untuk menjadi relawan Drop Point di kegiatan Say It With Books yang diselenggarakan oleh Penyala Makassar.

Pendeknya, teman-teman menyetujui dan ingin berpartisipasi juga. Bahkan dua orang kawan yang baru menerbitkan buku solo bersedia menyumbangkan beberapa buku karya mereka.

Saya belum pernah cerita sebelumnya ya kalau saya didaulat teman-teman, Erlina Ayu – korwil (koordinator wilayah) terdahulu (sekaligus founder IIDN Makassar), dan bu Indari founder IIDN untuk menjadi korwil IIDN Makassar.

Ada ibu-ibu, anak, dan buku-buku :) eh, ada calon ibu juga :)

Buku di mana-mana, pasti ada yang dibaca-baca :)
Ayu sudah menetap di Bali, jadi posisi korwil kosong. Logis jika saya yang diminta menggantikannya karena saya merupakan anggota IIDN Makassar paling lama yang “tersisa” di Makassar. Beberapa yang seangkatan dengan saya sudah tak tinggal di Makassar dan kurang aktif di grup.

Butuh waktu lama hingga akhirnya saya mengiyakannya karena saya takut menjadi terbebani dan menelantarkan IIDN Makassar. Rutinitas sehari-hari dan kegiatan menulis selama ini saja sudah menyita waktu saya. Alasan pribadi hingga saya menerima “jabatan” itu adalah karena sudah banyak teman (mungkin ada 30 orang) yang saya “cemplungkan” ke dalam grup ini. Sayang juga kalau IIDN Makassar yang sudah susah-payah dibangun oleh Ayu tiba-tiba mati. Maka jadilah saya "bertugas" sejak Desember 2013.

Tapi saya meminta posisi korwil untuk Makassar tidak dipegang oleh satu orang, melainkan dalam bentuk presidium. Tak apalah saya sebagai ketua presidiumnya, asalkan saya didampingi dua teman lain. Lalu saya meminta Nunu (Nur Sahadati Amir) dan Uty (Phuji Astuty Lipi) untuk bersama-sama dengan saya di kepengurusan ini. Mengenai bagaimana mekanismenya, akan diatur sambil jalan saja.

Berbagai macam buku dan majalah. Ada yang bekas dan ada pula yang baru

Menghidupkan grup, itu yang saya ingin lakukan pertama kali. Itu dulu, sambil melihat kegiatan apa yang bisa kami lakukan. Basis grup ini di dunia maya, sayang kalau tak aktif.

Kopdar (kopi darat) pertama sudah kami lakukan di bulan Januari lalu, hanya dihadiri oleh 4 orang. Di kopdar kedua pada tanggal 9 Februari ini, kami sepakati sebagai hari terakhir pengumpulan buku yang akan disumbangkan kepada gerakan Say It With Books. Alhamdulillah yang datang 9 orang, yaitu: bu Misrawaty, Nunu, bu Zul Khaeriyah, bu Masyitabandri, mbak Naili Amalia, Ida Basarang, Nurul Rejeki, saya, dan tuan rumah bu Haeriah.

Banyak buku dari berbagai kategori yang terkumpul. Bahkan kak Ida Sulawati yang berdomisili di Sengkang mengirimkan satu kardus buku. Kami menyortir buku-buku yang terkumpul, menghitungnya, dan memasukkannya ke dalam kardus-kardus. Alhamdulillah, terkumpul 311 buah buku. Wow, angka yang cukup besar!

Terimakasih banyak kepada teman-teman IIDN Makassar, atas sumbangsihnya. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat. Mudah-mudahan buku-buku itu bermanfaat bagi penerimanya. Jangan malu-malu untuk lebih aktif di grup kita ya.

15 Februari 2014
Mugniar

Wawancara Celebes TV dan Kopdar di Food Court

Syukurlah saya bisa hadir pada kopdar IIDN Makassar pada tanggal 13 Januari lalu. Agenda kopdar adalah silaturahmi IIDN dan bincang-bincang mengenai tips menulis buku bacaan anak yang dibawakan oleh Erlina Ayu (Ayu) – korwil (koordinator wilayah) IIDN Makassar yang merupakan penulis buku anak. Kopdar kali ini dibuat terbuka untuk umum, khusus perempuan. Ya maklum saja, penyelenggaranya Ibu-Ibu Doyan Nulis yang anggotanya perempuan-perempuan penyuka menulis maka kalau dibuat terbuka ya untuk perempuan juga.

IIDN memang merupakan wadah yang didirikan pada bulan Mei 2010 di Bandung oleh Indari Mastuti, dengan tujuan melejitkan produktivitas ibu-ibu khususnya dan perempuan pada umumnya di bidang penulisan. Anggotanya cak cuma ibu-ibu, para lajang juga banyak. Intinya mereka yang bergabung adalah mereka yang mau belajar menulis. Visinya adalah: mencerdaskan perempuan Indonesia. Jumlah anggota IIDN di seluruh Indonesia dan negara-negara lain saat tulisan ini dibuat adalah 5.701.

 Ada yang istimewa dalam kopdar yang bertempat di sebuah food court di jalan Urip Sumoharjo kali ini, yaitu adanya peliputan oleh Celebes TV – stasiun TV lokal di kota kami. Kru Celebes TV meliput Ayu sebagai nara sumber salah satu segmen acaranya, sekaligus meliput kopdar kami kali ini.

Senang sekali, lebih dari 10 orang yang hadir kali ini. Sebenarnya kami sudah yang kedua kali ini mengadakan kopdar terbuka, tapi baru kali ini peminatnya agak banyak. Beberapa wajah baru turut serta. Ide Ayu untuk membuat acara kopdar kali terbuka sangat tepat.

Setelah saling memperkenalkan diri, Ayu sharing ilmunya mengenai menulis buku anak kepada kami. Sembari membicarakan print out materi yang diberikan Ayu, kru dari Celebes TV lalu-lalang di sekitar kami, meliput jalannya kopdar.

sumber foto: Uty
Jenis-jenis tulisan ada tiga:
Fiksi (berbasis imajinasi atau khayalan)
Non fiksi (berbasis data serta fakta sebenarnya yang disajikan secara formal maupun populer)
Faksi (berbasis data serta fakta tetapi disajikan secara berkisah)

Ada 6 hal yang tidak boleh ditulis oleh seorang penulis buku/cerita anak, yaitu:
Menentang nilai-nilai moralitas dan kebaikan
Menekankan pada kekerasan, kejahatan semata
Menentang dan melawan otoritas orangtua dan guru dengan cara yang tidak baik
Menghina ras, suku, warna kulit, budaya yang berbeda dengan anak
Mendorong anak untuk berpikir negatif tentang hidup
Tidak menghargai lingkungan dan alam

Hal-hal yang boleh ditulis adalah:
Menggunakan bahasa anak
Selain mengajarkan nilai-nilai hidup juga mendorong anak untuk mengaplikasikan dengan benar
Memperkuat nilai-nilai moralitas dan etika yang baik
Membantu anak mengembangkan wawasan
Memberi nilai hiburan yang sehat
Mengembangkan daya imajinasi anak
Mendorong anak untuk mencintai dan menghargai hidup

Mengenai topik, pilihlah yang:
Paling dikuasai
Membangkitkan keingintahuan kita
Membangkitkan hasrat
Paling mengesankan secara pribadi

Seperti dalam bentuk menulis yang lain, langkah-langkah menulis buku anak adalah:
Pre writing –> berpikir dan merencanakan
Drafting –> tulis dan gambarkan
Revising –> membuat tulisan menjadi lebih baik
Editing –> memperbaiki kesalahan tulis
Publishing –> publikasi

Selain mengajukan naskah ke penerbit, penulis buku anak mengajukan kriteria lain mengenai calon bukunya, seperti ukuran kertas dan jumlah halaman. Mengenai hal ini harus disesuaikan pula dengan karakter ata ciri khas penerbit. Seorang penulis harus melakukan survei untuk mengetahui karakter penerbit yang disasar.

Banyak ilmu yang dibagi oleh Ayu yang sudah sering mendapat order menulis buku anak dari sebuah penerbit besar ini. Misalnya saja tentang contoh-contoh dari jenis-jenis buku anak. Untuk balita misalnya, bukunya bergambar besar. Sedangkan tulisannya hanya sebanyak satu atau dua kalimat saja.

Dalam mengajukan naskah buku anak ke penerbit, biasanya diajukan sebanyak 5 seri. Buku anak yang dikeluarkan oleh penerbit biasanya berseri, tidak tunggal. Misalnya saja seri Anak Mandiri, seri Ilmuwan, dan lain-lain.

Sebuah buku anak terdiri atas:
Opening –> biasanya ada ciri khas dalam sebuah seri
Konflik
Penyelesaian konflik
Penutup

Ayu juga sharing pengalamannya dengan penerbit. Teman-teman yang lain juga salingsharing pengalaman masing-masing.

Kru TV juga meminta Ayu untuk diwawancarai seorang diri. Menjelang pulang, saya diwawancara sebentar, ditanyai mengenai kesan-kesan saya selama bergabung dengan IIDN Makassar. Sungguh sebuah pengalaman menarik.

20 Januari 2013
Mugniar

Wawancara di Venus dan Celebes FM

Komunitas IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Makassar mulai dikenal warga Makassar. Tepat pada hari ibu, 22 Desember 2012 lalu komunitas yang anggotanya semua perempuan, termasuk gadis-gadis penyuka menulis ini mendapat 2 undangan wawancara radio. Siang hari di radio Venus dan sore hari di radio Suara Celebes.

Sayangnya saya tak bisa hadir di radio Venus karena menunggui Affiq terima rapor dan masih berkutat dengan urusan dalam negeri. Sayang, tak sempat kopdar dengan bu Emi – penyiar Venus yang anggota IIDN juga. Untungnya Erlina Ayu (Ayu) – korwil IIDN Makassar mengabari undangan radio Suara Celebes di sore hari.

Tadinya saya pikir tak bisa juga hadir di stasiun radio yang biasa disebut radio Celebes karena pukul setengah tiga siang saya sudah demikian kelelahannya. Alhamdulillah lepas ashar bisa juga berangkat ke kantor radio Celebes, diantar tukang ojek perempuan – dekat rumah. Ini asyiknya bertetangga dengan pengojek perempuan, asalkan dia ada di rumah, setiap permintaan pasti diiyakannya.

Sampai di Celebes, Ayu dan bu Zul sudah masuk bilik siar, bersama sang penyiar – mbak Wulan Anita. Tepat baru akan mulai. Syukurlah tidak telat-telat amat saya. Bagi saya, ini wawancara radio kedua bersama teman-teman IIDN. Saat wawancara pertama (saya menuliskannya di tulisan berjudul Wawancara yang Mengesankan di SPFM), saya gugup sekali. Alhamdulillah kali ini sudah tidak gugup lagi.


Mbak Wulan menanyakan mengenai awal kami bergabung di IIDN Makassar. Bila Ayu bergabung semenjak IIDN pusat berdiri (di Bandung), tahunn 2010, bu Zul baru bergabung beberapa bulan ini, maka saya menjawab, “Sejak tahun lalu.”

Ayu yang sudah menulis belasan buku anak-anak dan sudah menikmati royalti, sempat sekilas menjelaskan tentang royalti. Saya menceritakan tentang hal tak terduga yang saya sukai, saya alami baru-baru ini yaitu kopdar dengan teman IIDN dari Jakarta – mbak Mukti. Mbak Mukti tugas di Makassar, kami kontak-kontakan melalui inbox facebook, lalu saling tukar nomor HP.

Tiba di Makassar, mbak Mukti mengirimi saya SMS, mengabari di mana tempatnya menginap. Saat bertemu, kami bisa ngobrol dengan asyik seolah pernah bertemu sebelumnya (padahal belum pernah). Kami hanya beberapa kali berinteraksi di facebook dan merasa sedikit mengenali satu sama lain melalui status, komentar, atau tulisan-tulisan kami.



Saat sedang off, waktu untuk pemutaran iklan, kami mengobrol dengan asyik. Mbak penyiar satu ini, memang bisa bikin kami betah ngobrol bersamanya.

Saat sedang siaran, Nunu tiba. Inilah salah seorang anggota IIDN yang masih lajang dan amat rajin mengikuti kegiatan-kegiatan kami. Dari kantornya di Sudiang, ia ke pasar Butung dulu, baru ke radio Celebes. Perjalanan “ujung pukul ujung” ini bukan rintangan baginya dalam berkegiatan. Eh, karena masih lajang ya? Beda kali nanti kalo sudah bersuami dan beranak.

Tak banyak yang saya ingat karena saya lupa membawa buku catatan. Saat tiba di akhir siaran dan mbak Wulan menanyakan tentang pesan apa yang ingin disampaikan kepada pendengar radio, saya berkata,

 “Menulis itu bisa juga buat refreshing lho. Ada pula yang menyebutnya sebagai “terapi jiwa”. Bagi saya pribadi, seperti itulah menulis.
Jadi, buat teman-teman di rumah yang mungkin punya sedikit saja ketertarikan
dalam tulis-menulis, cobalah dikembangkan. Memulai di usia yang tak lagi muda, bukan masalah. Menulis itu tak harus punya bakat,
tak harus senang menulis sejak kecil.
Mau mulai di usia kepala 3 atau kepala 4, bukanlah masalah.
Bunda Yati – seorang blogger dan penulis yang saya kenal di dunia maya
malah baru aktif menulis setelah pensiun.
Sekarang usia beliau sudah 72 tahun, tapi semangatnya luar biasa. Saya suka menyapanya di facebook. Saya ingin “mencontek” semangatnya.”

Yuk menulis ^__^.

4 Januari 2013
Mugniar 

Wawancara di SPFM

 SPFM tampak luar

Sore itu, saya dan teman-teman di IIDN Makassar sebuah grup penulis yang anggotanya khusus perempuan memenuhi undangan SPFM sebuah stasiun radio yang segmennya khusus perempuan juga.

Winarni penghubung dengan pihak SPFM mengatakan kami harus ada di stasiun yang beralamat di jalan Macan itu sebelum pukul setengah lima. Maka, kurang sedikit pukul 16.30 saya sudah berdiri di depan SPFM. Mau masuk, malu-malu karena tak tahu siapa yang hendak ditemui di dalam. SMS saya kirimkan ke Winar menanyakan contact person tapi belum dibalas juga.

Tak lama kemudian Nunu datang, lalu Erlina Ayu. Maka masuklah kami yang membukakan pintu adalah putri pak Ricky pemilik SPFM kemudian, kami dipertemukan dengan Vita sang penyiar.

Grogi binti gugup, itulah perasaan saya memasuki bilik siar. Apalagi saat duduk di kursi di depan Vita. Dihadapkan dengan mikrofon sebesar kepalan tangan orang dewasa, rasanya seperti diancam. Maka lengkaplah sudah kegelisahan di tempat itu.

 Bilik siar ini terasa kaku dan dingin, padahal AC-nya rusak :D

Tiba-tiba Winar (ia datang beberapa saat setelah kami on air) berkata kepada Vita, “Salamnya kak Icha.”
“Kak Marisa?....“ ujar Vita. Entah apa kalimat lengkapnya, saya lupa yang jelas itulah awal cairnya kegugupan saya berhadapan dengan penyiar cerdas yang sangat percaya diri ini.

Saya kemudian memberanikan diri bertanya kepada Vita, “Lho, kenal Icha juga?”

“Iya, kak Icha itu senior saya, satu angkatan di atas saya,” jawab Vita.

Maka makin cairlah kegrogian saya.

Kenapa? Karena rupanya Vita ini adik angkatan saya di kampus. Dia angkatan 97. Saya angkatan 92. Sementara Icha, teman di IIDN sekaligus yunior saya (ia tak bisa datang di acara ini), dia angkatan 96.

Dasar ya ... beginilah kalau tak PD-an.

Bagaimana tidak gugup, meskipun kami berempat “melawan pewawancara”, ini wawancara pertama di radio bagi saya. Takut salah bicara, takut kedengaran konyol ha ha ha.

Vita menanyakan seputar kegiatan kami di IIDN. Saya sudah pernah menuliskan tentang IIDN di postingan bertajuk Kopdar IIDN - di Rumahku. Juga tentang bagaimana caranya menjadi anggota. Caraanya gampang saja, punya akun FB dan harus perempuan. Yah begitulah, perempuan selalu butuh tempat eksklusif untuk belajar.

Vita, sang penyiar

Satu jam waktu yang disediakan Vita bagi kami. Kami membicarakan banyak hal, di antaranya ....

IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) ini beranggotakan 5000-an perempuan Indonesia yang bukan saja di seluruh Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Tujuan awal pembentukannya oleh ibu Indari Mastuti – salah seorang pemenang anugerah wirausaha muda mandiri 2011, adalah untuk memberdayakan potensi para ibu rumahtangga melalui kegiatan menulis.

Karena jumlah anggotanya yang sangat banyak, pendiri IIDN membagi-bagi wilayah IIDN maka terbentuklah IIDN Makassar dengan Ayu sebagai koordinatornya. Saat itu Ayu baru saja datang di Makassar, mendampingi suaminya yang ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja di kota ini.

 Ayu, Nunu, dan Winar lagi menyimak perkataan Vita

Saat ini IIDN Makassar beranggotakan sekitar 30 orang yang dari dalam Makassar. Ada juga yang tidak berdomisili di Makassar melainkan di area Indonesia Timur/Tengah lainnya seperti di Banjarmasin dan Manado. Anggota IIDN bukan hanya ibu-ibu lho, ada juga yang masih gadis. IIDN banyak mengadakan pelatihan menulis, rata-rata secara online baik berbayar maupun yang gratis.

Ayu telah menulis belasan buku anak yang telah diterbitkan. Kesukaannya pada bidang ini karena terkesan sekali dengan kepiawaian almarhum ayahnya dalam mendongeng. Hal ini menimbulkan minat menulis dalam dirinya sejak kecil. Sementara saya, bukanlah orang yang suka menulis sejak kecil. Saya tak merasa berbakat menulis. Pada awalnya saya ini penulis diary di komputer di saat-saat awal melahirkan Affiq. Saya ingin mendokumentasikan kesukacitaan saya akan kehadirannya melalui tulisan.

Saat itu segala tentang Affiq saya tulis termasuk perkembangan motorik dan kemampuan berbahasanya. Lama-kelamaan perhatian saya berkembang bukan hanya pada Affiq melainkan juga pada kejadian sehari-hari lalu berkembang menjadi perenungan dan pencarian saya mengenai hikmah kehidupan. Apapun saya tulis. So, siapa bilang menulis itu bakat? Menulis itu kemauan dan kekonstistenan. Kini, menulis bagi saya adalahrefreshing, sehari tak menulis geregetan rasanya.


 Mikrofon kuning itu ... sebesar kepalan tangan!

Ada yang mengeluh karena terbatasnya media untuk menulis? Waah jangan mengeluh dulu, sebagai pengguna facebookkedua terbesar di dunia setelah Amerika, nyaris semua orang sekarang memiliki akun facebook, bahkan yang berdomisili di desa kecil sekali pun. IIDN adalah komunitas di facebook. Tinggaljoin saja, kita sudah bisa belajar banyak. Facebook kan punyanotes, bisa ditempatkan di situ tulisan kita. Kalau mau ikut-ikut lomba/audisi menulis, di facebook sekarang banyak, lumayan buat mengasah kemampuan menulis kita.

Wawancara ini diakhiri pukul 6 sore. Ayu berbincang sejenak dengan pak Ricky yang ramah (oya waktu di ruang siar, pak Ricky juga sempat mengajak kami ngobrol). Winarni yang jago bikin kue membawa klafer taart dari rumahnya yang letaknya tak jauh dari SPFM, kami berbincang sambil menikmati kelezatannya. Klafer taart-nya super duper enak lho C. Kelapa mudanya terasa segar, berpadu dengan butiran halus kenari yang tercampur di dalam adonan berpadu dengan rasa unik dari taburan bubuk kayu manis (Winaaar, kalau ada yang pesan klafer taart-nya setelah membaca ini, jangan lupa komisi buat saya ya... J).


Klafer taart yang lezat bikinan Winarni
(foto pinjam dari Nunu)

12 Mei 2012
Mugniar

Narsis IIDN Makassar



Dari kiri ke kanan: Bunda Niar, Bunda Idha, Bunda Ana, Mbak Nunu dan saya sendiri Rahmah sebagai fotografer (ga’ keliatan)


  
Senangnya bukan main si Mbak Ana ini. Ga’ sia-sia perjalanan panjang dan lama ternyata membuahkan hasil yang maksimal. Selamat Mbak Ana….:)


Narsis ibu-ibu dan mbak-mbak IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) Makassar berfose dengan Mas Iskandar Zulkarnaen dan Mas Pepih Nugraha dari Kompasiana


Walaupun ga’ berada di antara semua peserta di panggung ini, rasa bahagia saya sudah cukup tergambarkan pada semangat saya untuk memotret… Terima kasih Kamera-ku… :)



Lagi-lagi tak masuk ke dalam euforia berfose, tetapi semangat kamera Canon di tangan selalu memberikan senyuman


Menu makan siang yang lumayan banget… Ditambah lagi dengan buahnya, bikin seger di siang hari apalagi AC-nya sudah cukup membuat tangan saya sedikit membeku :)



Leppy kesayangan ditemani secangkir Kopi semakin menambah kenikmatan Kompasiana Blogshop



Hadiah yang harus dibawa pulang ternyata… Terima kasih Kompasiana :)

24 Juli 2011
Rahmah Usman